Memiliki hobi menulis memberikan kebahagiaan tersendiri bagi seorang penulis. Dengan menulis seseorang dapat mencurahkan isi hatinya, baik melalui sebuah puisi, artikel, cerpen, novel atau bentuk tulisan yang lainnya.
Dengan menulis seseorang dapat mempengaruhi pikiran pembaca dengan argumennya. Dengan menulis pula seseorang dapat berdakwah dalam upaya menyampaikan nilai-nilai agama dan kebaikan.
Banyak sekali manfaat menulis itu sebenarnya, baik bagi diri si penulis itu sendiri atau bagi pembaca. Yang jelas jika penyampaian tulisan ini dilakukan dengan benar dan tepat, misi penulis akan tersampaikan dengan baik.
Namun ingat, sebuah tulisan juga akan memberikan dampak buruk apabila hal-hal yang disampaikan penulisnya adalah fitnah, gosip, adu domba, ancaman atau hal buruk lainnya. Untuk hal ini kembali kepada si penulis, mau dibawa ke mana para pembaca. Yang paling penting, tunjukkan niat baik melalui apa-apa yang kita goreskan dan bersikaplah lebih bijaksana.
Ada hal penting yang tidak boleh dilupakan sebelum menulis yaitu membaca. Membaca karya orang lain agar kita dapat belajar. Belajar bagaimana menyusun kata per kata agar dapat menyusun kalimat dengan baik. Belajar bagaimana mengukir kalimat yang baik sehingga dapat menarik minat pembaca. Juga belajar bagaimana mengenali bentuk tulisan yang tepat sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
Terus belajar serta banyak mengamati referensi dari orang-orang yang lebih berpengalaman tanpa merasa bosan. Non-sense sebuah karya tulis yang bagus terlahir tanpa proses membaca.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikutip Muslim Terkini.com (21 Oktober 2021) yang mengatakan bahwa tanpa kegiatan membaca seseorang tidak akan dapat terdorong untuk menulis dan juga sebaliknya. Karena kegiatan membaca dan menulis itu berperan dalam mengoptimalkan kecerdasan verbal seseorang.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, semakin bermunculan pula berbagai aplikasi yang dapat memfasilitasi para penulis untuk berkarya. Sebagian di antaranya menawarkan jasa hingga pencetakan buku. Jasa layanan ini biasanya dikelola oleh komunitas tertentu, seperti KPPJB.
Ada juga beberapa aplikasi yang menawarkan para penulis untuk berkarya secara online, memfasilitasi mereka untuk menciptakan sebuah karya, misalnya: berita, artikel, puisi atau cerpen (lihat Kompasiana.com, Jurdik.co.id, dll) bahkan novel (lihat dalam aplikasi Wattpad, Fizo, Webtoon, dll).
Memperhatikan kaidah penulisan karya dari para pendatang baru khususnya, sudah sepatutnya untuk diacungi jempol. Sebagian dari mereka sudah dapat menerapkan kaidah penulisan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Namun beberapa di antaranya masih banyak yang belum sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan dalam PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Kesalahan yang dilakukan kisaran antara satu atau dua kali adalah hal yang wajar. Tapi jika berulang kali ditemukan, sepertinya perlu koreksi diri agar kualitas kita dapat benar-benar dipertanggungjawabkan.
Berikut ini akan dibahas beberapa kesalahan penulisan yang sering kita temukan berdasarkan hasil analisa pada karya online berupa novel, puisi dan artikel:
"Di-" sebagai kata depan dan awalan
- Cara penulisan di yang menyatakan kata depan seringkali tertukar dengan di- sebagai awalan (kata kerja bentuk pasif). Di sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, fungsinya untuk menunjukkan tempat/waktu. Sedangkan di sebagai awalan ditulis dengan cara digabung dengan kata yang mengikutinya, fungsinya membentuk kata kerja bentuk pasif. Misal:
- "di mana", bukan "dimana" (di- sebagai kata depan)
- "dimakan", bukan "di makan" (di- sebagai awalan)
- "di belakang", bukan "dibelakang" (di- sebagai kata depan)
- "dipijit", bukan "di pijit" (di- sebagai awalan)
- "di belakang", bukan "dibelakang" (di- sebagai kata depan)
- "di antara", bukan "diantara" (di- sebagai kata depan)
- "di sore hari" bukan "disore hari" (di- sebagai kata depan)
Kutipan kalimat langsung
- Membuat kutipan kalimat langsung dilakukan dengan cara memberi tanda petik pada ungkapan, di awal dan di akhir ungkapan. Huruf pada awal kata dalam kalimat langsung (ungkapan), setelah tanda petik, menggunakan huruf kapital. Bagian penggiring dan petikan langsung dipisah dengan menggunakan koma (,). Beberapa kasus menunjukkan tidak adanya penggunaan koma setelah kalimat langsung dan huruf pada awal kalimat langsung tidak menggunakan huruf kapital. Misal:
- "Aku sibuk sekali hari ini" kata Joni serius. Seharusnya: "Aku sibuk sekali hari ini," kata Joni serius.
