Aku langsung meminta anak-anak menghangatkan minyak kutus-kutus dan menaburkan serbuknya setelah hangat sesuai tips dari Nyayu. Putri sulungku mengeluarkan beberapa tetes minyak ajaib itu ke dalam pisin dan memanaskannya di atas lilin aromatik.
Ia dan adiknya bergantian mengurut lutut ibunya dengan minyak hangat terutama pada malam hari. Setiap pagi Teh Elis mengurut lututku sebelum membantu pekerjaan rumah kami. Aku meneruskan Work From Home (WFH) di ruang keluarga kami sambil meluruskan kaki ke atas meja sampai serbuk kutus-kutus terlihat mengering.
"Oh, muhun, Bu! Tipayun dilebetkeun kana kardus di handap, " jawab teh Elis tangkas. Ia langsung bergegas menuruni anak tangga. Tak lama kemudian ia membawa  tungku kecil berwarna hijau yang terbuat dari keramik. Selain untuk memanaskan minyak, tungku tersebut ternyata sangat pas menjadi tempat bersandar  saat temu daring menggunakan gawai andalanku di atas wadah gula.
Alhamduillah aku bisa duduk di antara dua sujud lagi. Lututku sudah tak bengkak lagi. Namun demikian aku tetap meneruskan mengurut lututku dengan minyak dan serbuk kutus-kutus sesuai saran Nyayu. Â Dan aku pun makin nyaman WFH ditemani kutus-kutus, tungku keramik, dan tempat gula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H