[3/29, 09:12] Aa Zakky: Suratnya sudah diterima
[3/29, 09:15] Aa Zakky: Tunggakan 15 bulan total 172.555.341,16 per hari ini
[3/29, 09:23] Aa Zakky: @Yanti Sriyulianti bu, angka ini utk sampe rabu ya (per bulan ini) jd katanya coba diusahakan sblm rabu udh ada yg masuk supaya pembukuannya di ada perubahan di bulan ini. Jd nanti 50% sisanya udh angka yg beda karena pas masuk bulan depan udh nambah angsuran berikutnya
[3/29, 09:27] Yanti Sriyulianti: Mohon konfirmasi apakah memungkinkan 50% dari tunggakan atau sebesar  Rp86.278.000 dapat ditransfer paling lambat Rabu, 30 Maret 2021?
Jazakumullah khoiron katsiiron
[3/29, 10:47] ITB Gembong Primajasa: Bisa trh
[3/29, 10:48] ITB Gembong Primajasa: Teh
[3/29, 10:48] ITB Gembong Primajasa: Besok
[3/29, 10:48] Yanti Sriyulianti: Alhandulillah
[3/29, 10:49] Yanti Sriyulianti: Terima kasih ya Mas
[3/29, 11:04] Yanti Sriyulianti: Ijin ya Mas, nmZakky akan update ke Mas Gembong
[3/29, 11:15] ITB Gembong Primajasa: Ok
[3/29, 11:16] ITB Gembong Primajasa: Besok bukti bayarnya sampaikan ke saya ya
[3/29, 11:36] Yanti Sriyulianti: Baik Mas
Untuk kesekian kalinya Mas Gembong membantu keluarga kami. Kali ini terkait tunggakan cicilan Rumah KerLiP Kanayakan  yang dicicil Ugie sejak 10 Desember 2010.Â
Serangan stroke yang dialami Ugie tak terlepas dengan hasratnya untuk mendukung upayaku dan anak-anak untuk tumbuh bersama Keluarga Peduli Pendidikan. Impian kami Rumah KerLiP Kanayakan menjadi pusat gerakan kami tumbuh bersama Penggerak Panutan Istimewa membantu para penyintas anak dan perempuan di pelosok Nusantara. Ugie berusaha keras bangkit ketika perusahaan peetamanya dibekukan pada 2014 agar bisa memenuhi kewajibannya.
"Bapak akan melanjutkan rencana menjual buku kita dan melengkapinya dengan berkeliling menggali narasi dari para pelaku sejarah dan tokoh budaya si berbagai pelosok,"ujar Ugie. Siang itu, Ugie membelikan siomay kesukaan kami. Sambil makan siang, aku dan Fitry mengajaknya bicara terkait rencana penjualan rumah warisan untuk menutupi tunggakan Rumah KerLiP Kanayakan. Dua minggu yang lalu, Ugie mengurus semua persyaratan yang dibutuhkan untuk menerbitkan sertifikat rumah warisan orangtuanya di Semarang dengan dukungan dana yang kami himpun untuk membantu Rumah KerLiP tetap berdiri. Sikapnya membuatku dan Fitry berpikir keras mengantisipasi hal terburuk. Saat bersamaan Ugie meneruskan SP3 dari BSI. Menyusul kemudian surat tanggapannya Panjang dan lebar seperti biasanya.Â
"Bu, Bapak muntah-muntah!" TeriakFitry dari arah tempat wudhu di balkon belakang. Aku sedang menuntaskan My Dreams & Goals sambil menindaklanjuti beberapa peluang sebelumnya. Tubuh Ugie terlihat lemas. Kami berdua memapahnya ke kamar. Ia terlihat sangat kepayahan setiap kali muntah. Urat-urat di lehernya terlihat mengeras. Aku segera menghubungi dokter syaraf dan penyedia homecare.
"Duh subhanallah..."
"Malu. Pengen banyak berbuat lebih baik lagi"
"Kita hibahkan waktu, tenaga, pikiran untuk raih mimpi bantu lebih banyak anak dan perempuan dalam 5 tahun ke depan"
"Rumah sudah ijab kabul  hibah manfaat jadi Rumah KerLiP Kanayakan, kitanya membaktikan diri juga"
"Aa ngga ingin kaya  tapi ingin seperti Om Gembong. Selalu siap membantu terutama dana yang dibutuhkan sahabat yabg sedang kena musibah"