Setelah hari Minggu lalu belum juga diet, hari ini Senin Marni  mulai diet. Suaminya sepulang kerja sudah membawa berbagai buah. Lelaki kurus tinggi ini tidak beli anggur lagi karena Marni sudah membeli buah berwarna ungu.
Marno ingin istrinya tidak murung lagi gara-gara tertipu tulisan saat beli anggur. Tahunya harga anggur dua puluh ribu satu kilo. Tak tahunya dua puluh ribu itu setengah kilo. Marni merasa dikibuli.
Marno bersyukur dapat arisan sehingga sebagian uangnya bisa untuk beli buah-buahan.
Sebenarnya jika teringat akan peristiwa lalu Marno juga geram. Namun, apa gunanya disesali toh sudah telanjur.
Bagi Marni sampai saat ini  ingin rasanya mendatangi bakul untuk mengomelinya. Namun, setelah dipikir-pikir malah kehilangan tenaga dan pikiran.
Apalagi suaminya tidak suka dengan dendam pada orang lain.
"Nih, sudah aku belikan buah-buahan komplet, ada apel, jeruk, pepaya dan buah pir. Wes gak usah ngomel lagi. Allah Maha Baik. Tanpa meminta Allah berikan buah ini padamu lewat orang lain," ucap Marno dengan wajah sumringah karena bisa membuat istrinya senang.
"MasyaAllah Mas Marno, kau benar-benar suami idaman," balas Marni sambil melebarkan kedua tangannya untuk memeluk Marno.
"Huss sana, aku belum mandi, jangan-dekat-dekat aku!"
Belum juga ucapan Marno selesai Marni sudah berhasil mendaratkan kecupan ke pipi Marno. Tentu saja Marno tak bisa berkutik lagi. Ia pun berdiri kemudian menuju ke belakang untuk mandi.
Marni segera menata berbagai buah di wadah ceting plastik lalu diletakkan di atas meja makan. Ia ambil satu apel dan satu pepaya. Dikupaslah dua buah tersebut. Sudah lama dirinya ingin mempraktikkan diet model _Intermittent fasting_ , pola makan yang mengatur waktu berpuasa dan makan secara bergantian.
Tahap awal ia akan memulai dengan perbandingan 12/12. Dua belas jam makan, dua belas jam puasa.
"Piye to Dik, model inter...opo kuwi entertainment ya, kok bergaya men kamu itu," seloroh Marno sambil mengusap rambutnya dengan handuk.
"Oalah Mas, jenengan ki gak gaul. Sesekali buka tik tok gitu."
Marni tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan suaminya yang salah ucap.
"Ngece-ngece!" ( Ngledek ya)
"Oalah Mas Marno suamiku tersayang, kok nyebut intertainmen ki piye, sing benar ki intermezo," Tawa Marni menjadi-jadi sambil pegang perut. Marni nglantur dengan ucapannya. Ia tahu salah.
Suami istri yang belum dikaruniai anak itu tertawa terpingkal-pingkal hanya gara-gara ucapan yang keliru. Setelah dijelaskan dengan gamblang Marno menganggukkan kepala. Namun, sambil mesam-mesem lalu mendekat Marni. Dicubitnya pipi Marni dengan sengaja. Tentu saja Marni teriak karena merasa kesakitan.
Azan Magrib berkumandang, segera Marno Marni melaksanakan salat di rumah. Â Setelah salat Magrib, Marni sudah berniat untuk tidak makan karena hari ini sudah makan dua kali. Itu pun dengan porsi yang minim. Nasi cuma lima sendok lainnya sayur dan lauk. Walaupun lapar ia tahan.
Dua mangkok buah yang sudah dipotong kecil-kecil tertata di meja. Walaupun Marni tidak makan, dirinya tetap menyediakan menu makan  untuk suaminya.
"Mas, Alhamdulillah hari ini aku sudah mulai diet. Semoga lancar ya. Mulai saat ini kau gak usah ngajak aku jajan malam ya," ucap Marni sambil menikmati buah pepaya dan apel.
"Ya, serius lho, tapi aku jajan sendiri tidak apa-apa kan?"
"Ya, jangan gitu dong, kamu gak usah jajan juga."
Belum juga menyambung omongan istrinya, ada ketukan pintu berulang kali. Marno dan Marni saling pandang. Tak lama kemudian Marno bergegas menuju pintu. Marni masih menghabiskan potongan buah. Pintu pun terbuka.
"Horee Marni Marno, kami datang tanpa beri kabar," ucap wanita-wanita seumuran Marni serempak. Suasana seketika gaduh karena ada empat wanita bersolek memasuki rumah.
Wajah mereka sumringah dengan baju warna-warni. Marni Marno dibuat terperangah. Apalagi penampilan teman satu angkatan sekolah saat SMA itu seperti mau pesta.
"Putri, Nadia, Safitri dan Wiwik, kalian mau ke mana, kok dandanmu...?"
Belum juga Marni selesai bicara, Nadia mendekati Marni dan menyentuh pundaknya.
"Gini Marni cantik, segera ganti baju yang terbaik trus ikut aku."
"Maksudnya?"
"Duh, Marni gak usah banyak nanya deh. Pokoknya kita malam ini happy karena si Santi, anak Pak Tomo, sang juragan itu ngajak kita jalan-jalan ke cafe terkenal di kota tercinta ini. Oke, segera ganti baju atau kau keluar dari grup kita?" tandas  Fitri dengan penuh tawa yang menggoda.
Marni Marno saling pandang. Tak mungkin menolak ajakan sahabatnya yang dianggap seperti saudara.
"Mas, dietku piye?"
Marno tak menjawab apa-apa. Segera dituntun istrinya untuk ganti baju. Tak elok menolak ajakan teman yang datang jauh-jauh dari Ungaran. Langkah Marni gontai menuju kamar untuk ganti baju. Hatinya campur aduk saat diajak keluar.
Semarang, 9 November  2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H