Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melarik Rindu

4 Agustus 2020   19:12 Diperbarui: 4 Agustus 2020   21:27 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayo siapa yang mau bicara dengan Kak Seto!" Rindu menatap wajah keponakan-keponakannya. Tak ada yang menjawab. Semuanya asyik menyiapkan nasi kotak untuk pengajian nanti. Rindu bergegas mengambil air wudhu. Ia baru saja menutup webinar rutin bersama sahabatnya di kanal youtube. Pukul 15.30 WIB, jadwal pertemuan Rindu dengan Kak Seto dan para ketua organisasi mitra yang bersiap melaksanakan konferensi pers Senin siang. 

Ketua umum FGII yang meminta pertemuan koordinasi sore ini tak kunjung masuk ke room.zoom. Sekjen LPAI sempat mempertanyakan banyak hal. Kak Seto menegaskan kembali tentang tema Hari Anak 2020 "Anak Terlindungi, Indonesia Maju". Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga hak hidup dan tumbuh kembang anak selama masa pandemi COVID19. Kak Seto juga yang berhasil menggandeng ketua IDAI. Akhirnya pertemuan sore itu menyepakati jadwal pengumpulan bahan siaran pers.

***

Rindu menyimak dengan seksama paparan Dirjen yang baru tentang rencana pelaksanaan tatap muka di zona kuning. Sambil menahan sakit gigi yang kumat lagi kemarin sore, Rindu menekan raise hand. 

"Saya baru ngeh tentang kekhawatiran IDAI saat mendengar dokter Yogi menyampaikan data dan fakta yang mengkhawatirkan. Apalagi diperkuat pernyataan perwakilan WHO yang meminta kita untuk hati-hati dengan penetapan zona hijau. Hari ini Dokter Yogi kembali menyampaikan informasi yang harus kita pertimbangkan betul agar tidak nekad, meminjam istilah komisioner dari KPAI. Bu Retno juga menyampaikan temuannya tentang ketidaksiapan sekolah-sekolah kita termasuk di zona hijau untuk mengikuti santiaji kesehatan dan keselamatan jika membuka tatap muka di masa pandemi COVID19. Mohon bersabar. Anak-anak harus dilindungi, "suara Rindu agak bergetar. Ia menahan tangis karena gundah dengan ungkapan dukungan beberapa organisasi massa terhadap rencana  membuka tatap muka dengan mengikuti protokol kesehatan dan keselamatan.

Dokpri
Dokpri
Kegundahan ini ditangkap Rima, sahabat lama yang kini menjadi Sekjen Asah Pena. Rindu langsung setuju untuk segera menyuarakan data dan fakta IDAI. Konferensi pers pun berlangsung dengan sambutan hangat para jurnalis muda dari berbagai media cetak dan daring. 

***

Rindu memutuskan hijrah ke Sulawesi untuk membangun pesantren kebangsaan di Kabupaten Mamassa jelang akhir 2019.  Ia bertekad untuk membangun basis keluarga peduli pendidikan dan merintis Pusat Pendidikan dan Latihan bagi Satuan Istimewa Siaga Pendidikan. Namun ia resah.  Pengaduan orangtua bahkan anak yang merasa tertekan karena tidak bisa Belajar Dari Rumah dengan gembira mendorong beberapa sekolah membuka tatap muka. 

"Rima, kamu harus maju kali ini. Berhentilah mengatakan diri tidak terbiasa advokasi. Apa yang kamu lakukan selama ini adalah kegiatan advokasi. Aku bantu dari belakang, " Rindu meminta Rima untuk melangkah tanpa ragu melakukan advokasi pemenuhan hak dan perlindungan anak di satuan pendidikan. 

Rima adalah perempuan yang sangat pintar menjalin kata.  Terobosan-terobosannya memanfaatkan platform daring mendapat sambutan antusias dari banyak pihak. Kesempatan bagi Rindu memperkuat komitmen sahabat lamanya ini memimpin advokasi bersama pengurus dan anggota Asah Pena Indonesia. 

"Aku harus mendampingi anak sulung yang sedang bersemangat membuka usaha homestay sambil menata Rumah KerLiP. Tapi aku tetap akan setia menemanimu. Apalagi kegiatan-kegiatan Rumah KerLiP tetap membutuhkan keterhubungan dengan jejaring advokasi hak atas pendidikan dan perlindungan anak, "kata Rindu.

Akhirnya Rima pun setuju melarik Rindu dengan menggerakkan jejaring mereka berdua untuk memulai advokasi memperkuat gebrakan merdeka belajar Mendikbud milenial NKRI, Nadiem Anwar Makarim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun