"Tahun ini saya merasakan banyak perubahan dari anak-anak. Lebih santun, lebih semangat dan menujukkan itikad baik untuk belajar. Â Padahal.saya hanya melakukan sedikit perubahan, yaitu penerimaan yang tulus atas keterbatasan yang dimiliki siswa...kehadiran Sani (bukan nama sebenarnya), telah mengubah sikap saya..."
Kabar gembira dari Nia Kurniati pagi ini membuat saya  menunda kisah-kisah menarik selama berkegiatan di Manado dan Jakarta. Untuk yang kesekian kalinya saya selalu tak sabar membagikan kegembiraan yang kami rasakan menyaksikan kemajuan anak-anak dari cerita guru kelasnya.Â
Nia Kurniati adalah fasilitator nasional Kelas Ramah Anak kebanggaan kami. Praktik-praktik baiknya memberikan penanda istimewa dalam gerakan membangun Indonesia Ramah Anak atau GeMBIRA bersama KerLiP sejak diluncurkan 2011.Â
Lebih dari 2 juta orang guru dikdas, dikmen, dan diksus yang mengikuti pelatihan Sekolah dan Madrasah Ramah Anak terinspirasi dengan kegiatan praktik Start to Empathy menemukan Diamond in You sebelum menyusin book of me dan berkolaborasi membuat vision board.Â
Nia Kurniati menuturkan, bahwa 2 anak ini, M. Agfa dan  M.Daffa. jadi istimewa karena mereka berdua atlet sepak bola, jarang sekolah karena harus latihan. Tapi saat kegiatan menelusuri informasi ilmiah tentang penyakit yang menyerang sistem reproduksi dan upaya penanggulangannya dalam bentuk poster, mereka tetap bertahan di kelas dan memilih ikut latihan bola setelah pelajaran biologi.Â
Tampak bahagia dan bangga karena berhasil membuat poster karya berdua dan memintanta mengabadikan fotonya sambil bersalaman. Alhamdulillah, Â semoga semangat kedua anak ini bermain bola sebesar usahanya untuk tetap sehat ya.
Bagaimana Nia Kurniati mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang mendorong anak,anak didiknya aktif mengembangkan minat, kemampuan, dan bakatnya bisa kita simak dalam catatannya.
Catatan Nia Kurniati tanggal 19 - 9 - 2019
Alhamdulillah, hari ini saya melaksanakan penilaian tengah semester untuk KI.3 dalam bentuk pilihan berganda. Pelaksaan PTS menggunakan model pekan ulangan.
Saya coba dengan melakukan modifikasi pendekatan karakter dan literasi. Sebelum ulangan dilaksanakan, saya bacakan artikel tentang "Efek nyontek tidak sesederhana yang dibayangkan".
Pembelajaran penting yang ingin saya sampaikan adalah anak mampu memahami bahwa berperilaku jujur itu wajib dilakukan oleh setiap orang. Jujur bukan hanya saat mereka mengikuti ulangan saja, tetapi melatih diri agar bisa memiliki karakter jujur bisa dilakukan saat ulangan.
Saya menyampaikan bersamaan dgn kegiatan ini, ada 2 penilaian yaitu KI.3 Â pencapaian pengetatahuan/kognitif serta KI.2 tentang sikap tentang jujur dan tanggung jawab.
Score penilaian dibuat ekstrim, jika dilakukan maka nilainya 4, jika tdk nilainya 1.
Saat saya membacakan artikel, terlihat semua anak menyimak dengan baik, bahkan ada yang sampai mengeluarkan suara, "ouh...mengerikan sekali..." itu ucapnya.
Kemudian saat ulangan, Alhamdulillah semuanya tidak ada gerakan-gerakan yang mencurigakan....
Semua anak tampak tenang dan percaya diri.
Catatan untuk saya...
Perlu dilakukan berulang-ulang agar anak2-anak paham tentang pentingnya jujur & tanggung jawab. Perlu juga diselingi dengan film dan kisah inspiratif agar mereka mampu membangun konsep diri yang positif.
Agar saat ulangan mereka tidak tergantung pada jawaban orang lain, perlu dikuatkan hatinya oleh guru, bahwa penilaian melalui ulangan adalah salah satu jenis penilaian KI.3 saja, jadi jika hasilnya tidak 'mencapai KKM' mereka tidak perlu cemas, guru akan memberi kesempatan remidial dengan cara yang siswa sukai. Guru perlu melakukan cara ini agar siswa merasa dirinya bermartabat.
Dan setelah dilakukan pemeriksaan hasil ulangan, Alhamdulillah hasilnya sangat bagus.Â
Nilai tertinggi 98 dan nilai terendah 75. Rata-rata kelas 83.25...
Berarti semua anak tuntas...
Catatan Nia Kurniati makin meyakinkan saya bahwa menuju Sekolah Ramah Anak dengan mendidik beragam anak  dengan kemampuan belajar yang unik, termasuk penyandang disabilitas hanya memerlukan guru yang percaya diri dan paham dengan prinsip-prinsip hak anak. Penerapan pendidikan inklusif pun tidak seberat yang dibayangkan.Â
Ayo Gembira bersama KerLiP
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H