Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aksi Baik: Apit Perintis TBM Cipeundeuy Cegah Covid-19

22 April 2020   03:55 Diperbarui: 22 April 2020   11:31 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kiriman Apit dari Garut Selatan

"Bu, punten saayana we, nya. Asana mah kantun sakedik deui, "kata perempuan penjual bensin. Ia masih berdaster dengan kerudung pink menutup kepalanya.

"Pak, kunaon mesinna, nya? Bensinna ngocor teras, tapi meteranna  teu jalan!" Teriakannya memecah kesunyian.

Mereka berdua kebingungan.

"Retno, biasanya full tank habis berapa?" Tanya saya.  Retno masih terlihat shock dengan kejadian slip tadi  

"Bu, Pak, karena meterannya ngga jalan saya berikan 200 lagi ya, "ujar saya sambil menyodorkan uang.

"Ulah Bu, da tadi kantun sakedik deui, paling oge 70 rebu seepna. Mung abdi teu aya angsulanna" kata si bapak.

Saya mengajaknya melihat penanda bensin. Full tank.

Keduanya mau menerima. Alhamdulillah. Mereka mendoakan kami selamat di perjalanan. Sesekali saya lihat mereka mengecek mesin pertamininya.

Kami berdua tiba di TBM Cipeundeuy jelang subuh setelah melewati jalan berbatu dan licin bekas hujan. Tanah merah dimana-mana. Kami diterima oleh keluarga Apit dengan hangat. Kakaknya Apit sempat bercerita tentang peristiwa mati suri yang dialaminya. Saat ini ia memimpin MTs Al Maarif yang didirikan di tanah milik ayah mereka. Ayahnya Apit juga masih memiliki sebidang tanah. Keluarga ini benar-benar peduli pendidikan.  Apit membuka TBM Cipeundeuy,  kakaknya memimpin MTs dan berencana mendirikan pesantren.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun