Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sedekah Menolak Bala

4 Maret 2020   09:24 Diperbarui: 4 Maret 2020   09:34 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesekali aku bertukar pesan dengan putra kami yang masih belum beranjak dari kantornya. Rencananya kantor perusahaan stat up tempatnya bekerja akan pindah ke Semanggi. Pasti banyak hal yang harus dibereskan. Pada saat yang sama harus kejar tayang game Satria Dewa. 

Dokter Iin, temanku di Muhamadiyah menyarankan obat flu dna masker untuk kakaknya.

"Aa nanti mampir di apotek beli obat untuk teteh. Jaga kesehatan ya, " pesanku sudah terkirim.

Alhamdulillah perlahan mobil ojolku berbelok ke jalan Dewi Sartika.

"Maaf ya, Mbak. Jadi terlambat, " ujar Pak sopir sambil menurunkan koper.


"Ngga apa-apa, Pak. Bukan salah Bapak, kok. Ini namanya force majeur ya, " jawabku sambil   menganggukkan kepala dan berbalik menarik koper hitam dengan perlahan.

"Sudah lama berangkat, ya, Mbak. Benar-benar macet, jadi ngga terkejar. Saya pesan jadwal berikutnya saja, "ujarku sesaat setelah duduk di hadapan petugas Lintas.

"Oh, Ibu yang memesan di nomor 6 ya, " ujar perempuan muda di hadapanku sambil menyodorkan selembar tiket dan air dalam kemasan.

"Ngga usah, Bu. Tadi saya ditelpon dari center.  Terima kasih karena Ibu sudah melaporkan kemungkinan terlambat melalui wa, " imbuhnya menolak atm yang kusodorkan.

Subhanallah.

Pikiranku langsung melayang kepada perempuan renta pengais sampah depan Kalibata City.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun