Berita tentang wafatnya 3 guru di sebuah sekolah mengiris hatiku. Lengkap sudah kesedihanku. Untung saja ada berjuta bara di dadaku. "Ibu sebaiknya tidak terlalu menggebu-gebu saat menyampaikan materi, jadi terasa diburu-buru,"ujar salah satu kepala sekolah yang mengikuti workshop.Â
Selama 2 minggu aku tinggal di sebuah cottage. Sendirian. Materi presentasi yang kusiapkan sebelumnya mengalami revisi 5 kali memenuhi saran peserta gelombang 1, 2, 3, 4, dan 5. Rasa keberlimpahan menyaksikan pertumbuhan KerLiP Sumatera memompa semangatku. "Setiap gelombang diikuti 120 kepala  sekolah dan guru terbagi 2 kelas. Seluruhnya 8 gelombang, "Junaidi Malik, koordinator KerLiP wilayah Sumatera menjelaskan workshop.yang dilaksanakan atas kerjasama dan dukungan Pemkab Deli Serdang. Aku pun menghabiskan waktu menyapa semua peserta yang mengirimkan testimoni. Alhamdulillah sekitar 300 dari 840 peserta workshop mengikuti arahanku. Lebih besar dari target 20% yang kutetapkan. Alhamdulillah.
Ibu Jaga Jarak Datang!
Keputusanku untuk menjadi anggota subbid edukasi perubahan perilaku Satgas Covid19 membuatku makin gencar kampanyekan 3M. Aku langsung mengajak para perempuan tangguh mengganti profil media sosialnya dengan poster yang disiapkan Lovely. Â Sebanyak 2000 perempuan melakukannya. Semua mahasiswa yang menjadi duta perubahan perilaku rutin menerima sapa pagiku. Tidak banyak yang merespon, tapi aku tetap melakukannya.Â
Hujan rintik-rintik membasahi lorong berpayung tanaman bambu yang tertata apik sampai gerbang. "Ayo jaga jarak 1-2 meter. Masker bukan celemek. Tidak diletakkan di leher!" Aku berkata sambil menyaksikan panitia menata antrian di depan meja administrasi.Â
Pakai maskermu
Cuci tangan pakai sabun
Jangan sampai tertular
Ingat selalu pesan ibu
Jaga jarakmu
Hindari kerumunan.
Jaga keluargamu
Saking seringnya dipakai untuk mengingatkan peserta workshop, syair lagu Padi Reborn pun kuhafal di luar kepala. Sayang sekali perubahan perilaku tidak langsung terlihat. Banyak peserta yang berpose berdempetan tanpa masker di depan cottage yang kutempati. Mereka saling kontak fisik tertawa riang sebelum meninggalkan hotel. Duh!
"Teh, banyak yang buru-buru lakukan 3M pas melihat teteh datang. Kata mereka: Awas!Ibu jaga jarak datang!" Kata-kata Patimah, ketua PKBM Cendana menyadarkanku tentang sulitnya edukasi perubahan perilaku. Hasil survei yang menunjukkan 55% tidak patuh karena tak ada sanksi. Kudengar ketidakpatuhan naik jadi 20%. Aku hanya bisa mengurut dada.
"Ijin menyampaikan Pak. Sampai saat ini sudah 18 orang guru dan kepala sekolah yang mendaftar menjadi Penggerak Panutan Istimewa. Keistimewaannya terletak pada komitmen tumbuh bersama tim TKM mendukung Gembira bersama KerLiP, "kalimat pembuka ini kusampaikan kepada Pak Yusnaldi, Sekretaris Dinas Pendidikan saat kami makan malam bersama. Â
Sebelumnya KerLiP Â mengklaim ada 600 Penggerak Panutan yang siap menemani 6.000 keluarga peduli pendidikan anak usia dini pasca Bimtek Penguatan Pembelajaran Paud. Namun kenyataannya kemajuan dalam Gerakan Main Di Rumah Sedunia masih sangat kecil.Â
Penggerak Panutan Istimewa (PPI) menghantarkanku selangkah maju meraih impian. PPI menjadi tempatku berharap tumbuh bersama keluarga peduli pendidikan yang sesungguhnya  Dan ini adalah impian ketigaku pada 5 tahun ke depan.
Jangan kendor, Yanti!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H