Tak pernah terbayangkan, anak muda yang dihadirkan Mbak Betti Alisyahbana beberapa waktu sebelum GoJek muncul  akan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
"Kata kunci disrupsi sangat tepat menggambarkan keinginan Presiden juga kami, para pegiat pendidikan saat mengetahui Anda menjadi Mendikbud. Ayo lakukan disrupsi pendidikan 4.0 dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hapus Ujian Nasional dan segala bentuk standardized test yang membelenggu akal sehat. Bubarkan BSNP dan dorong Presiden membentuk Dewan Pendidikan Nasional untuk membantu Anda melakukan disrupsi sesuai amanat UUD 1945 dan UU Sisdiknas," usulan Abduhzein dari IER Universitas Paramadina ini menandai dimulainya diskusi tentang sistem evaluasi pendidikan.Â
Nadiem Makarim yang senang dipanggil Mas Menteri menanggapi masukan ini dengan serius. Pertanyaan-pertanyaan produktif diselingi survei terbatas bagi undangan forum silaturahmi dengan Mendikbud menunjukkan keinginan kuat Mas Menteri untuk belajar, mendengarkan, dan menanggapi dengan sungguh-sungguh.
Tidak mengherankan jika tokoh-tokoh pendidikan yang hadir pada sore hari tersebut makin semangat untuk menyodorkan solusi terbaik agar disrupsi pendidikan benar-benar meletakkan dasar-dasar sistem pendidikan nasional yang lebih baik.
Usulan tentang blue print pendidikan yang mengedepankan prinsip kepentingan terbaik anak menjadi poin penting. Mas Menteri menyimak penjelasan Nisa mengenai pentingnya menegakkan keadilan dalam pemenuhan hak atas pendidikan terutama bagi anak dari keluarga termiskin dan di daerah terluar.
Sementara itu saya memanfaatkan menit terakhir untuk memperkuat usulan Kak Seto. Saya sampaikan bahwa pengembangan inovasi Sekolah Ramah Anak sudah masuk ke dalam juknis BOS. Saat ini 22.170 satuan pendidikan di 243 Kabupaten/Kota di 34 Provinsi sudah menyatakan MAU menuju Sekolah Ramah Anak.
Tahun ini, ratusan Bupati/Walikota menerbitkan surat edaran Menuju Sekolah Ramah Anak dengan Sehari Belajar di Luar Kelas yang akan dilaksanakan pada 7 November 2019.
Mas Menteri dapat memperkuat pendidikan menjadi gerakan mulai dengan menghimbau Gubernur, Walikota/Bupati untuk menerbitkan surat edaran agar semua satuan pendidikan di wilayahnya melaksanakan Sehari Belajar di Luar Kelas. Lalu memastikan para kepala daerah mengerahkan OPD terkait melakukan pembinaan agar sekolah MAMPU menuju Sekolah Ramah Anak.
Pengembangan inovasi Sekolah Ramah Anak sebagai rumah bersama beragam inovasi dalam pemenuhan hak dan pelindungan anak di Indonesia penting melibatkan multipihak agar semua inovasi seperti sekolah sehat, adiwiyata, dan lainnya tidak berhenti detelah lomba usai.
Kata inovasi pun menjadi entry poin dalam arahan Mas Menteri menjelang bubar. "Harus ada inovasi dengan cara semua aturan disimplify, kebijakan pendidikan dipangkas sesuai arahan Presiden. Saya yakin banyak hal yang menunjukkan bahwa komunitas pendidikan lebih tahu permasalahan dan solusinya. Kenapa tidak diserahkan saja kepada civil society, jangan diregulasi dengan alasan apapun termasuk atas nama mutu.
Kebijakan saya akan memastikan apa yang Nisa katakan, fokus pada anak yang termiskin di daerah terluar. Fokus budgeting pendidikan akan saya letakkan disini dengan mengerahkan seluruh energi dan waktu di kementerian. Tentu dengan keyakinan akan berdampak luas pada pemenuhan hak semua anak Indonesia. Saya melihat ada injustice di guru, ini akan saya benerin. Bantu saya lompat ke solusi berbagai permasalahan, " ujar Mas Menteri.
Kami akan terus membantu mencari solusi untuk memerdekakan hati, pikiran, batin, dan tenaga semua peserta didik agar mampu menghadapi tantangan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H