Program Organisasi Penggerak  atau POP diyakini mampu mendorong munculnya ribuan Sekolah Penggerak. Targetnya pun tidak tanggung-tanggung. Hingga 2022 program ini akan meningkatkan kompetensi 50 ribu guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan di 5.000 PAUD, SD, SMP, dan Sekolah Luar Biasa.Â
Episode ke-4 Merdeka Belajar ini merupakan terobosan baru dalam meningkatkan partisipasi publik di pendidikan. Program ini akan menciptakan Sekolah Penggerak sebagai kunci awal pemerataan kualitas pendidikan.Â
Organisasi Penggerak yang lolos seleksi program memperluas jangkauan praktik-praktik yang sudah terbukti meningkatkan kualitas hasil belajar murid. Sekolah Penggerak ini diharapkan berkembang dan mampu menggerakkan sekolah lainnya, secara terus menerus.
Bagaimana proses seleksi POP?
Selamat pagi Bapak/Ibu,
Unduh dokumen paparan dan Daftar Tanya Jawab Program Organisasi Penggerak untuk referensi Bapak/Ibu di http://bit.ly/PaparanForumOrganisasiPenggerak.
Forum Organisasi Penggerak akan ditayangkan melalui live streaming kanal Youtube Kemendikbud pada Selasa, 10 Maret 2020 mulai pukul 09.00 - 15.00 WIB melalui tautan http://bit.ly/ForumOrganisasiPenggerak
Bapak/Ibu dapat menyampaikan pertanyaan terkait program melalui http://bit.ly/TanyaOrganisasiPenggerak. Pertanyaan-pertanyaan terpilih akan ditampilkan dan dijawab oleh para panelis.
Terima kasih atas perhatiannya.
Salam,
Admin Sekolah Penggerak Kemendikbud
sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id
Pesan ini masuk ke email yang saya cantumkan saat mendaftar POP. Daftar Tanya Jawab membantu kami memahami seluruh persyaratan yang harus dipenuhi.Â
Perjuangan panjang melengkapi persyaratan POP terbasuh saat Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan mendapatkan check list hijau dan status Profil disetujui. Namun, kami tidak berhasil menemukan bagian yang belum terisi sampai detik terakhir penutupan pendaftaran proposal. Kami pun menyerah.Â
Tapi kami tetap mendapatkan hikmah dari penyusunan profil POP. Kami jadi lebih serius menata kelembagaan Perkumpulan yang kami dirikan sejak 25 Desember 1999. Praktik-praktik baik yang kami laksanakan selama 10 tahun terakhir pun kami sajikan dalam website sandikerlip.com. Ternyata proses ini sangat membantu kami saat mengikuti seleksi Lembaga Bantuan Beasiswa Baznas RI.
Kami benar-benar semangat ketika panitia menyampaikan kabar perpanjangan pendaftaran POP. Kami langsung menggalang dukungan anggota untuk memenuhi persyaratan Laporan Keuangan dari Kantor Akuntan Publik.Â
Saking semangatnya kami lupa memeriksa bahwa pada tahap perpanjangan tidak mengubah kriteria yang sudah diajukan sebelumnya. Kami sempat kecewa sebenarnya, apalagi kemudian melihat checklist hijau di persyaratan profil berubah.Â
Setelah konfirmasi berkali-kali kepada panitia, akhirnya kami dapat melengkapi sesuai permintaan Kemhumham. Akibatnya struktur organisasi pun kembali ke asal sesuai akta resmi Perkumpulan.
Kami sangat bersyukur ketika berhasil memenuhi seluruh persyaratan POP meskipun hanya bisa mengajukan kategori Kijang. Kami memilih 20 sekolah di daerah tertinggal yang rawan bencana dekat Jawa Barat yang mengirimkan guru pada kegiatan Bimtek Dukungan Psikososial dan Tanggap Bencana 2 tahun terakhir.Â
"Saya suka karena seluruhnya digital. Yang kurang mungkin kemampuan untuk melakukan save atau pengerjaan offline di dalam sistemnya, sehingga kami tidak bisa lolos tanpa perpanjangan waktu. Beberapa kali isian kami juga menghilang, sehingga perlu kami isi ulang kembali".
Testimoni Fitry memperkuat keyakinan kami bahwa proses seleksi POP yang sedang banyak dipertanyakan sudah menerapkan prinsip tata kelola yang baik, yakni transparan, akuntabel, rasionable, independen, dan partisipatif.
Apakah kami mengetahui bahwa ormas yang masuk diseleksi dengan double blind review oleh lembaga independen?
Tentu saja. Informasi tersebut kami baca dalam pansuan dan tanya jawab POP. Kami baru mengetahui SMeRu Institute sebagai lembaga independen tersebut dari siaran pers Dirjen GTK.
Mimpi kami untuk memperluas jangkauan paktik-praktik baik Gembira Bersama KerLiP menuju Sekolah Ramah Anak  makin menguat  ketika Perkumpulan masuk dalam daftar POP.Â
Sepuluh tahun yang lalu, pada November 2009, kami menyusun mimpi minimum 75 persen satuan pendidikan Mau menerapkan Pendidikan Anak Merdeka, Bermutu, Tanpa Kekerasan baik di rumah, satuan pendidikan maupun rumah ibadat. Mimpi ini baru sebatas ikrar di website semarakindonesiamaju.com yang mengundang kontroversi.
Kami bertekad menunjukkan komitmen penuh Perkumpulan  untuk memperkuat basis Gerakan Membangun Indonesia Ramah Anak (GeMBIRA) bersama Keluarga Peduli Pendidikan di daerah tertinggal.
Guru dan Kepala Sekolah Penggerak akan kami temani untuk mempraktikkan pembelajaran yang menyenangkan anak, bermutu, dan tanpakekerasan. Penguatan pendidikan karakter terintegrasi dengan T3Mu MeSRA, Mau, Mampu, Maju Menuju Sekolah Ramah Anak akan dilaksanakan dengan mengedepankan 5 prinsip Sekolah Ramah Anak.Â
Organisasi yang lolos POP sangat beragam dan memiliki pendekatan masing-masing untuk menjangkau pendidik Indonesia. Tumbuh harapan baru ada lebih banyak murid yang menikmati proses pembelajaran yang berkualitas dan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Guru pun memahami pentingnya peranannya dalam keberlangsungan pemenuhan hak anak serta perlindungannya di satuan pendidikan.Â
Maju terus pantang mundur, Mas Menteri.
Indonesia membutuhkan anak-anak yang merdeka lahir, batin, pikiran, dan tenaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H