Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memperbanyak Perjumpaan Mendidik Anak Merdeka

4 September 2019   05:36 Diperbarui: 4 September 2019   08:21 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

...dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya..

Jeritan rem terdengar di sela deru mesin pendingin di dalam gerbong berganti bunyi berulang yang menandai perhentian pertama kami di Stasiun Cimahi. Tak lama kemudian terdengar bunyi roda besi berputar, jendela pun bergetar, bersahutan seiring dengan laju kereta yang membawaku kembali ke ibukota. Sudah 15 menit kereta Argo Parahyangan meninggalkan stasiun Bandung yang dibangun 135 tahun yang lalu persisnya pada 17 Mei 1884. Kulihat  perempuan-perempuan berkerudung di sebelahku bersiap shalat subuh. Dan akupun tenggelam dalam kenangan bersama jalinan kata paraembara yang indah menggugah.

"Ya ampun indahnya . Bikin ati adem"

Komentar Mbak Ida setelah membaca cover buku paraembara yang kubagikan di wag NKRI  mewakili perasaanku. Azmi dan Irgi berkisah tentang indahnya ragam perjumpaan mereka selama menyusuri Sumatera. Gaya bertutur dan pilihan diksinya begitu kaya. Nampak jelas hasil pendidikan anak merdeka yang dikawal ayahnya, Aripin Ali di sekolah berprogram khas yang kami dirikan April 2000 lalu.. 

Kisah paraembara ini menggugah kesadaranku untuk menuliskan pentingnya memperbanyak perjumpaan dalam mendidik anak merdeka.

Bagaimana Sandi Kerlip mengemas ragam perjumpaan dalam mengembangkan platform pendidikan anak merdeka?

Keuntungan menjadi pembelajar mandiri adalah keluasaan mengatur jadwal.  Pendidik Sandi Kerlip mendorong anak-anak membiasakan jalan kaki 10.000 langkah setiap hari. Kedua orang tua mereka dihimbau untuk mendampingi anak saat memanfaatkan gadget setidaknya menjadi pendengar pertama saat anak menerapkan Show and Tell:  anak menceritakan berbagai hal yang menarik perhatian selama jalan kaki. Besar harapan momentum ini membangun kelekatan hubungan orangtua dan anak dalam ragam kegiatan 20 menit yang memukau.

Dua kali dalam sepekan, pendidik inklusif dan ramah anak ini menemani anak-anak jalan pagi menelusuri sungai, bukit, gang, jalan, dan perumahan di sekitar Bandung Utara. Kemudian Tim Litbang KerLiP mengumpulkan kisah-kisah perjumpaan mereka dengan sesama dan semesta dalam Libra-lembar inspirasi bagi ragam anak.

"Kami juga mendorong anak-anak untuk menjumpai komunitas disabilitas atau sekolah luar biasa dan mempraktikkan reading aloud dengan membacakan pustaka sahabat anak kepada anak-anak di Wiyata Guna setiap Jumat Berkah. Tugas Akhir Pekan kami berikan untuk  membiasakan anak dialog saling belajar dengan generasi terdahulu. Anak-anak diminta mengunjungi dan menemukenali tokoh masyarakat pendiri masjid dan gereja atau lansia terdekat dan mendengarkan kisah mereka dengan khidmat. Kemudian meramaikan event Car Free Day untuk berjumpa dengan beragam komunitas pejalan kaki dan mengabadikan hasil Cara Asyik Cari Tahu mereka dengan berbagi, "kata Fitry, alumni Sandi Kerlip angkatan pertama yang melanjutkan kuliah di FIB UI.

Libra yang disusun dari keseharian membuat anak merdeka menerapkan  Contextual teaching learning bersama para pendidik. Pengalaman belajar pun jadi lebih menyenangkan. Anak merdeka terlihat makin keranjingan belajar dengan gembira.

"Padahal kalau Aa ingin kerja di Agate, teteh bisa hubungkan dengan teman-teman disana. Sebenarnya saat Teteh memutuskan membuka Sandi Kerlip di Bandung saat yang sama diminta bergabung di Agate. Ah, Aa pasti lebih memilih berproses sendiri, anak-anak Ibu kan merdeka ya, "imbuh Fitry. Pandangannya tetap tertuju pada laptop. Ia tengah menyiapkan bahan-bahan Comifuro ke-13 yang akan kembali digelarnya bersama adik-adik sealmamater di Balai Kartini pada 7-8 September. 

Buat anak merdeka yang tertarik berjumpa dengan para komikus, kreator, dan produsen komik serta pernak-perniknya sila klik https://comifuro.net/

Fitry juga menjelaskan tentang program bimbingan belajar mandiri yang sedang disiapkannya termasuk bagi anak tangguh dari keluarga yang kurang mampu. Ia yakin jika Tuhan saja menganugerahkan free will, kehendak bebas, kepada setiap anak maka para pendidik seharusnya juga memelihara kemerdekaan anak dalam belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun