Mohon tunggu...
Endang Hardyanti
Endang Hardyanti Mohon Tunggu... -

Cikarang Barat

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Manusia Yang Pantas Di Doakan...

14 Maret 2012   07:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:04 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini setahun sudah aku bekerja di daerah Jakarta.

Berpacu dengan waktu dan bercengkerama dengan kemacetan.

Ini dalam kondisi normal bukan karena sesuatu hal ada banjir atau kecelakaan.

Tidak bisa di prediksi juga kondisi jalanan, mau tanggal muda atau tanggal tua ..benar-benar unpredictable.

Kalau ada sesuatu hal di luar perhitungan bisa 4 jam sekali perjalanan ke kantor.

Sekarang aku baru tahu kenapa suamiku tidak berminat sama sekali naik mobil.

Dia lebih memilih naik bis dan di sambung ojeg.

Lebih efektif dan save time menurut dia, disamping berbagi rejeki sama tukang ojeg.

Masuk akal karena dia berangkat lebih siang dan sebelum magrib juga sudah bisa sampai rumah.

Waktu yang berharga masih bisa di alokasikan untuk anak-anak.

Buatku yang biasa kerja dekat rumah dan sekarang harus menghabiskan waktu 2 jam lebih di perjalanan.

Huh..benar-benarsebuah perjuangan beratuntuk mewujudkan cita-cita yang belum tercapai.

Belum kalau dalam kondisi tidak dapat tempat duduk sementara jalanan macet.Alamak..

Wow..benar-benar suatu ujian yang bisa membuat otak tumpul karena hanya bisa tarik napas.

Tapi seringnya aku habiskan waktuku dengan membaca apa saja , itung-itung memanfaatkan waktu luang.

Kadangmata sampai lelah membaca, genteng rumah tetap saja belum kelihatan.

Sudah tertidur di jok sampai bolak-balik terbangun belum juga nyampai rumah.

Jengkel juga dengan acarangetem menunggu penumpang , atau masuk ke rest area untuk untuk cek penumpang atau isi bensin.

Tarik napas lagi..untuk memperpanjang umur..hahahahaha

Tapi akhir-akhir iniaku bisabersyukur ketika duduk di belakang sopir bis.

Dalam kondisi macet, aku masih bisa makan dan minum yang selalu aku selipkan di tasku.

Sementara Pak Sopir sibukdengan kopling dan gigi serta matanya awas melirik spion kanan-kiri.

Kendaraan besar seperti bis pasti tidak selincah mobil kecil untuk ngepot kanan kiri di tengah kemacetan.

Diapun berusaha untuk cepat sampai tujuan dan terlepas dari kemacetan.

Namun tidak terlihat kekesalan di matanya atau tarikan napas panjang menghela di tengah kemacetan.

Aku yakin meski menyetir adalah makanan dia sehari-hari, tapi kemacetan juga menguji kesabaran juga.

Sungguh manusia yang pantas di doakan untuk mendapatkan kelancaran rejeki dan kelapangan hati…Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun