"Alhamdulillah, sudah genap 186, Bu!" Ujar Allisa sambil meluruskan kakinya. Putri bungsuku ini sedang sibuk menyiapkan tes masuk Perguruan  Tinggi favoritnya. Sebenarnya aksi baik Icha sudah diambil alih tetehnya, namun ia tetap mau membantu mencatat 186 nama penerima Paket Sebbakonya untuk disampaikan lepada calon donatur baru. Allisa kecil kini sudah tumbuh dewasa. Bukan hanya fisik tapi juga tekadnya untuk membantu tetangga yang kekurangan.
"Waalaikumsalam Mbak. Saya baru tanda tangan PO pembelian voucher. Besok pagi akan diurus payment ke Alfamart. Besok saya check kapan bisa terima e-voucher nya, "kabar gembira ini kami terima dari teman seangkatan Bapaknya anak-anak, Vivi. Â Teman-teman panitianya memilih pengajuan dari kami setelah mengetahui penerimanya benar-benar terdampak tekanan Covid-19 dan banjir. Tidak mudah mendapat kepercayaan untuk menyalurkan bantuan.Â
Lamun sabar tangtu pareng.
Mereka yang sabar menunggu bantuan ini adalah 18 orang janda, lansia, dan pekerja serabutan di Dago Pojok, 12 orang di Kanayakan, 84 penyintas banjir di Parung Halang, 54 dhuafa si Mulyasari,  18 orang di Dago Giri dan Pakar. Teh Elis mengumpulkan fotokopi KK penerima Paket Sebbako, Teh Imas 18 swafoto memegang KK. Sementara itu Kang Aji masih koordinasi dengan  Pak RT  dan tokoh masyarakat untuk menjangkau para penyintas banjir.
Tidak seperti Paket Sebbako yang dikemas Allisa seharga Rp250.000 yang bisa kami bagikan 1x24 jam setelah donatur mengirimkan bukti transfer. Titipan e-voucher ini penuh lika-liku. Pertama harus meyakinkan mediatornya bahwa pembagian e-voucher sebanyak 186 itu tidak akan membawa masalah. Kedua mengumpulkan bukti bahwa 186 calon penerimanya benar-benar berhak. Ketiga meminta relawan setempat berkoordinasi dengan RT atau tokoh masyarakatnya. Keempat bersabar menunggu 3 hari dari pembayaran donatur ke alfamart untuk bisa menerbitkan e-voucher. Total 10 hari dari  terima kabar. Kasihan calon penerimanya ya.
Mereka yang akan menerima sih sabar menunggu, justru kami yang akan dititipi jadi risi campur khawatir tidak bisa memenuhi janji.Â
Tidak mudah mendapat kepercayaan.Â
Teman baikku sampai sakit mengurus pesanan masker dari banyak pihak. Padahal maksudnya membantu agar pembeli tidak harus memesan 1000 masker. Dan ternyata teman-teman yang memesan banyak yang tidak sabar. Beberapa diantaranya bahkan sampai meminta uangnya kembali dengan cara yang menyakitkan hatinya. Padahal temanku hanya mengumpulkan tanpa ambil keuntungan sesenpun. Dia bahkan keluar dana untuk pulsa. Semoga kamu lekas sembuh kawan.Â
Dan kami yang tak suka menunggu mengalihkan energi ke #SeporsiNasiUntukTetangga. Â Donatur Sebbako masih kami terima. Â Titipan e-voucher sembako kami anggap bonus saja.Kesibukan membantu Sigap Kerlip Indonesia mengejar deadline pendaftaran Organisasi Penggerak membuat kami lupa menyiapkan #SeporsiNasiUntukTetangga. Teh, ada tamu!" Bapaknya anak-anak setengah berteriak memberi tahu dari bawah. "Pasti Teh Iyang. Ambil bekal yang biru aja teh!" Ujarku.Â
Alhamdulillah tetangga yang menerima #SeporsiNasiUntukTetangga hari ini mau memotret. Sempat ragu untuk posting fotonya, tapi ingat janji penuhi jagadmaya dengan ragam aksi baik. Semoga makin banyak kawan yang mau berbagi dengan tetangga. Cukup dengan seporsi nasi setiap jelang berbuka. Â Seadanya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H