Meningkatnya prosentase ketidakpatuhan masyarakat dalam menjalankan 3M mendorong para perempuan yang menggiatkan Obrolan Perempuan Tangguh (OPEreT) memperkuat gerakan 3M. Anak saya di rumah saja, Orang tua bijak di rumah saja menjadi tagar pilihan
"Kita harus sampaikan bahwa banyak orangtua di sekolah tempat anak kita belajar menolak mengijinkan Pembelajaran Tatap Muka Januari 2020!" Seru Lovely dengan geram. Sekjen Asah Pena Indonesia yang juga pembina OPEreT ini mempertanyakan niat orangtua yang mendorong PTM segera diberlakukan. Â Dalam kegiatan OPEreT Berkisah edisi hari Hak Asasi Manusia, ia menetapkan topik "Orangtua minta masuk sekolah karena lelah atau demi anak?"
"Saya merasa dipaksa menandatangani pernyataan bahwa saya mengijinkan anak masuk sekolah. Guru putri saya datang membawa surat yang tersebut. Di dalamnya ada pernyataan orangtua tidak akan menuntut sekolah jika anak terinfeksi Covid19, "ujar Ocha, ibu dari dua anak perempuan yang mengikuti OPEreT Berkisah.Â
15 Langkah Mewujudkan SPAB
Sebelumnya saya memilih melakukan edukasi perubahan perilaku dan mengajak seluruh warga satuan pendidikan untuk melaksanakan 15 langkah Mewujudkan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Masa Kebiasaan Baru berikut:Â
1. Konsolidasi dengan mitra
2. Edukasi Perubahan Perilaku
3. Main di Rumah
4. Dukungan Psikososial Bagi Guru
5.Dukungan Psikososial Bagi Peserta Didik
6.Daftar Periksa
7. Pelatihan mandiri SPAB bagi guru, komite sekolah, tenaga kependidikan
8. Pelatihan GSB MeSRA bagi Peserta DidikÂ
9. Penggunaan InaRisk untuk memetakan risiko bencana di sekolah
10. Penyusunan Rencana Aksi dan Pembentukan Tim Siaga Bencana minimum Satgas Covid19
11. Penyusunan Prosedur tetap pra, saat tanggap darurat, dan pasca bencana
12. Simulasi evakuasi sebelum PTM, pada hari kesiapasiagaan bencana, dan di bulan PRB
13. Penilaian Mandiri dan Pengawasan Rutin Daftar Periksa
14. Evaluasi Pelaksanaan Simulasi Evakuasi Prosedur Tetap
15. Pemutakhiran Rencana Aksi
Namun dengan berlalunya waktu dan kecenderungan peningkatan warga yang terinfeksi Covid19, saya mulai berpikir ulang. Apalagi setelah menyimak informasi yang disampaikan para perempuan tangguh.Â
"Wah kalau Pemerintah menyerahkan kepada Pemerintah Daerah dan orangtua diminta menandatangani pernyataan bermaterai tidak akan menuntut jika anak terkena bahaya virus ganas ini, lalu siapa yang menegakkan sistem perlindungan anak?" Setengah berteriak saya  menyampaikan pertanyaan tersebut semalam.Â
Ibu, ayah mari kita jujur pada diri sendiri, apakah pantas kita berlepas tangan dari tanggung jawab melindungi anak tercinta di masa pandemi Covid19 dan menyerahkan anak kita ke satuan pendidikan yang jelas menyatakan tidak bertanggung jawab jika anak kita terkena infeksi virus mematikan ini?Â
Jika ibu dan ayah mau melindungi amanah ilahi mari kampanye bersama OPEreT
Anak saya di rumah saja
Orangtua bijak pilih di rumah saja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H