Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ibu, Ayah, Bangun! Anak-anak Menunggu Kita, Pendidik Utama dan Pertama!

17 Agustus 2020   06:12 Diperbarui: 17 Agustus 2020   06:34 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
covid19.sidoarjokab.go.id

Ibu, ayah, pada tahun 1966, sekolah tutup selama setahun. Apakah generasi yang mengalaminya jadi bodoh? 

Ada Profesor Miko, Kak Seto, dan Dr. Aman Pulungan,  ketua IDAI juga kakek-nenek yang melahirkan dan membesarkan kita lho!  

Saya dan teman-teman seangkatan, juga ibu dan ayah pernah mengalami perpanjangan sekolah satu semester. Apakah hasilnya membuat angkatan kita bodoh semua?

Ibu, Ayah

Saat ini kita sedang mengalami situasi darurat, hampir di seluruh pelosok dunia. Pemerintah Indonesia sudah berusaha keras melindungi anak-anak kita dengan menghapus kebijakan Ujian Nasional, merelaksasi BOS dan BOP untuk mendukung pembelajaran jarak jauh,  menerbitkan norma, standar, prosedur, dan kriteria Belajar Dari Rumah. Semuanya demi anak-anak dan kita menjaga kelangsungan hidup dengan Adaptasi Kebiasaan Baru dan Hidup Sehat di masa pandemi COVID19 dengan dukungan psikososial yang tepat.

Ibu, Ayah

Allah menitipkan amanah ilahi kepada kita. Dan kita menyambut kelahirannya dengan suka cita. Namun, apa yang kita lakukan ketika buah hati kita masuk sekolah? Kita biarkan anak-anak tumbuh kembang dengan teman sebaya. Apakah kita tahu bahwa sebagian besar anak yang mengaku pernah dibully? Apakah kita sudah menjadi teladan yang baik bagi anak kandung kita? Kita sibuk dengan kegiatan kita sendiri. Hampir tak ada waktu untuk bercengkerama dengan mereka. 

Ibu, Ayah

Bangunlah dari tidur panjang itu.  Berhentilah menuding guru-guru ketika ada anak yang menunjukkan perilaku salah. Permata hati anugerah Ilahi ini membutuhkan kasih sayang dan belaian kita agar siap menghadapi tantangan jamannya. 

Ibu, Ayah

Kita tidak diminta melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh sendirian. Guru sudah menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran  jarak jauh daring dan luring. Tak ada tuntutan untuk menuntaskan kurikulum. Tak ada tuntutan untuk meraih angka tertentu. Kita hanya diminta untuk tetap membimbing anak-anak tercinta melakukan Adaptasi Kebiasaan Baru,  Gembira bermain dan belajar dari rumah, belajar kecakapan hidup, dan memperkuat karakter sebagai warga negara yang baik.

Ibu, Ayah

Tempat dan fasilitas umum dibuka agar kita, orang dewasa dapat mencari nafkah dengan tetap menaati protokol kesehatan dan keselamatan selama masa pandemi COVID19. Beberapa diantaranya sudah menjadi klaster baru penyebaran COVID19. Kita masih belum terbiasa lakukan Adaptasi Kebiasaan Baru. Apa jadinya jika sekolah yang belum siap menjalankan protokol kesehatan dan keselamatan dibuka? 

Ibu, Ayah, 

Anak-anak sangat rentan terhadap bahaya COVID19. Apakah ibu dan ayah sudah memastikan sendiri sekolah ananda siap menjalankan protokol kesehatan dan keselamatan jika menjalankan Pembelajaran Tatap Muka? Apakah anak-anak kita sudah terbiasa pakai masker berjam-jam, tidak menyentuh wajah dan benda di sekitar mereka, selalu cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak minimal 1,8 meter?Apakah kita yakin, rute dari rumah ke sekolah dan sebaliknya benar-benar aman?

Ibu, Ayah, Bangun!

Anak-anak membutuhkan kita agar tetap hidup sehat, terlindungi dari bahaya COVID19, dan tumbuh kembang dalam balutan kasih sayang kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun