Menjaga Kesehatan Jiwa dan Raga di Tengah Kebencian
Hai Sobat....ternyata me 'Maaf' kan itu sehat lhoo
Seringkali kita merasa paling baik sehingga kita sombong tak mau memaafkan orang yg belum tentu mereka bersalahÂ
Hidup tidak selalu berjalan mulus. Ada saat-saat di mana kita berhadapan dengan kebencian atau sikap negatif dari orang lain. Reaksi alami kita mungkin ingin membalas atau mempertahankan diri. Namun, adakah cara yang lebih baik? Di sinilah Tanbih TQN Suryalaya memberikan panduan luar biasa untuk menyayangi, bahkan kepada mereka yang tidak baik pada kita. Ternyata, ini bukan hanya soal kebaikan hati---tetapi juga kesehatan kita sendiri.
1. Kenapa Kebencian Itu Berat?
Saat kita merasa benci, tubuh kita sebenarnya sedang bekerja keras. Rasa benci memicu hormon stres seperti kortisol dan adrenalin yang bisa menyebabkan tekanan darah naik, jantung berdebar kencang, dan bahkan meningkatkan risiko berbagai penyakit serius. Bayangkan, setiap kali kita merasa marah atau benci, tubuh kita merespons seperti sedang menghadapi ancaman besar.
Di sisi lain, Tanbih mengingatkan kita bahwa memendam kebencian justru lebih banyak menyakiti diri sendiri. Kebencian ibarat api yang membakar hati kita pelan-pelan, melelahkan mental, dan membuat kita jauh dari kedamaian batin.
2. Memaafkan Itu Sehat
Dalam perspektif Tanbih, memaafkan adalah pilihan yang melepaskan kita dari beban berat kebencian. Tidak hanya baik secara spiritual, tapi juga membantu tubuh kita menjadi lebih tenang. Orang yang memaafkan cenderung memiliki tekanan darah stabil, detak jantung lebih teratur, dan lebih sedikit mengalami gejala stres. Jadi, saat kita memaafkan, tubuh kita juga berterima kasih karena merasa lebih ringan dan sehat.
Memaafkan sebenarnya mendekatkan kita pada sikap kasih sayang yang ditunjukkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Saat kita memaafkan, kita meneladani kasih sayang itu, menciptakan ruang lebih besar bagi ketenangan dan kesehatan batin kita.
3. Menghindari Kebencian Balasan: Kunci Kedamaian