Harmonisasi kebijakan terkait pemenuhan hak dan Perlindungan Anak terlihat jelas dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak nomor.8 tahun 2014 tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak.Â
Dalam peraturan tersebut Sekolah Ramah Anak yang selanjutnya disingkat SRA adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan nberbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.Â
Bagaimana implementasinya sampai saat ini? Lebih dari 60 ribu satuan pendidikan sudah memiliki SK SRA dari pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sesuai kewenangan masing-masing. Namun belum banyak yang diajukan untuk mengikuti standarisasi SRA oleh Kementerian PPPA.Â
Anak dan Perempuan Sangat Rentan
Anak remaja di Indonesia dalam 12 bulan terakhir ini masih mengalami kekerasan dalam berbagai bentuk. Berdasarkan survei nasional yang dilaksanakan pada 2021 sebanyak 26,38% anak perempuan usia 13-17 tahun dan 20,51% anak laki-laki usia 13-17 tahun mengaku mengalami sedikitnya 1 bentuk kekerasan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia menerima 2.971 pengaduan.pada 2022. Â Berdasarkan 4 klaster sistem perlindungan anak, pengaduan terbanyak terkait lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif disusul.klaster pendidikan, waktu luang, kegiatan budaya, dan agama.
Sementara itu dari 2.982 kasus terkait anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus menunjukkan bahwa anak-anak kita sangat rentan mengalami kekerasan fisik, psikis dan kejahatan seksual.Â
Bagaimana dengan  kekerasan yang dialami perempuan?
Meskipun sempat menurun dapat 2019 ternyata terjadi peningkatan kasus kekerasan yang dialami perempuan sekitar 25% dalam data Simfoni Kemenppa 2021.Â
Lindungi Anak Perempuan Kita
Giat 16 hari kampanye kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilaksanakan serempak setiap 25 November - 10 Desember diharapkan membangun kesadaran tentang pentingnya melindungi perempuan dan anak Indonesia.Â
Sigap Kerlip Indonesia melaksanakan giat ini bersama Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan, Gerakan Indonesia Pintar, Dewan Kesenian Kampar, Seniman Riau, Ikatan Bidan Indonesia, Forum Anak Kampar dengan melantunkan Doa untuk Cianjur di Anjungan Kampar diiringi dengan  membuka dompet kemanusiaan di Riau Expo di Pekanbaru pada 25-26 November 2022.Â
Sementara itu, Tim Sigap Kerlip Cianjur membuka pos penerimaan bantuan untuk balita, anak, perempuan, dan lansia di Desa Wangunjaya kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur. Relawan yang bergabung di Tim Sigap Kerlip langsung j membuka Pojok Gembira di Poso pengungsian Kedung Hilir Desa Sukamanah setelah menerima laporan di lokasi tersebut belum ada Layanan Dukungan Psikososial.
Kegiatan kampanye di Pojok Gembira tersebut dilaksanakan secara  sederhana. Tim SKI mengajak anak-anak melakukan tepuk hak anak dan membuat papan mimpi di Pojok Gembira. Sebanyak 60 penyintas anak di Kedung Hilir terlihat gembira menunjukkan papan mimpi masing-masing.
Sementara itu Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan menyelenggarakan Bimbingan Teknis Menuju Satuan Pendidikan Ramah Anak di Krui Pesisir Barat Lampung. Sebanyak 76 dari 90 guru yang menjadi sasaran POP Perkumpulan hadir mengikuti Bimtek yang dilaksanakan di pesisir pantai yang indah bersama 9 Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan Pesisir Barat.
Â
Data KPAI dan Simfoni Kemppa 2021 disajikan untuk menggugah kesadaran para pendidik panutan ini agar mau hijrah hati menuju SRA dengan menyusun ulang tata tertib sekolah menjadi lebih peduli anak.Â
"Tata tertib peduli anak terdiri dari daftar aksi baik dan bobot poin penghargaan yang diterima anak serta mekanisme kasus dengan SOP yang disusun berdasarkan kesepakatan  antara guru, orangtua, dan anak. Kebiasaan mendengar dan menanggapi dengan sungguh-sungguh kami bangkitkan dengan mengajak pendidik memfasilitasi anak melaksanakan  6 langkah gembira menjadi keluarga 0eduli pendidikan, "ujar Yanti Kerlip, Fasilitator Nasional SRA yang juga Pembina SKI dan Ketua Perkumpulan.
Testimoni dari ketua MKKS, Bapak Sofyan bahwa kegiatan POP Perkumpulan di Pesisir Barat mendorong perubahan dengan gembira  serta pengakuan guru-guru dan kepala sekolah yang merasakan kegembiraan selama mengikuti kegiatan POP melengkapi antusiasme peserta selama Bimtek berlangsung.pada 30 November 2022.Â
Pencegahan Kekerasan dan Perlakuan Salah lainnya Terhadap Anak melalui penyusunan Tata Tertib Peduli Anak Menuju SRA ini diharapkan dilaksanakan berkelanjutan menjangkau seluruh satuan pendidikan di Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H