Siapa bilang WFH membuat para pekerja kemanusiaan jadi mati kutu?Â
Sejak memutuskan karantina diri dn keluarga saya malah punya waktu sangat banyak untuk menyapa belasan ribu akun dibuang sayang. Tak pernah terpikirkan sedikit pun akun-akun wa yang semula silent majority di 150 wag yang saya ikuti, kini jasi aktif.
Dua minggu pertama social distancing membuat saya jadi aktif memegang gawai. Lebih dari 10.000 guru dan tenaga kependidikan yang saya kenal saat memfasilitasi Bimtek, seminar, pelatihan, atau sekedar bertemu di jalan menerima infografis yang disajikan.ketua pengawas Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan (Perkumpulan) dari berbagai sumber.
Ini jelas di luar kebiasaan saya. Sejak terjun dalam kegiatan penanggulangan bencana, saya mengharamkan diri untuk mengungkap data dan kegetiran. Tapi kali ini saya membangunkan  sahabat-sahabat guru untuk menyadarkan banyak pihak terutama anak-anak dan orangtua/wali tentang wabah COVID-19.
Syukur alhamdulillah kementerian dan lembaga negara sudah terbiasa menyederhanakan onformaai dengan tampilan yang menarik. Sebelum itu muncul saya meneruskan informasi mengenai sumbee belajar daring yabg begitu melimpah dan ditautkan dengan pengalaman belajar mengelola homeschooling.Â
Bagaimana saya bisa "membina" lebih dari 150 ribu keluarga?
Bekerja dari rumah buat pekerja kemamusiaan seperti kita yang murni 100.persen relawan tanpa ada yang menggaji sama aja dengan menganggur. Alhamdulillah, saya masih beruntung dibeekati anak-anak yang rajin menabung. Tidak besat, tapi cukup memadai untuk memaatikan listtik dan internet di rumah tetap menyala dalam 3 bulan.
Kesempatan emas ini benar-benar saya manfaatkam untuk membina para pendamping PKH, relawan, pendamping desa, dan ribuan mahasiswa KKN di wilayah timur NKRI tercinta untuk memahami social distancing di desa-desa tempat mereka belajar bersama masyarakat.Â
Perlu upaya keras dan intens untuk meyakonkan mereka menerima kenyataan harus pulang lebih cepat. Dan sebelum pulang membantu warga desa membentuk satgas COVID-19.
Upaya ini membuahkan hasil yang luar biasa. Sekitar 172 ribu keluarga penerima PKH yang memiliki remaja putri penerima KIP yang kami bina melalui para pendamping mereka sudah punya masker kain karya sendiri dan handsanitizer dari bahan alami.Â
Keluarga penerima manfaat PKH ini tersebar di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Gorontalo, NTB, NTT, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Bayangkan dalam waktu sebulan saya bisa "menemui"mereka tanpa meninggalkan rumah.Â