Mohon tunggu...
Yanti Dewi Damayanti
Yanti Dewi Damayanti Mohon Tunggu... Guru - Guru yang masih belajar

Suka perubahan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Hebat Berawal dari Modul Guru Penggerak

25 Oktober 2022   21:14 Diperbarui: 25 Oktober 2022   21:55 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahap demi tahap modul dalam Pendidikan Guru Penggerak terlewati hingga modul 1.4. Menurut saya sampai sejauh ini urutannya sangat mengena sehingga alur pemahamannya tepat. Apabila dijadikan urutan pertanyaan akan menjadi sebagai berikut :

  • Bagaimana kita bisa menerapkan budaya positif jika dalam diri kita sebagai pendidik tidak memahami tentang pentingnya guru memiliki Visi dalam menjalankan programnya. Karena lewat visi guru dapat mewujudkan murid impian yang salah satu media pembentuknya adalah adanya budaya positif
  • Bagaimana kita bisa merancang sebuah Visi jika dalam diri kita sebagai pendidik belum menguasai Nilai dan Peran Pendidik sebagai faktor pendorong yang tumbuh dalam diri seorang pendidik untuk memajukan Pendidikan. Katakanlah untuk memajukan bakat, minat murid
  • Bagaimana kita bisa menguatkan Nilai dan Peran sebagai Pendidik dalam menjalankan tugas mulianya, selain terlebih dahulu mengenal dan mendalami hakikat Pendidikan Indonesia menurut Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara yang diyakini sangat mendasar dan mampu membangun sinergi Pendidikan

Sekarang saya sangat memahami bahwa budaya positif dapat menumbukan motivasi instrinsik dalam diri anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur serta akhlak mulia. Sebagaimana yang sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan ala Ki Hajar Dewantara bahwa tuntunlah anak dengan belajar  merdeka, karena minat dan bakat anak itu harus merdeka untuk berkembang seluas mungkin dengan harapan tak tergerus perkembangan zaman. Hanya saja kemerdekaan itu harus berdasar pada aturan-aturan yang sengaja mengikat. Budaya positif ini terintegrasi pada penerapan disiplin positif bagi anak dengan tujuan agar anak terbiasa dengan pola hidup teratur, tumbuh kesadaran dalam melakukan hal-hal baik, membangun kepercayaan diri, kemandirian, tanggung jawab dan  membangun karakteristik anak dengan kuat. Ketercapaian tujuan ini harus ada yang bekerja dibalik layar yaitu adanya kerja sama antara guru, murid, orang tua. Namun ada prasyarat dalam pembudayaan disiplin positif ini yaitu tanpa ancaman, agar segala hal sikap dan karakter baik tadi terkontrol secara maksimal dan berfokus pada apa yang mereka pelajari, dan kekuatan yang mereka miliki untuk tumbuh dan berkembang. Yang saya terapkan lebih awal adalah terciptanya lingkungan kelas yang nyaman.

Pengembangan potensi anak dengan budaya positif adalah target yang dapat teramati, terukur dan dapat dirasakan perubahannya. Lalu apa yang menjadi faktor suksesnya sesuatu yang teramati, terukur dan dapat dirasakan itu nyata dan bisa menjadi kebahagiaan bagi guru ? tiada lain adalah Nilai dan peran guru yang bekerja di dalamnya. Tanpa adanya nilai-nilai yang bergerak dalam jiwa guru mustahil terwujud.

  • Bagaimana guru harus beraksi di kelas dengan berpihak pada muridnya ?
  • Bagaimana guru mendidik kemandirian pada murid ?
  • Bagaimana guru bekerja secara inovatif, melek terhadap perkembangan yang ada dan kekuatan yang ada ?
  • Bagaimana guru reflektif terhadap apa yang sudah diaksikan? Apa perbaikannya? Apa solusinya ?
  • Bagaimana guru bersedia berkolaborasi dengan tim untuk menumbuhkembangkan anak  bakat anak ?

Itulah nilai dan peran guru yang harus bekerja secara maksimal mulai dari keberpihakan pada murid, mandiri, inovatif, reflektif dan kolaboratif. Katakanlah harus ada cara bagaimana mewujudkan potensi anak dengan budaya positif yang menyertainya. Caranya adalah dengan melaksanakan apa yang sudah dirancang dalam Visi. 

Guru dalam menciptakan visi tentunya berdasar pada target dan kekuatan yang ada. Visi berdiri agar apa yang kita lakukan lebih terjiwai dan memiliki payung hukum. Visi harus menyeluruh dan sesuai kondisi yang ada. Dalam bergerak guru terlebih dahulu harus memaknai Visi yang sudah dirancang sebagi rel dalam menjalankan aksinya. Dalam rel itu akan ada tahapan-tahapan yang membantu menerobos dengan tepat yakni dengan alur BAGJA. Saya pastikan anda pembaca setia akan lari ke laman google untuk mencari apa itu BAGJA. Perlu kita ketahui bahwa  sebagai sebuah alur, langkah, step dalam mengkaji objek dan hasil belajar. Berawal dari :

  • Buat pertanyaan sebagai gambaran apa yang musti dirubah dan diwujudkan dari apa yang kita amati ?
  • Ambil permasalahn yang pernah terjadi sekaitan dengan kondisi yang kita amati dan apa ekspektasi kita terhadap anak ke depan
  • Gali mimpi adalah cara bagaimana kita merancang seperti apa murid impian bagi kita sebagai guru. Tentu tidak mudah untuk menggali mimpi itu tapi mimpi tanpa aksi itu sama saja dengan tong kosong nyaring bunyinya
  • Jabarkan rencana sebagai perwujudan dari mimpi , pastikan bahwa aksi yang kita kerahkan melibatkan kerjasama dan keyakinan akan keberhasilan
  • Atur eksekusi sebagai langkah akhir dalam merumuskan sebuah perubahan.

Perlu kita ingat bahwa dalam menjalankan aksi sebagaimana dijelaskan sebelumnya akan ada terjal-terjal yang memantik. Bukan guru namanya jika tidak bijak secara cepat mencari solusi.  Penerapan penelitian segitiga restitusi, itulah solusinya. Anak tidak akan merasa disalahkan, tidak akan merasa terancam, penghargaan tidak akan menjadi batu sandaran anak untuk berbuat baik dan bagus secara akademisi, dengan pembimbingan guru dengan posisi kontrol yang guru miliki dan sesuai dengan kasus dan karakter anak serta lingkungan. Karena posisi kontrol harus dilibatkan untuk memandu anak pada nilai-nilai baik dan apabila memang nilai itu sudah tumbuh maka diyakini akan lebih kuat. Itulah kaitan erat antara pentingnya guru memahami filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara, pentingnya guru memiliki daya dorong dengan nilai-nilai intrinsik yang ada pada dirinya, pentingnya guru memahami bahwa dengan nilai baik itu guru mampu merancang visi secara  menyeluruh dan baik bagi perkembangan anak. Bagaimana visi itu menjadi paying untuk terwujudnya perubahan pada diri anak dengan menciptakan dan menularkan budaya positif juga erat kaitannya dan yang paling penting siapa saja yang merasa keterkaitan itu penting dan ketika dipraktikkan sangat berpengaruh karena ditandai dengan adanya perubahan yang bersinergi, maka itu tandanya bahwa guru tersebut harus dapat memengarui rekan sejawat yang ada dalam komunitas nya agar secara kompak melaksanakan praktik baik. Guru hanya butuh kata yakin akan mampu merubah sesuatu yang belum berkembang menjadi berkembang.

Perubahan yang paling saya rasakan dari keterkaitan ini adalah dengan adanya komitmen yang terbentuk di kelas. Saya rasa ini adalah awal mula terbentuknya disiplin positif sebelum segala macam posisi kontrol guru bekerja dengan baik. Anak lebih fokus belajar dan memiliki target belajar setiap harinya, paling tidak dari kegiatan pembelajaran yang satu ke kegiatan pembelajaran berikutnya. Wahai para guru beranikah mencoba ? Memang pada dasarnya kita sering melakukan apa yang dibahas pada keterkaitan materi seperti yang disebutkan hanya saja kita loss learning dan perlu digiring kepada kajian dan study literatur. Pendidikan Guru Penggerak lah sebagai pembangun dari lelapnya tidur dan mengingatkan kembali pada kita bahwa segala sesuatu tak lepas dari ilmunya agar apa yang kita lakukan haruslah berdasar pada ilmunya itu akan lebih terasa manfaat dan keberkahannya. Jika sudah manfaat dan berkah maka yang tersisa adalah bahagia. Bahagia menjadi cita-cita paling tinggi sebagai hasil dari hubungan timbal balik yang mutualisme dari sebuah komunitas pendidikan. Mari para guru hebat untuk tergerak, bergerak dan menggerakkan untuk menciptakan Indonesia maju 20 tahun yang akan datang dan dalam rangka menciptakan siklus pendidikan yang mulia. Kurikulum yang hebat harus bersanding dengan guru yang hebat pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun