Mohon tunggu...
Yanto Aulia
Yanto Aulia Mohon Tunggu... -

Saya bukan pakar. Bukan juga pengamat. Saya hanya melihat apa yang terlintas saja. Lalu saya coba menuliskannya. Follow saya di @yanto_aulia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pejuang dan Pahlawan

10 November 2013   09:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:22 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka yang hari ini kita sebut sebagai pahlawan adalah mereka yang semasa hidupnya kita sebut sebagai pejuang. Mengapa mereka disebut pejuang? Jelas, karena mereka berjuang. Dan mengapa mereka disebut berjuang? Menarik untuk membicarakan apa yang disebut dengan berjuang.

Membicarakan apa itu berjuang mengingatkan saya pada pembicaraan beberapa tahun lalu dengan guru sekaligus sahabat saya. Menurutnya berjuang itu ketika kita melakukan sesuatu dimana peluang keberhasilannya kecil. Sebagai missal, ketika pasukan dengan jumlah sedikit dan bersenjatakan bambu runcing harus melawan tentara dalam jumlah berlipat dan bersenjatakan senapan maka peluang untuk menang sangatlah kecil. Ini disebut berjuang.

Seiring dengan perubahan sosial dalam masyarakat, kata berjuang juga mengalami perubahan makna. Jika dulu kata berjuang diasosiasikan dengan usaha mencapai sesuatu yang sulit untuk kepentingan bersama, sekarang kata berjuang sering digunakan untuk usaha mencapai sesuatu yang sangat pribadi. Misal, seseorang yang sedang mengikuti kontes menyanyi disebut sebagai berjuang untuk menjadi pemenang.

Mengikuti makna berjuang yang kita kenal sekarang, kita bisa melihat dua level perjuangan. Pertama, orang yang berjuang untuk dirinya sendiri. Ini cenderung dilakukan oleh orang yang belum terpenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Kisah Tasripin seorang bocah dari Banyumas yang harus bekerja menghidupi adik-adiknya adalah contoh nyata perjuangan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.

Namun demikian tidak sedikit orang yang masih berjuang untuk kepentingannnya sendiri meski kebutuhan dasar hidupnya telah terpenuhi bahkan terlampaui. Tidak jarang usahanya disertai dengan mengorbankan orang lain. Apa yang dilakukan oleh Abu Rizal Bakrie dengan Lapindo bisa menjadi contoh.

Kedua, orang yang berjuang untuk kepentingan orang lain di luar kepentingan dirinya sendiri. Bu Mus yang diangkat dalam novel Laskar Pelangi adalah contoh seorang yang mengorbankan waktu dan tenaganya untuk kepentingan orang lain. Dan sekarang masih banyak guru-guru di pedalaman yang harus menempuh jarak puluhan kilometer dengan prasarana jalan tidak memadai dan gaji yang tidak mencukupi. Asnat Bell adalah satu di antara guru-guru di pedalaman yang berjuang untuk anak-anak didiknya. Selama 10 tahun Asnat Bell bekerja 26 hari per bulan dengan gaji Rp. 50.000,-/bulan atau setara Rp. 277,-/jam. Untuk skala yang lebih luas kita bisa menyebut Anies Baswedan yang mempelopori gerakan untuk menginspirasi anak-anak di daerah pedalaman agar bisa melihat dunia yang lebih luas.

Pertanyaan yang cukup menarik untuk diajukan adalah mengapa ada orang yang masih memperjuangkan kepentingan dirinya sendiri ketika semua kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi dan mengapa ada orang yang memperjuangkan kepentingan orang lain justru ketika kepentingan dirinya sendiri belum tercukupi. Yang membedakan keduanya ada pada rasa cukup. Selama orang belum merasa cukup dengan apa yang dimiliki, selama itu pula ia akan dipenjara dengan pemenuhan kebutuhan diri.

Di hari Pahlawan dimana kita mengenang jasa para pejuang, ada baiknya kita menilai kembali pada level manakah perjuangan kita.

Lembah Pegunungan Rocky

10 Nopember 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun