Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ternyata Persyaratan Pembelajaran Tatap Muka Sangat Berat

16 Desember 2020   03:46 Diperbarui: 16 Desember 2020   21:47 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Remaja Muslimah Pelopor Kebaikan Pandeglang ikut kampanye (dokpri)

Judul berita yang dibagikan teman dari Muhammadiyah selaras dengan pikiranku. SKB terbaru yang diluncurkan Mendikbud, Nadiem Makarim menegaskan pentingnya protokol kesehatan dan keselamatan dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) di Masa Kebiasaan Baru. Hal ini juga mengemuka dalam kegiatan workshop di Deli Serdang. 

"Wah, mana sanggup sediakan masker 3 ply untuk semua anak setiap hari!"

"Siapa yang membayar biaya pemeriksaan untuk memastikan guru dan peserta didik cormobid terkontrol?" 

"Belum lagi soal transportasi yang aman. Anak-anak kami sampai naik ke atap mobil karena terbatasnya angkutan umum. Siapa yang bertanggung jawab menyediakan transportasi aman?"

Guru dan Kepala Sekolah yang mengikuti Workshop Desa Satu pada 23 November-9 Desember 2020 bersahut-sahutan. Mereka baru menyadari beratnya persyaratan PTM di Masa Kebiasaan Baru. Sebelumnya semua manajemen sekolah fokus pada ketersediaan sanitasi dan kebersihan saja. 

Menyelamatkan Pemilik Masa Depan

Prosentase anak yang terinfeksi Covid19 relatif kecil dibanding kelompok umur lainnya. Namun sekali terinfeksi, anak usia dini yang sembuh dari Covid19 akan bergantung pada oksigen dalam tabung. Apalagi pneumonia paling banyak menyerang anak-anak. Hal ini terungkap dalam kegiatan Asah Pena Menyapa bersama Ketua Umum IDAI, Dokter Aman Pulungan.

Anak adalah pemilik masa depan. Menyelamatkan pemilik masa depan berarti menyelamatkan keberlangsungan hidup manusia. Inilah salah satu alasan para perempuan tangguh menyerukan Anak Lebih Baik Di Rumah Saja: Orangtua Bijak Di Rumah Saja. Mereka bergerak dalam senyap di ruang-ruang obrolan ringan sesama perempuan. 

"Kirim fotonya saja, Teh! Biar kita tahu jumlah perempuan tangguh yang berpartisipasi dalam kampanye ini,"ujar Lovely, penggagas sekaligus penyedia layanan meme kampanye OPEreT. 

Ibu, ayah, lakukan saja! Sekecil apapun langkah kita jika itu dilakukan untuk menyelamatkan anak-anak kita, insya Allah akan berdampak nyata. 

Masih ada waktu sekitar 20 hari menjelang semester genap yang mendebarkan itu. Ibu dan ayah bisa mulai dengan mengajak ananda membiasakan 3M dan mengingatkan manajemen sekolah ananda untuk memenuhi 6 poin dalam Daftar Periksa dengan sebenar-benarnya dan menyeluruh. Menggiatkan main di rumah bersama ananda akan sangat bermanfaat di tengah tekanan psikososial yang berkepanjangan selama pandemi Covid19. 

Lakukan saja! Anak-anak membutuhkan kita agar selalu siap untuk selamat.

Tindakan mengalahkan ketakutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun