Sesekali aku bertukar pesan dengan putra kami yang masih belum beranjak dari kantornya. Rencananya kantor perusahaan stat up tempatnya bekerja akan pindah ke Semanggi. Pasti banyak hal yang harus dibereskan. Pada saat yang sama harus kejar tayang game Satria Dewa.Â
Dokter Iin, temanku di Muhamadiyah menyarankan obat flu dna masker untuk kakaknya.
"Aa nanti mampir di apotek beli obat untuk teteh. Jaga kesehatan ya, " pesanku sudah terkirim.
Alhamdulillah perlahan mobil ojolku berbelok ke jalan Dewi Sartika.
"Maaf ya, Mbak. Jadi terlambat, " ujar Pak sopir sambil menurunkan koper.
"Ngga apa-apa, Pak. Bukan salah Bapak, kok. Ini namanya force majeur ya, " jawabku sambil  menganggukkan kepala dan berbalik menarik koper hitam dengan perlahan.
"Sudah lama berangkat, ya, Mbak. Benar-benar macet, jadi ngga terkejar. Saya pesan jadwal berikutnya saja, "ujarku sesaat setelah duduk di hadapan petugas Lintas.
"Oh, Ibu yang memesan di nomor 6 ya, " ujar perempuan muda di hadapanku sambil menyodorkan selembar tiket dan air dalam kemasan.
"Ngga usah, Bu. Tadi saya ditelpon dari center. Â Terima kasih karena Ibu sudah melaporkan kemungkinan terlambat melalui wa, " imbuhnya menolak atm yang kusodorkan.
Subhanallah.
Pikiranku langsung melayang kepada perempuan renta pengais sampah depan Kalibata City.