"Ya sudah Mas, sana berangkat. Aku menonton sinetron yang ditayangkan di televisi saja, " sahut Marni sambil melempar tas ke kursi. Wajahnya mengerucut.
Marno pun bersiap-siap  berangkat usai salat Isya. Dipakainya peci hitam pemberian tetangga yang naik haji beberapa waktu lalu. Sebenarnya kasihan melihat istrinya kecewa. Ia pun mendekati istrinya.
"Dek, Mas janji besok sore kita makan malam bersama. Pilih yang sesuai dengan kesenangangmu. Mau sate, ikan bakar boleh," ucap Marno sambil berpamitan keluar. Sebuah kecupan  mendarat di kening Marni. Marni hanya diam tanpa ekspresi sambil memegang remote televisi.
Penantian panjang dirasakan oleh Marni. Perutnya sudah keroncongan. Ingin segera diisi. Ia pun ke dapur untuk mengambil sesuatu yang bisa dimakan. Ternyata sudah habis semua. Ia ingat ada roti kering di lemari belakang. Setelah dibuka ternyata sudah tidak ada. Mungkin suaminya yang memakannya. Wajahnya murung.
Ia kembali melihat sinetron yang ditayangkan di televisi. Ada  sedikit hiburan sehingga lupa dengan perutnya yang segera minta diisi . Wanita yang suka makan itu rasanya tak sabar menanti makanan kenduri. Bayang makan ayam bakar dengan aneka lauk terselip di sudut hatinya. Walaupun makan malam di cafe gagal, sekarang ada penggantinya. Jadi hari ini makan besar, besok makan besar. Pantes saja badan Marni gendut. Makannya selalu lebih banyak dari pada suaminya.
Sebuah suara salam membuyarkan lamunan Marni. Ia pun bergegas menuju pintu dan menjawab salam. Selanjutnya Marni menerima tas kresek putih yang lumayan besar. Sekilas tampak ada ceting warna biru karena ada celah dari tas kresek itu. Pelan-pelan dibukanya tas kresek putih itu. Ia tak ingin merusak tas yang bisa untuk belanja.
"Sudah makan duluan saya ke belakang dulu, Â penting aku disisakan sedikit saja."
"Oke siap suamiku," jawab Marni tersenyum bahagia karena sebentar lagi makan besar.
Tararaaaaa
"Mas...huhhhh, Â kok seperti ini to!" teriak Marni sambil kedua kakinya dihentakkan di lantai berulang kali.
Ia tatap ceting plastik yang ada di depannya.
Marni berteriak lagi sambil memanggil suaminya. Suami Marni segera keluar dari kamar mandi lalu menuju ke meja tempat Marni membuka kenduri.