Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Seberapa Pentingkah Kuliah S2 atau S3?

23 Januari 2024   13:59 Diperbarui: 23 Januari 2024   16:24 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wisuda. 9 alasan mahasiswa perlu kuliah S2 atau S3(Shutterstock)

Tema Kompasiana saat ini menjadikan saya menengok sejenak masa lalu. Usai lulus S1 di Unnes, saya mendapat tawaran untuk kuliah lagi S2 dari beberapa teman. Sebenarnya sebersit keinginan untuk sama dengan teman lainnya. Namun, berbagai pertimbangan menjadikan saya tak mendaftar kuliah S2.

Saat itu saya sudah menjadi guru SMPN di Kabupaten Semarang dan sudah menikah. Saya pun sudah mempunyai tiga anak yang masih sekolah. 

Waktu itu ketiga anak saya masih kecil-kecil. Yang pertama masih duduk di SMP. Sedangkan kedua adiknya masih sekolah di SD.

Pertimbangan tersebut menjadikan saya tak melanjutkan kuliah S2. Bagi saya S1 sudah cukup untuk bekal sebagai guru di SMP. Walaupun sebenarnya umpama bisa mendaftar kuliah lagi, akan berdampak positif dengan karier saya.

Demi anak, keputusan tak melanjutkan kuliah sudah pasti. Hal ini dikarenakan agar anak-anak saja yang wajib kuliah S2, sedangkan orangtua cukup S1.

Faktor biaya menjadi penyebab utama. Apalagi saat itu untuk melanjutkan kuliah S2 membutuhkan biaya tak sedikit. Bagi saya, uang yang jumlahnya tak sedikit itu bisa untuk biaya pendidikan anak saja.

Berbagai rencana sudah terkonsep untuk pendidikan anak-anak. Tak muluk-muluk. Kami sebagai orangtua berharap ketiga anak bisa kuliah, syukur bisa sampai S2.

Nah, agar bisa mencapai perguruan tinggi tentu dipersiapkan dari awal. Selain sekolah formal, ketiga anak mengikuti tambahan pelajaran di luar. Hal tersebut sudah saya terapkan sejak anak duduk di SMP. Kami mengikutkan anak untuk  privat bahasa inggris dan mata pelajaran lainnya yang menunjang prestasi sekolah.

Selain mendapatkan bekal ilmu, kedisplinan belajar biar terbentuk. Selain les privat, kami juga mengajak anak belajar Al-Qur'an di TPA terdekat. Hal tersebut tak lepas dari biaya. Oleh karena itu keputusan untuk tidak kuliah S2 bagi saya tepat. 

Gaji sebagai ASN saat itu beda dengan saat ini yang lebih baik. Sebagai orang tua harus bisa mengatur perekonomian keluarga. Itu lebih penting, dari pada memaksakan diri kuliah S2 dengan biaya tak sedikit.

Alhamdulillah kini ketiga anak telah lulus perguruan tinggi. Sedangkan yang Ragil mencapai S2.

Bagi saya saat itu tidak urgent untuk meneruskan S2. Apalagi S3 karena faktor biaya. Tak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk kuliah S2 atau S3. Selain itu butuh sebagai mahasiswa butuh konsentrasi khusus untuk bisa melanjutkan S2 atau S3. Berdasarkan pengalaman anak yang melanjutkan S2, butuh perjuangan sungguh-sungguh untuk lulus.

Permasalahan kompleks untuk menyelesaikan tesis. Kalau tidak ditekuni dengan sungguh-sungguh pasti tidak selesai. Kadang sebuah perguruan tinggi ada dosen yang sulit ditemui karena ke luar negeri atau saat pengajuan tesis banyak ditolak dan harus revisi berulang kali. Inilah kadang menjadikan mahasiswa dibuat stres.

Nah, bisa jadi masalah biaya dan sederetan permasalahan saat menggarap tesis itulah menjadikan pertimbangan tidak melanjutkan kuliah S2 atau S3.

Jika saat ini lulusan S2 atau S3 masih minim, hal tersebut bisa menjadi renungan pemerintah agar bertambah. Jika bertambah, kualitas pendidikan Indonesia tentu lebih baik.

Sekadar usulan agar pemerintah membuka bea siswa bagi pelajar untuk kuliah ditambah kuotanya. Bisa dianggarkan dalam APBD atau perusahaan-perusahaan besar merekrut karyawan sambil disekolahkan. Perguruan tinggi mendapatkan subsidi dari pemerintah tentang biaya kuliah sehingga biaya kuliah bisa diringankan.

Di balik itu semua, seberapa penting seseorang kuliah S2 atau S3. Apakah bisa dikatakan orang yang sudah S2 atau S3 bekerja sesuai dengan keinginan? Apakah bisa dipastikan sukses?

sumber: pngtree
sumber: pngtree
Untuk menjawab hal tersebut tentunya beragam. Bisa jadi jika benar-benar menekuni kuliah dan lulus S2 atau S3, orang tersebut bisa naik jabatan atau mendapatkan posisi lebih tinggi dari sesuai dengan ijazah.

Di sisi lain banyak lulusan S2 atau S3 masih tetap pada jabatan awal. Namun, tentu bukan itu saja yang bisa didapatkan dari lulusan S2 atau S3. Bekal ilmu tentu lebih banyak dan lebih luas.

Hidup adalah sebuah pilihan. Jika mampu dan mau, seseorang bisa melanjutkan kuliah S2 dan S3. Namun,  jika belum mampu, jangan paksakan diri. 

Namun, ada hal yang lebih penting. Bagi yang belum bisa melanjutkan kuliah S2 bisa memperdalam diri keterampilan lain misalnya menekuni bahasa Inggris. Atau keterampilan yang menunjang karier atau tekuni hobi tertentu. Insyaallah dengan modal keterampilan bisa sukses melebihi orang yang sudah S2 atau S3. Tentu saja butuh ketekunan dan keuletan.

Setinggi ilmu yang didapatkan jangan lupa sebagai insan manusia untuk berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia serta kejujuran. Tak lupa selalu berbakti kepada Allah, orang tua dan negara. 

Ini tak kalah penting, tak ada gunanya kuliah tinggi, jabatan tinggi tetapi akhlak tidak terpuji dan kurang berbakti kepada orangtua. Oleh karena itu, mau kuliah S2 dan S3 bergantung diri pribadi.

Ambarawa, 23 Januari 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun