Jam 12.45 wita pun kami kembali ke penginapan di waingapu untuk bergegas barang bawaan kami karena pada jam 04.00 sore kami pun akan beranjak lagi ke sumba barat daya untuk keesokannya jalan-jalan lagi ke beberapa tempat wisata yang ada di  kabupaten Sumba barat daya.
Masih di seputaran Sumba Timur, lagi-lagi dalam perjalanan ke Sumba Barat Daya yang di selubungi awan hitam dan rintikan hujan yang sedikit menganggu konsentrasi kami namun sebuah momen yang tidak ingin kami lewatkan adalah meluangkan sedikit waktu untuk berhenti sejenak di Bukit padang Savana yang di kenal dengan nama Bukit Wairinding untuk berfoto ria, wah ternyata bukit Wairinding ini begitu menampilkan keindah rerumputan yang hijau ibarat sosok seorang bidadari yang jatuh dari surga, tak salah lagi kalau banyak wisatawan yang datang ke sini karena keindahan Bukit Warinding mempunyai pesona yang tidak diragukan lagi ,dan mempunyai  hamparan padang savana yang memanjakan mata.  Tepat pada jam 11.47 malam kami pun tiba di Poma, Kabupaten Sumba Bara Daya,  di sini tempat kami beristrahat dan tidur.
Minggu, Â 24 Februari 2020, jam 10.19 pagi pun kami melanjutkan perjalanan menjelajah wisata yang ada di sumba barat daya namun kami tidak luput dari hujan, Â untungnya kami dengan hmobil jadi perjalanannyapun aman dan nyaman. Cerita di hari minggu ini di awali dari Danau weekuri.Â
Danau Weekuri  merupakan danau yang sangat unik dibandingkan dengan danau-danau yang lain, karena kandungan air pada Danau Weekuri ini  asin. Hal ini disebabkan karena danau ini terbentuk dari percikan air laut yang menembus batu karang sehingga membentuk sebuah keunikan tersendiri. Rupanya nama Weekuri sendiri berasal dari bahasa Sumba yang artinya air percikan.
Danau ini di batasi oleh tebing karang dengan lautan lepas, hal  ini yang membuat danau ini semakin terlihat seperti sebuah kolam raksasa, dengan bibir danau yang dihiasi hamparan pasir putih serta batuan dan tumbuhan hijau pun turut mempercantik pemandangannya. Keindahan danau weekuri ini bagaikan surga kecil orang sumba. Selain keindahan pantai dan danau Weekuri juga merupakan pusat ole-ole dimana pengunjung bisa melihat dan memilih langsung tenunan asli Sumba yang meliputi kain, sarung dan selendang yang bisa dijadikan bahan pakaian dan juga sebagai souvenir bagi keluarga dan atau orang special.
Perjalanan pun di lanjutkan ke Kampung Adat Rategaro. Rategaro berasal dari bahasa kodi  "Rate" berarti kuburan dan "Garo" merupakan penduduk awal yang menempati tempat ini. Nama tersebut bukanlah nama biasa tetapi nama tersebut lahir karena terjadi perang suku pada jaman dulu jadi saat perang antar suku, kampung ini berhasil direbut dari suku Garo dan korban yang kalah perang dikubur di kubur batu, maka kampung ini hingga saat ini di sebut kampung rategaro. Rupanya  kampung Adat Rategaro ini terletak di pinggir pantai dengan pasir putih yang sangat indah dan air laut yang biru yang sangat jernih dan tempatnyapun  tenang dengan ombaknya yang aduhai membuat kami seakan lupa waktu pulang..heheehe . Selain itu orang Sumba yang notabennya asli orang situ sudah menyiapkan kuda untuk di naik di pinggir pantai, bagi pengunjung yang ingin tunggang kuda,  sekali naik bayar Rp.  10.000 untuk foto yang latarnya rumah adat dan pasir putih yang di sertai air laut..  Wah wah unik nggak menurut kalian ....?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H