Sudah dua kali ini rencana dwimingguan yang saya sepakati bersama supercoach Dhanya Rayanti terlihat berulang. Butuh waktu 18 bulan untuk membuka pikiran bahwa saya  membutuhkan coaching yang intensif untuk membangun kebiasaan berbasis identitas. Beruntung saya dipertemukan dengan 4 orang supercoach berpengalaman lebih dari 23 tahun membimbing 1.200 orang yang sangat sabar. Salah satu keunikan dari komunitas yang saya masuki 28 Oktober 2020 ini adalah forgiving.
Sampai jelang ramadhan tahun ini saya belum merasa perlu membaca buku-buku yang direkomendasikan dengan sungguh-sungguh. Awalnya saya merasa  lebar pisan menandai buku-buku yang saya baca dengan stabilo warna-warni. Setelah menyimak paparan supercoach dari praktik baik membaca serius dengan putra sulungnya yang juga anggota komunitas ini, saya mulai memberanikan diri menduplikasi.Â
Dulu saya menganggap duplikasi sangat tabu dalam penerapan Panutan- Pendidikan Anak Merdeka, Bermutu, dan Tanpa Kekerasan . Merdeka lahir, batin, tenaga, dan pikiran sebagai salah satu azas pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara berarti memberikan kebebasan seluas-luasnya untuk belajar sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan peserta didik. Ternyata bukan hanya anak, orang dewasa pun perlu open mind, berpikiran terbuka untuk mau menduplikasi aktivitas yang sudah terbukti efektif untuk membangun kebiasaan baru berbasis identitas. Dimana ada kemauan di situ ada jalan.Â
Percaya bahwa kita bisa melakukan banyak hal melicinkan jalan bagi pikiran kita untuk menemukenali cara-cara kreatif. Tentu diawali dengan sosok seperti apa yang ingin kita wujudkan pada jangka waktu tertentu dan alasan-alasan kuat mengapa identitas baru tersebut yang kita impikan.Â
Dalam bukunya yang berjudul The Magic of Thinking Big, David J. Schwartz menegaskan bahwa kapasitas benar-benar merupakan keadaan pikiran. Filosofi saya-dapat-mengerjakannya-dengan-lebih baik-menghasilkan mukjizat. Kekuatan kreatif Anda akan hidup dan cara-cara untuk melakukan segala sesuatunya dengan lebih baik akan muncul dengan sendirinya. Tidak perlu menghabiskan waktu untuk berpikir terlalu keras. Cukup dengan menanamkan kepercayaan dan mau bergerak melakukannya dengan alasan yang sangat kuat membangkitkan antusiasme dalam diri kita.Â
Berikut ini adalah tips praktis dari David J. Schwartz untuk membiasakan berpikir dan berjiwa besar:
1. Tindakan mengalahkan ketakutan. Salah satu cara terbaik untuk mengurung ketakutan kita adalah dengan melakukan sesuatu.
2. Â Lakukan usaha terbaik kita dengan penuh percaya diri. Lupakan peristiwa yang tidak menyenangkan dan tumbuhkan pikiran-pikiran positif untuk menguatkannya
3. Setiap orang adalah manusia biasa seperti kita. Kita hanya perlu menempatkan orang lain dalam perspektif ini dengan mengembangkan sikap saling hormat dan penuh pengertian satu sama lain.Â
4. Lakukan hal-hal yang selaras dengan hati nurani kita
5. Pastikan kita selalu percaya diri dalam setiap kesempatan. Selalu membiasakan datang minimal 5 menit sebelum pertemuan, duduk di barisan paling depan, unjuk tangan setiap sesi tanya jawab dimulai, tersenyum lebar, berbicara terus terang, kontak mata dengan orang yang diajak bicara, berjalan 25 persen lebih cepat adalah beberapa tindakan yang memperkuat rasa percaya diri kita.