Rona-rona Menjadi MC
Hai sahabat kompasianer. Sudahkah pernah menjadi MC?
Beberapa waktu lalu ada teman yang bercerita bahwa kegiatan setelah pensiun adalah menjadi MC.
"Wah hebat," ucapku bangga. Selanjutnya saya tanyakan menjadi MC di mana saja. Dia pun tertawa terbahak-bahak.
"Di rumah, MC itu Momong Cucu," jawabnya sambil terus tertawa.
Nah, akhirnya sama juga saya pun jika ditanya kegiatan usai pensiun adalah menjadi MC. Hee
Usai cucu ketiga kami berusaha 35 hari atau selapan, saya mulai momong atau membantu mengasuh cucu. Saat awal lahir sampai selapan diasuh oleh besan atau ibu sang menantu. Kini beliau sudah kembali ke daerah asal. Mau tak mau kami yang harus membantu mengasuh bayi.
Berbagai hal kami lalui lagi usai sekian puluh tahun tidak pegang bayi. Oleh karena itu kami harus berani walaupun ada rasa ragu. Akhirnya saya dan suami bersama-sama.
Pertama yang kami lakukan adalah belajar lagi memandikan bayi. Hemm ini hal yang benar-benar mengulang kembali masa lalu. Ada rasa takut juga ketika harus memegang bayi yang kecil. Akhirnya oleh bundanya atau anak menantu sudah mempersiapkan alat agar mudah untuk memandikan bayi.
Sebuah jaring berwarna pink telah dipasang di atas ember khusus bayi. Hari itu saya dan suami bersama-sama memandikan bayi. Yang pertama suami meletakkan bayi di jaring. Otomatis ini menjadikan kami tidak was-was. Selanjutnya bayi diusap dengan air hangat dulu yang telah disiapkan di ember lainnya. Sabun dibasuhkan pada seluruh tubuh. Tangis pun tak terelakkan lagi. Zelin menangis kencang. Usai dibersihkan dengan air hangat lagi, ia diam. Saya pun bertugas untuk mengajak bicara agar tak menangis lagi.
Alhamdulillah lancar mandi pagi. Saya pun mulai menghanduki dan memberi minyak usai mandi. Nah bapak ibu serta kompasianer. Kali ini saya harus menyesuaikan diri dengan zaman sekarang untuk merawat bayi. Kebiasaan zaman sekarang harus saya ikuti.
Awalnya saya beri minyak telon seluruh tubuh. Â Lalu salep saya usapkan pada dada. Satu salep lagi untuk pusar dan terakhir minyak saya usapkan di selangkangan, leher dan ketiak. Nah yang beda adalah tanpa bedak. Ibu zaman sekarang tak ada bedak. Â Apalagi bedak adem yang berupa butiran-butiran kecil itu sudah tidak diperlukan. Saya pun mengikuti saja.
Terakhir adalah memakai baju bayi. Ada gurita, bedong dan baju. Kali ini ada persamaan walaupun tidak dalam waktu lama. Â Kami masih menerapkan gurita dan bedong. Awalnya gurita saya kenakan. Berusaha tidak ketat. Walaupun ada yang berpendapat gurita tak perlu. Namun kami tetap memakai. Selanjutnya ini yang beda lagi. Dulu kami tak mengenal popok yang sekali pakai. Nah kali ini anak menerapkan. Ya manut saja. Saya hanya sarankan tidak sehari penuh. Kadang diselingi dengan popok kain.
Si kecil akhirnya memakai popok sekali pakai dan dibedong bagian kaki saja. Beda saat baru saja lahir masih sebadan. Tujuannya agar badan hangat. Kalau dulu sih sepengetahuan saya agar kaki lurus. Berjalannya waktu setelah melihat di YouTube ternyata bukan itu. Saya pun jadi tahu. Akhirnya hanya sesaat setelah mandi saja dibedong. Selanjutnya di kecil memakai baju bayi biasa tanpa bedong lagi. Alhamdulillah badan bertambah besar. Tunggu cerita tentang Zeline selanjutnya. Salam literasi
Ambarawa, 26 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H