Fasisme, sebuah ideologi yang telah menghantui dunia pada masa lalu, kembali mengintai dengan bayangannya yang menakutkan. Kini, di tengah era teknologi dan informasi, kita harus berani berbicara dan menyuarakan kekhawatiran akan maraknya paham ini.Â
Fenomena ini menjadi sebuah ancaman nyata bagi kehidupan demokrasi, mendorong kita untuk lebih waspada dan peka terhadap isu-isu yang mungkin merusak nilai-nilai kemanusiaan yang telah kita perjuangkan sepanjang sejarah.
Fasisme adalah suatu bentuk ideologi otoriter yang berakar dari paham nasionalis ekstrem yang menuntut supremasi suatu negara dan kehendak tunggal pemimpinnya. Ideologi ini menekankan pada kepentingan kelompok atau bangsa tertentu di atas kepentingan individu, seringkali diwarnai dengan sentimen rasial dan xenophobia. Fasisme juga meragukan nilai-nilai demokrasi, kebebasan berbicara, serta hak asasi manusia.
Salah satu ciri khas fasisme adalah pengangkatan pemimpin yang otoriter dan mengembangkan kultus kepribadian di sekitarnya. Pemimpin ini sering kali dianggap sebagai seseorang yang tidak bisa salah dan memiliki kebijaksanaan yang tak tertandingi. Pengaruh yang kuat dari pemimpin semacam ini dapat membawa negara ke jalur otoriter tanpa memedulikan mekanisme demokrasi.
Sentimen nasionalis yang ekstrem juga merupakan ciri khas fasisme. Pemahaman keliru tentang superioritas suatu bangsa atau kelompok dapat mengarah pada penindasan dan diskriminasi terhadap kelompok lain yang dianggap "berbeda." Jika hal ini dibiarkan berkembang, dampaknya dapat menghancurkan keragaman dan toleransi dalam masyarakat.
Fasisme cenderung membenarkan penggunaan kekerasan sebagai alat politik untuk mencapai tujuan-tujuan mereka. Mereka mungkin menggunakan propaganda yang berlebihan dan menciptakan musuh-musuh palsu untuk membenarkan tindakan represif dan memperkuat kediktatoran mereka.
Di era digital ini, penyebaran propaganda dan narasi yang merusak dapat dengan mudah menyebar melalui media sosial dan platform daring lainnya. Informasi palsu dan hoaks dapat mempengaruhi opini publik dan menghasut emosi massa.
 Kelompok-kelompok ekstrem yang bermaksud merongrong demokrasi menggunakan teknologi ini sebagai alat utama untuk menyebarkan ideologi fasisme mereka.
Menghadapi ancaman fasisme, perlu langkah-langkah konkret untuk memperkuat demokrasi dan nilai-nilai kemanusiaan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Pendidikan tentang nilai-nilai demokrasi, pluralisme, dan hak asasi manusia harus menjadi fokus di sekolah-sekolah dan masyarakat. Kesadaran akan bahaya fasisme dan bagaimana mengidentifikasi propaganda yang merusak adalah langkah awal yang penting.
Masyarakat harus diajarkan untuk lebih kritis dalam mengonsumsi informasi dari berbagai sumber. Memverifikasi fakta sebelum menyebarkan informasi dan tidak mudah terjebak dalam narasi yang menyesatkan adalah hal yang harus didorong.
Masyarakat harus didorong untuk berdialog dan membangun toleransi terhadap perbedaan pendapat dan keberagaman. Ini akan membantu mengurangi kesenjangan yang memicu polarisasi dan radikalisasi.
Ancaman fasisme adalah realitas yang tidak boleh diabaikan. Kita harus bersama-sama berkomitmen untuk memperkuat nilai-nilai demokrasi, menghindari fanatisme dan kebencian, serta membangun masyarakat yang lebih toleran dan inklusif.Â
Di era teknologi dan informasi ini, penting bagi kita untuk selalu waspada terhadap propaganda yang merusak dan berupaya mencegah penyebarannya.Â
Hanya dengan bersatu dan memahami pentingnya kebebasan, keadilan, dan persamaan, kita dapat mencegah ancaman fasisme dan menjaga kedamaian dalam masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H