- Ibu berbisik, "jangan beritahu ayahmu masalah hari ini." Seharusnya: Ibu berbisik, "Jangan beritahu ayahmu masalah hari ini."
- Ahtar bertanya "Siapa dalang kerusuhan minggu lalu?" Seharusnya: Ahtar bertanya, "Siapa dalang kerusuhan minggu lalu?"
Penggunaan kata negatif ganda
- Ditemukan beberapa kali kasus yang hampir sama, baik dari cerpen atau novel, yang menggunakan dua buah kata yang bermakna negatif secara beriringan. Misal:
- Maju terus, jangan pantang menyerah. Seharusnya: Maju terus, pantang menyerah. (Penjelasan: Kata "jangan" memiliki arti "tidak boleh". Sedangkan kata "pantang" memiliki arti "Hal yang terlarang menurut adat dan kepercayaan". (dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kelima, Balai Pustaka). Sehingga kalau dua kata tersebut digabungkan akan memiliki arti yang rancu).
- Aku tidak mengabaikan panggilan Soni. Kubiarkan dia memanggil namaku. Seharusnya: Aku mengabaikan panggilan Soni. Kubiarkan dia memanggil namaku. (Penjelasan: Kata "mengabaikan" berasal dari kata dasar "abai", artinya: tidak peduli (dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kelima, Balai Pustaka). Jadi kita tidak perlu menambahkan kata "tidak" dalam konteks tersebut).
Penggunaan kata bermakna jamak ganda
- Sebuah kata yang memiliki arti jamak seringkali digabungkan dengan kata ulang yang bermakna jamak atau kata lain yang bermakna jamak juga. Misal:
- Semua guru-guru menghadiri rapat tersebut. Seharusnya: Semua guru menghadiri rapat tersebut. Atau: Guru-guru menghadiri rapat tersebut.
- Seluruh para pengunjung menikmati kemegahan gedung pameran. Seharusnya: Para pengunjung menikmati kemegahan gedung pameran. Atau: Seluruh pengunjung menikmati kemegahan gedung pameran.
Demikian beberapa penemuan yang seringkali terjadi dalan sebuah tulisan, walaupun sebenarnya masih banyak belum terungkap di sini. Semoga dengan sedikit berbagi akan memperbaiki tulisan sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang berulang. Goreskan terus ide-ide kita, bersedekah melalui tulisan dan jangan berhenti belajar. (YR)
Sumber/referensi:
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Kelima). (2018). Jakarta: Balai Pustaka.
Rahmadi, Duwi. (2020). Smart Book Pedoman Umum EBI Ejaan Bahasa Indonesia. Surakarta: Genta Smart.
Penerbitdeepublish.com (2021, 22 Juli). Kesalahan Pengggunaan Awalan di: Cara Membedakan dan Contohnya. Diakses pada 22 Januari 2023, dari https://penerbitdeepublish.com/kesalahan-penggunaan-awalan-di/
Mustika, Praba. (5 Desember 2021). Contoh dan Pengertian Kalimat Langsung dan Tidak Langsung. Diakses pada 22 Januari 2023, dari https://katadata.co.id/intan/berita/61aa19cd07d48/contoh-dan-pengertian-kalimat-langsung-dan-kalimat-tidak-langsung/
Lusiana, Rina. (21 Oktober 2021). Apa yang Dimaksud dengan Hubungan Membaca dan Menulis? Begini Penjelasannya. Diakses pada 22 Januari 2023, dari https://www.muslimterkini.com/ragam/pr-901511089/apa-yang-dimaksud-dengan-hubungan-membaca-dan-menulis-begini-penjelasannya/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI