"Para penumpang sekalian, kereta Senja Utama telah tersedia di jalur 4, bagi penumpang yang telah memiliki karcis silahkan memasuki gerbong kereta".
Suara lantang dari pengeras suara itu menghenyakkan duduk sebagian penumpang. Bersegeralah mereka memasuki gerbong kereta. Beberapa cukup kerepotan menyeret tas travel mereka. Lebih repot lagi penumpang yang menggendong tas di pundak kanan sementara mereka juga harus menggandeng anak-anak mereka. Sepasang muda-mudi bahkan berlari-larian memasuki gerbong kereta, mereka berdua takut tertinggal kereta. Mereka semua disambut senyum ramah para petugas kereta yang berdiri di depan pintu gerbong kereta.
Di tengah-tengah peron penumpang, lelaki setengah baya itu memandangi dari kejauhan, sejenak dilihatnya secarik kertas yang digenggamnya. Semua penumpang satu demi satu memasuki gerbong kereta. Lelaki setengah baya itu melihat lagi kertas yang digenggamnya. Sejenak kemudian roda besi kereta Senja Utama itu bergulir pelan meninggalkan Stasiun Tugu Yogyakarta. Lelaki itu masih saja berdiri termangu sembari ujung matanya tidak lepas melihat gerbong terakhir Senja Utama keluar dari Stasiun Tugu.
***
"Para penumpang sekalian, kereta eksekutif Argo Lawu telah tersedia di jalur 1, bagi penumpang yang telah memiliki karcis silahkan memasuki gerbong kereta, kereta akan diberangkatkan tepat pada pukul 19.25".
Beberapa orang lalu meninggalkan tempat duduknya. Mereka berjalan santai ke arah gerbong kereta sambil sesekali melihat tiket di tangan. Mereka mencari-cari gerbong sesuai dengan tiket mereka. Ketimbang penumpang Senja Utama, penumpang Argo Lawu terlihat berpenampilan lebih berkelas. Mereka lebih rapi, lebih necis, dan lebih wangi.
Lelaki setengah baya yang berdiri di tengah-tengah peron penumpang itu kembali melihat secarik kertas yang digenggamnya. Ada gurat kelelahan di wajahnya. Namun dia harus tegar, perjalanan kereta masih jauh dari tujuan. Semua penumpang satu demi satu memasuki gerbong kereta namun lelaki setengah baya itu masih saja berdiri di situ. Sejenak kemudian roda besi Argo Lawu itu bergulir pelan meninggalkan Stasiun Tugu Yogyakarta. Lelaki setengah baya itu masih saja berdiri termangu. Kertas di tangannya masih digenggam erat.
***
Lelaki setengah baya itu masih saja berdiri termangu di tengah-tengah peron penumpang ketika semua kereta meninggalkan Stasiun Tugu Yogyakarta. Dia sendirian saja berdiri, tanpa anak istri. Dengan topi pet warna biru tua dan seragam biru muda, lelaki itu setia dengan pekerjaannya. Dialah yang meniup peluit tanda pemberangkatan kereta. Di genggaman tangannya masih terlipat rapi secarik kertas - jadwal pemberangkatan kereta - yang sedari tadi dibawanya kemanapun dia melangkah. Lelaki itu tak akan kemana-mana meski semua orang berlalu pergi meninggalkan stasiun.
Note:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!