Mohon tunggu...
Fatmah Afrianty Gobel
Fatmah Afrianty Gobel Mohon Tunggu... profesional -

Seorang pendidik, peneliti, pengajar dan sekaligus ibu dari tiga anak. Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi S3 Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Staf Pengajar FKM Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar. Diluar kampus, tercatat sebagai Pengurus Nahdatul Ulama, Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Sul-Sel dan pendiri Center for Policy Analysis (CEPSIS) Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mempromosikan Bahaya Laten Penyakit Hepatitis: Catatan Hari Hepatitis Sedunia

13 Juli 2010   09:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:53 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_225030" align="alignright" width="300" caption="Illustrasi"][/caption] Pada tanggal 28 Juli, komunitas kesehatan seluruh dunia memperingati sebagai Hari Hepatitis Sedunia. Pada tahun sebelumnya, Hari Hepatitis Sedunia diperingati tiap tanggal 19 Mei. Namun dalam sidang Badan Eksekutif WHO ke-126, peringatan Hari Hepatitis disepakati diubah menjadi tanggal 28 Juli atas usul dari delegasi Indonesia pada sidang Badan Eksekutif WHO tersebut. Tanggal 28 Juli adalah hari kelahiran penemu hepatitis B pada tahun 1965 dan mengembangkan vaksin hepatitis B untuk pertama kalinya bernama Dr Baruch S. Blumberg. Dr. Blumberg dianugerahi hadiah Nobel pada tahun 1976 atas penemuan tersebut Perubahan tersebut. Sidang Badan Eksekutif WHO ke-126 yang bersidang tanggal 18-23 Januari 2010 membahas berbagai isu kesehatan global dan manajemen WHO yang akan menjadi keputusan Sidang World Health Assembly ke-63 bulan Mei 2010. Dewan Eksekutif WHO terdiri dari 34 negara, termasuk Indonesia, yang dipilih untuk membahas dan memberikan arah bagi pengambilan keputusan dan kebijakan mengenai penanganan kesehatan global dan manajemen WHO. Keberhasilan Indonesia memperjuangkan resolusi viral hepatitis sekali lagi menunjukkan pentingnya diplomasi kesehatan dalam mendorong pembangunan kesehatan nasional, khususnya pencegahan dan penanganan hepatitis secara nasional melalui peningkatan kerjasama dan dukungan kerjasama pada tingkat global (detik.com). Khusus di Indonesia peringatan Hari Hepatitis sedunia dipusatkan di Yogyakarta. Pemilihan dari Yogyakarta karena merupakan daerah dengan jumlah penderita hepatitis tergolong tinggi dibanding dengan daerah lainnya di Indonesia. Selain itu Yogyakarta juga dalam pelaksanaan imunisasi hepatitis dinilai berhasil oleh pemerintah dengan melebihi target hingga 104,5 persen. Peringatan Hari Hepatitis dibuka oleh Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dan diisi dengan berbagai kegiatan. Pada awalnya, Hari Hepatitis Sedunia digagas pertama kali oleh gabungan kelompok pasien hepatitis yang beranggotakan lebih dari 200 kelompok pasien hepatitis dari seluruh dunia dengan tujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat dunia atas penyakit menular dan membahayakan ini. Hari Hepatitis Sedunia diselenggarakan sebagai tanggapan atas rendahnya perhatian dan tingkat kesadaran yang diberikan terhadap virus hepatitis kronik juga sebagai suatu upaya politis untuk mengangkat isu penyakit hepatitis untuk mendapatkan prioritas penanggulangnnya agar setara dengan upaya penanggulangan HIV/AIDS, tuberculosis dan malaria. Bagi para penggagasnya, Hari Hepatitis Sedunia ini merupakan langkah awal dari suatu rencana besar selama lima tahun yang akan fokus pertama-tama pada peningkatan kesadaran masyarakat dunia, dan kemudian diteruskan dengan penggalangan dukungan pada tingkat nasional dan internasional untuk perbaikan dalam pencegahan, diagnosa dan pengobatan bagi mereka yang hidup dengan virus hepatitis B dan C kronik. Virus Hepatitis Virus hepatitis telah menyerang hingga dua miliar penduduk dunia, 400 juta penduduk diantaranya terinfeksi hepatitis B, dan sekitar 170 juta jiwa terinfeksi hepatitis C. Sementara Indonesia menempati peringkat ketiga dunia setelah China dan India untuk jumlah penderita hepatitis. Atau sekitar 13 juta penduduk Indonesia mengidap hepatitis B dan empat juta penduduk lainnya menderita hepatitis C (kompas.com). Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Se dunia (WHO) tahun 2000, angka kejadian infeksi virus hepatitis C di Indonesia hampir 2,4 persen dari seluruh penduduk atau sekitar 7 (tujuh) juta penduduk. Virus hepatitis C genotipe 1 merupakan genotipe yang paling sering ditemukan di Indonesia yakni sekitar 60 persen hingga 65 persen. Genotipe 1 merupakan genotipe yang sulit diobati dan disembuhkan. Data WHO juga menunjukkan bahwa dari berbagai penyebab kanker, 5 hingga 10 persen disebabkan oleh hepatitis B dan C. Dari seluruh carrier hepatitis B di dunia, sekitar 75 persen terdapat di wilayah Asia-Pasifik, sementara di Indonesia sendiri diperkirakan sekitar 10 persen merupakan carrier hepatitis B. Lebih dari 350 juta orang di dunia telah menjadi pengidap kronik HBV dan 180 juta pengidap HCV. Secara perbandingan, dari 12 orang penduduk dunia, ada 1 orang yang menderita hepatitis. Bahkan sekitar 500 ribu hingga 2 juta orang meninggal setiap tahunnya karena berlanjut menjadi penyakit hati serius yang diakibatkan oleh infeksi hepatitis B kronik. Ini membuat hepatitis B berada pada posisi kesepuluh penyebab kematian utama di dunia. Melihat data itulah mendorong komunitas kesehatan sedunia menjadikan pemberantasan penyakit hepatitis sebagai salah satu agenda kesehatan global. Salah satu upaya pencegahan termasuk imunisasi hepatitis sebagai pilihan, sedang pilihan strategi promosi kesehatan atas penyakit hepatitis dengan menetapkan Hari Hepatitis Dunia pada tanggal 28 Juli untuk membangun kepedulian masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan hepatitis. Mengenal Hepatitis Hepatitis biasa juga disebut orang kebanyakan dengan nama penyakit kuning. Dalam bahasa latin “hepatitis” berarti ”peradangan hati”. Peradangan ini bisa disebabkan oleh bermacam-macam faktor: mulai dari bahan kimia, obat-obatan, virus, dan juga alkohol. Dengan kata lain, penyakit Hepatitis merupakan peradangan hati (liver) yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit Hepatitis relatif mudah menular jika seseorang meminjamkan barang-barang pribadinya, seperti gunting kuku, dan sebagianya. Virus hepatitis C adalah salah satu penyebab penyakit hati di Indonesia. Pada umumnya, ada tujuh tipe hepatitis yakni Hepatitis A, B,C, D, E, G dan TT. Hepatitis A dan E ditularkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi serta feses (kotoran). Kedua jenis hepatitis ini pada umumnya relatif tidak berbahaya sehingga dapat sembuh dengan sendirinya. Lain halnya dengan Hepatitis B, C dan D yang sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan penyakit hati menahun termasuk sirosis (pengerasan hati), gagal hati, kanker hati dan kematian. Umumnya Hepatitis B, C dan D ditularkan lewat darah dan cairan tubuh lainnya seperti semen (cairan pembawa sperma). Infeksi Hepatitis B Virus (HBV) maupun Hepatitis C Virus (HCV) merupakan masalah kesehatan masyarakat global karena mempengaruhi tingkat morbiditas dan mortalitas yang signifikan, termasuk di Indonesia. Sementara kasus infeksi hepatitis D di Indonesia belum ditemukan. Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepadnaviridae atau Hepatitis B Virus (HBV) dan dikelompokkan penyakit serius dan berbahaya. Jika infeksi HBV terjadi dalam waktu lama (kronis), maka HBV dapat menyerang hati dan dapat menyebabkan kanker hati dan sirosis (terbentuk jaringan parut pada hati). Sedangkan Hepatitis C adalah penyakit hati akibat infeksi Hepatitis C Virus (HCV) dan sampai saat ini belum ditemukan vaksin untuk Hepatitis C (detik.com). Infeksi Hepatitis B dan C dapat ditularkan melalui darah dan cairan tubuh seperti semen, cairan vagina atau saliva. Penularan ini dapat terjadi melalui hubungan seksual dengan penderita hepatitis B atau C; dan kontak dengan darah dari penderita hepatitis B atau C misalnya jarum suntik (pecandu narkoba), alat pencukur, sikat gigi, pakaian yang terkena darah, alat akupuntur, alat manikur dan gunting kuku, alat tato atau body piercing (tindik) yang tidak steril, bahkan pada saat berkelahi (jika terdapat luka terbuka pada kedua pihak). Hepatitis B dan C tidak ditularkan melalui bersin, batuk, pelukan, atau pegangan tangan. Khusus Hepatitis C dikenal sebagai wabah terselubung (silent epidemic) karena penyakit ini memiliki gejala yang tidak kentara. Banyak orang tidak sadar telah mengidap Hepatitis C karena tidak merasakan gejalanya selama bertahun-tahun sejak terinfeksi. Karena itu, bagi penderita hepatitis C harus aktif melakukan tes dan pengobatan. Pengobatan Hepatitis B dan C, khususnya yang mengalami komplikasi membutuhkan biaya yang sangat mahal dan belum tentu memuaskan. Berikut beberapa cara untuk melindungi diri dari infeksi hepatitis B dan C, yaitu: (1) Periksa kesterilan jarum yang digunakan untuk tindik telinga maupun bagian tubuh lainnya, tato, akupuntur maupun elektrodialisis; (2) Hindari penggunaan bersama/bergantian gunting kuku, pisau cukur, sikat gigi dan benda-benda lain yang mungkin kontak dengan darah. (3) Hindari berbagi jarum suntik dengan orang lain; (4) Lakukan pemeriksaan berkala terhadap hepatitis B dan C jika Anda adalah orang-orang yang berisiko tinggi, misal tenaga kesehatan atau pernah menerima transplantasi organ, transfusi darah, bertukar jarum suntik, seks tidak aman dan lainnya (dikaji dari berbagai sumber pustaka).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun