"aku lelah, capek, aku gak tau harus gimana lagi." Katamu sebari memasang wajah muram.
Mendengarmu mengeluh lagi, aku terdiam seribu bahasa. Aku hanya bisa menatap matamu yang perlahan berkaca kaca. Lalu aku harus bagaimana lagi? Apakah harus mengulang perkataanku seminggu yang lalu?
"Bukankah aku sudah memberi tahu mu? Apakah kamu lupa? Atau tidak mendengarkan sama sekali? Lebih baik tinggalkan. Bukankah kamu sendiri pernah mengatakan waktu sangat disayangkan jika hanya untuk meratapi seseorang yang hanya bisa memberimu luka? Toh sendiri bukan berarti sepi. Dulu pun aku takut sendiri. Tetapi sekarang tidak takut sama sekali. Aku lebih takut salah pilih orang lagi."
Mendengar perkataanku, kamu memandangku dengan sayu. "aku selalu yakin mengatakan apa yang benar. Apa yang harus dilakukan, dan bagaimana caranya. Aku selalu tahu jalan keluar masalah orang lain. Tetapi semua pengetahuan itu nol besar ketika semua masalah itu datang padaku."
Di kedai yang ramai itu, aku berusaha untuk tidak banyak bicara. Kamu adalah wanita bebal yang pernah aku temui. Kenapa harus jatuh lagi ke lubang yang sama? Bukankah masih ada lelaki diluar sana yang lebih baik dari dia?
Dalam hidup ini, akan ada saatnya kamu bertemu dengan satu orang yang akan  mengubah hidupmu untuk selamanya. Kemudian satu orang tersebut akan menjadi bagian terpenting dalam hidupmu.
Aku tahu, hatimu tidak akan memberikan pilihan apapun terkecuali jatuh cinta. Walaupun risiko dari jatuh cinta adalah kamu hanya mendapatkan jatuhnya saja. Mungkin saja suatu waktu kamu ingin memutar balikan waktu pada titik-titik kenangan tertentu. Entah menyesali pertemuan pertama dengannya ataupun ingin mengulang kenangan yang indahnya saja.
Tetapi apa guna, bukankah waktu selalu berjalan maju? Mau tidak mau kamu harus terlibat dalam alur cerita yang sudah terlanjur terjadi.
"kenapa tidak mencoba melepaskannya?"
"tidak, aku tidak mau. Bukankah itu menyakitkan?" katamu
Maka ikhlaskan saja. Yang lebih menyakitkan dari melepaskan sesuatu adalah berpegangan pada sesuatu yang menyakitimu secara perlahan. Bukankah begitu?
kalau kamu lelah, pulang dan istirahatlah.
Kalau kamu tidak tahu kemana arah pulang, kemarilah.
 Anggap saja aku rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H