Setalah 7 tahun jatuh bangun, kini Wilda menuai hasilnya. Saban bulan, perusahaannya mempunyai untung bersih Rp10 miliar.
Perusahaan Wilda merupakan perusahaan berstatus perseroan terbatas yang berbisnis pengelolaan sampah satu-satunya di Indonesia. Sembari menyelam minum air, Wilda tidak hanya berbisnis, dia juga banyak menyumbang untuk kelestarian lingkungan.
"Ini dia sosok ecosocpreneur panutan kita!"seruku tertahan. Sontak kubagikan profil Wildayanti ke wag Sigap KerLiP Indonesia.Â
Pengelolaan sampah sudah lama akrab dalam keseharian keluarga-keluarga peduli pendidikan. Program Menciptakan Lingkungan Aman, Bersih, dan Hijau di DAS Citarum Orde 3 mempertemukan aku dengan Ratu Sampah yang masih belia, Amilia Agustin. Saat itu Ami masih duduk di kelas XI. Ia bersama adik kelasnya, Arlian Puri, adalah peserta didik Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMPN 11 Bandung yang dibina Nia Kurniati. Ketiga pembaharu ini fokus pada pengolahan sampah berbasis sekolah.
Nurlinda Taco yang menerima amanah memimpin Yayasan Sigap KerLiP Indonesia juga sudah aktif membuka Bank Sampah di setiap kelurahan di Kabupaten Takalar. Kesempatan ini tidak disia-siakan tim Sigap KerLiP. Mereka rutin menggelar sedekah oksigen untuk memperkuat Gema Tasamara. Dan tentu saja semua anggota Tim Sigap KerLiP langsung antusias membaca link yang kubagikan tentang Wilda Yanti.
Semoga para calon ecosocpreneur muda bisa bertemu dengan panutannya ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H