Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wilda Yanti, Sosok Ecosocpreneur Panutan Kita

8 September 2019   15:24 Diperbarui: 8 September 2019   15:35 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bu, ada ide bisnis yang bisa dikerjakan untuk daerah timur Indonesia? Tapi salah satu syaratnya, omset per tahunnya tidak boleh lebih dari 1 M bu. Menurut diskusi kemarin, bisnisnya gila-gilaan ini bu. Saya diminta buat proposal dan cashflow bisnisnya bu. Kemarin saya sampaikan lepada investornya, bahwa yang saya suka bukan semata-mata  bisnis untung, tapi ada pemberdayaan pemuda juga. Insya Allah ini jadi peluang besar, bu"

Setiap menerima pesan seperti ini otomatis membuatku menggali informasi dari google. Dulu sebelum membantu para penyintas di Kabupaten Mamasa, aku selalu terheran-heran dengan ulah anak-anak muda sepantaran anak-anakku. Mereka menanyakan berbagai hal yang bisa diperoleh dengan mudah dari google. Rupanya ada beberapa wilayah yang belum memiliki koneksi internet bahkan untuk menelpon pun harus naik ke bukit. Ini yang kualami saat menyiapkan pembukaan Pesantren Kebangsaan An Nahl Pitu Ulunna Salu di Desa Uhailanu Kecamatan Arale Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.

Eh,ngomong-ngomong tentang pesantren, baru saja aku terima kabar dari Kak Linda tentang sumbangan dari Kak Muhary sebesar Rp1.700.000.

Terima kasih kak Muhary, insya Allah Pak Sarmi sudah mulai mendidik  60 santri lokal sekarang. Sumbangannya insya Allah sangat bermanfaat.

Menyiapkan calon ecosocpreneur muda yang toleran, antikekerasan, relijius tapi bukan ekstrimis, dan selalu gembira adalah upaya pembinaan yang sedang kusiapkan bersama para pengurus Yayasan Sigap KerLiP Indonesia. 

Kami mulai dengan menggelar gerakan KUAT akronim dari Keluarga Asuh Untuk Anak Tangguh.  Tujuan KUAT2020 menggalang sebanyak mungkin keluarga-keluarga asuh seperti keluarga SMA388 Bandung yang berkenan mensponsori anak tangguh khususnya anak yatim, piatu, penyintas, dan dhuafa dengan 3 pilihan program

1. Menjadi ecosocpreneur muda bersama Sandi Kerlip

2. Mengikuti pesantren kebangsaan di Pesantren An Nahl Pitu Ulunna Salu

3. Gembira bermain dan belajar di sekolah darurat dan/atau wahana bermain keluarga bersama Tim Sigap KerLiP

Aku menemukan profil Wilda Yanti https://m.suara.com/wawancara/2018/01/22/070000/wilda-yanti-ratu-sampah-jadi-miliuner-dari-buangan-manusia

Keluar dari perusahaan internasional untuk membangun perusahaan bisnis sampah, membuat kebanyakan orang menganggap Wilda Yanti aneh. Meninggalkan jabatannya sebagai direktur di perusahaan asing, ibu 3 putra itu memulai dengan mengais sampah-sampah yang dibuang rumah tangga.

Setalah 7 tahun jatuh bangun, kini Wilda menuai hasilnya. Saban bulan, perusahaannya mempunyai untung bersih Rp10 miliar.

Perusahaan Wilda merupakan perusahaan berstatus perseroan terbatas yang berbisnis pengelolaan sampah satu-satunya di Indonesia. Sembari menyelam minum air, Wilda tidak hanya berbisnis, dia juga banyak menyumbang untuk kelestarian lingkungan.

"Ini dia sosok ecosocpreneur panutan kita!"seruku tertahan. Sontak kubagikan profil Wildayanti ke wag Sigap KerLiP Indonesia. 

Pengelolaan sampah sudah lama akrab dalam keseharian keluarga-keluarga peduli pendidikan. Program Menciptakan Lingkungan Aman, Bersih, dan Hijau di DAS Citarum Orde 3 mempertemukan aku dengan Ratu Sampah yang masih belia, Amilia Agustin. Saat itu Ami masih duduk di kelas XI. Ia bersama adik kelasnya, Arlian Puri, adalah peserta didik Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMPN 11 Bandung yang dibina Nia Kurniati. Ketiga pembaharu ini fokus pada pengolahan sampah berbasis sekolah.

Nurlinda Taco yang menerima amanah memimpin Yayasan Sigap KerLiP Indonesia juga sudah aktif membuka Bank Sampah di setiap kelurahan di Kabupaten Takalar. Kesempatan ini tidak disia-siakan tim Sigap KerLiP. Mereka rutin menggelar sedekah oksigen untuk memperkuat Gema Tasamara. Dan tentu saja semua anggota Tim Sigap KerLiP langsung antusias membaca link yang kubagikan tentang Wilda Yanti.

Semoga para calon ecosocpreneur muda bisa bertemu dengan panutannya ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun