Suara kotekan menggema ketika anak-anak berkeliling kampung. Mereka berseruuntuk membangunkan warga yang akan sahur. Biasanya sekitar pukul 03.00 anak-anak berkumpul di depan Masjid. Beberapa menit kemudian berkeliling.
"Sahur...sahur!"
Suara yang berasal dari bambu atau kaleng bekas  terus berbunyi merdu  agar para warga tidak kesiangan untuk sahur.
"Mas, ayooo ikutan. Tuh, teman-teman sudah di depan rumah!" ucap Galih sambil menggoyang-goyangkan tubuh kakaknya yang tidur di sebelahnya.
"Apa sih, ganggu saja," ucap Arif sambil membelakangi adiknya lalu merapatkan selimut.
Galih tak kalah pintar untuk membangunkan kakaknya. Diambilah sarung kakaknya lalu dibisikkan kalau besok jatah coklat dari ayah akan diberikan. Entah kenapa Arif mulai menggeliat lalu duduk.
"Izin bunda dulu Dik," saran Arif sambil berusaha berdiri. Tanpa pikir panjang Galih menuju dapur menemui bundanya yang sedang memasak. Bunda Dian menyetujui asal sebelum imsak sudah sampai rumah.
Galih dan Arif pun bergabung dengan anak kampung. Galih sudah menyiapkan kentongan. Arif sengaja tak membawa apa-apa. Ia ingin meramaikan saja. Sejak ada anak-anak yang suka berkeliling, para ibu tidak kesiangan sahur. Sambutan orangtua amat senang. Tradisi yang perlu dilestarikan karena cara ini menarik dan menjadikan anak saling berinteraksi dengan temannya. Alhamdulilah desa Kaliputih masih ada tradisi tersebut. Sedangkan desa lain sudah tidak ada karena malas dan menggunakn yang simple yaitu alrm HP.
Tak menunggu lama, anak-anak bubar. Galih dan kakaknya Arif sampai rumah sebelum imsak. Mereka sudah disiapkan menu sahur yang enak yaitu opor ayam. Usai membersihkan tangan mereka sahur bersama. Namun, Galih tak menghabiskan nasinya. Â Â
"Kenyang Bund, gak habis nih," kata Galih sambil meletakkan piring yang masih ada nasi dan lauk.
Bunda Dian kaget dengan ulah anak keduanya. Tak biasanya seperti ini. Sepiring nasi biasanya habis. Kini ditinggalkan nasinya lalu menuju kamar. Ia ingin tidur lagi. Rupanya rasa kantuk masih terasa. Bunda Dian pun membuatkan susu agar bisa diminum anakknya. Ibu yang pintar memasak ini tak ingin besok anakknya tak kuat berpuasa.
"Ini diminum dulu, tapi tunggu salat subuh, jangan tidur dulu," ucap Bu Dian sambil menyodorkan segelas susu coklat kesukaan ketiga anakknya. Beliau selalu menyediakan susu untuk satu keluarga.
Galih pun hanya meminum susu sedikit lalu kembali ke kamar. Wajahnya sudah ditelungkupakan. Selimut sudah menutupi badanya. Yang terlihat hanya kepalanya. Namun, sang Ayah tiba-tiba menemui ketiga anaknya untuk diajak salat subuh berjamaah. Mereka pun tak berani mengelak.
"Salat si rumah saja ya, Yah?"
Pak Cahyo mengiyakan lalu mengambil air wudhu. Keluarga Pak Cahyo pun salat berjamaah.
Ambarawa, 27 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H