Mohon tunggu...
Yanto Tena
Yanto Tena Mohon Tunggu... Jurnalis - Sang Pemimpi

Yang Mulia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sumba Cinta Damai

29 Februari 2020   19:33 Diperbarui: 29 Februari 2020   19:38 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pribadi / Kampung Adat Ratengaro

Penulis : Yanto Tena

Sumba...

Bukan tempat kejahatan

Bukan tempat melakukakan kekerasan

Ataupun tempat perebutan kekuasaan

Sumba... 

Surga kecil yang patut dijaga dan dilestarikan. Suaka alamnya, hutan lindung, pariwisata,  budayanya,  dan interaksi sosial yang ada di dalamnya.

Sumba....

Sumber daya alam yang begitu kaya raya akan penghasilannya. Takkan ada bandingnya ketika mereka memanen hasil panennya. 

Sumba... 

Sungguh mengagumkan.

Tak hanya gagahnya keadaan sumba namun orang-orangnya juga takala mempesona. 

Banyak yang terpikat sehingga rela terikat dan tak bisa berpaling lagi.

Kembali...

Sumba,  bukan tempat yang jahat,  bukan tempat kekerasan ataupun penindasan. 

Namun sedihnya... 

Sumba sebagian besar di diami oleh orang-orang yang melakukan kejahatan, kekerasan, penindasan,  pelecehan dan lainnya. 

Miris hati bagai di iris-iris beling.

Praktek praktik mondar mandir

Merebak keseluruh penjuru.  

Tanah Marapu yang seharusnya damai.

Junjung toleransi namun apa di kata?

Penghuni tak selaras dengan tempat huniannya.

Sebagian besar... 

Yah.  Sebagian besar telah berada di pinggir jurang.  Bahkan sudah ada yang terpeleset lalu jatuh dan menghilang. 

Yang tersisa dari sebagian besar orang-orang sumba. 

Tetaplah waspada.  Janjan gegabah nanti kau rebah. 

Tetaplah junjung tinggi toleransi 

Agar hati jangan di penuhi benci.

Upayakan kolektif-kolegial terus erat

Agar kita semakin dekat semakin rapat

Semakin akur semakin makmur.

@NK

Tambolaka,  29 Februari 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun