Bahasa dan budaya saling mempengaruhi satu sama lain. Kita tidak mungkin memahami budaya suatu bangsa tanpa memahami bahasanya. Di lain pihak, bahasa merupakan hasil dan manifestasi budaya. Bahasa mempengaruhi budaya karena apa yang diungkapkan pengguna bahasa mencerimankan kebiasaan penuturnya. Sementara itu budaya mempengaruhi bahasa karena dalam pembentukan bahasa juga lahir dari pola pikir manusia. Budaya juga terbukti mempengaruhi sttuktur dan fungsi penggunaan bahasa.Â
Dalam proses ijab kabul pernikahan keponakan kami akhir pekan lalu, pembawa acara memandu prosesi ijab kabul sampai sungkeman dalam bahasa Jawa yang sangat indah. Sayang sekali saya tidak tahu artinya. Saat menanyakan artinya kepada keponakan yang  hadir bersama saya, dia pun tidak tahu. "Bulik, bahasa Jawa adalah pelajaran yang paling sulit saat Vita sekolah, "ujarnya lirih.  Ternyata perempuan setengah baya di depan kami pun hanya menangkap garis besarnya saja.Â
Fenomena ini terjadi dimana-mana. Bukan hanya sekarang. Sebagai penutur bahasa sunda, saya juga mengalami kesulitan belajar bahasa sunda di sekolah. Ada banyak istilah yang jauh dari konteks sehari-hari kami di kota besar yang harus dihapalkan. Ketika menikah dengan orang Jawa, saya memutuskan memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Tak mengherankan jika putra-putri kami kesulitan mempelajari bahasa sunda di sekolah. Padahal ketiganya lahir dan besar di kota Bandung.
Hubungan Budaya dan BahasaÂ
Budaya berasal dari kata buddhayah (Sanskerta) merupakan bentuk jamak dari buddhi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal. Menurut Selo Somardjan, kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Margaret L.Andersen mendefinisikan kebudayaan sebagai sistem yang kompleks makna dan perilaku, yang mendefinisikan cara hidup bagi kelompok tertentu atau masyarakat; termasuk keyakinan, nilai-nilai, pengetahuna, seni, hukum, adat, kebiasaan, bahasa, pakaian, dan lain-lain.
Merujuk pada pengertian tersebut, bahasa memiliki hubungan subordinatif dengan budaya sebagaimana dinyatakan oleh Koentjaraningrat pada 1992. Bahasa adalah simbol dan aturan yang disatukan, dirangkaikan hingga memiliki arti. Struktur dan fungsi penggunaan bahasa sangat dipengaruhi oleh budaya. Budaya mempengaruhi penggunaan kata ganti, gaya berkomunikasi, dan topik perbincangan serta bagaimana bahasa digunakan dan dimengerti dalam konteks sosial.
Memuliakan Bahasa Ibu
Kata-kata Pramoedya Ananta Toer, tanpa mempelajari bahasa sendiri pun orang takkan mengenal bangsanya sendiri, menggambarkan dalam situasi kekinian. Banyak orangtua terutama di perkotaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan bahasa asing putra-putri mereka.Â
Pelajaran bahasa Indonesia seperti bahasa daerah menjadi momok yang menakutkan anak-anak sekolah. Sementara itu kursus bahasa Inggris terus kebanjiran peminat. Di berbagai sekolah berprogram khas bahkan menjadikan bahasa inggris sebagai pengantar. Fenomena ini menjadi alasan utama kami menyajikan trma Bahasa Itu Budaya pada Kultur Parenting Pagi (KPP) tadi.
Batasan-batasan budaya yang ada antara etnis atau suku bangsa tertentu nampak jelas pada bahasa ibu yang dipakai dan digunakan sehari-hari. Memuliakan bahasa ibu diyakini dapat memperkuat komitmen anak-anak kita untuk membangum jati diri bangsa sebagai Profil Pelajar Pancasila. Beberapa tips praktis yang saya sajikan mendapatkan sambutan antusias dari pemirsa KPP tadi pagi, yakni:
1. Menciptakan suasana belajar sebagai penutur
2. Mengenalkan nama-nama dan istilah dalam bahasa ibu
3. Mengenalkan bahasa ibu melalui permainan-permainan tradisional.
Terbersit harapan, semua pemirsa KPP mau belajar dari bambu yang menghabiskan waktu lima tahun untuk membangun akar yang kokoh jauh di dalam tanah lemudian tumbuh menjulang ke langit setinggi puluhan meter hanya dalam enam pekan.Â
Kita bisa mulai dengan mengenalkan permainan beklen atau congkak atau permainan tradisional lainnya melangkapi penerapan  berpakaian daerah di sekolah. Pada saat anak tergelitik bertanya tentang asal.usul permainan tersebut, kita bisa mengajak anak ke perpustakaan untuk mengenal kebiasaan, nama, dan  istilah dalam bahasa Ibu. Perlahan namun pasti kita tumbuhkan calon-calon pemimpin yang memiliki.akat budaya bangsa yang kokoh. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H