Membangun Komunitas Menulis, Pentingkah?
Berapa komunitas penulis yang kompasianer ikuti sampai saat ini? Tentu banyak kan? Seperti yang penulis alami sampai saat ini ada beberapa komunitas kepenulisan yang ada. Ahad, 16 Oktober saya bersama-sama komunitas Penarawa ( Penulis Ambarawa ) berkumpul walaupun tidak banyak yang hadir. Kemudian besok Jumat, Sabtu, Minggu ada komunitas literasi yang mengadakan kopdar di Yogyakarta. Saya pun akan mengikutinya. Komunitas lain ada Guru Bisa Menulis (GBM) yang ada di Kabupaten Semarang.
Masih banyak komunitas lain yang mungkin tidak terikat keanggotan seperti yang dekat dengan penulis. Semuanya berkecimpung dalam dunia kepenulisan. Grup WA pun membludak. Agar tidak kebanyakan beberapa grup saya tinggalkan.Â
Pentingkah membangun komunitas dalam kepenulisan? Menurut penulis hal itu amat penting. Mari kita pahami ini.
Jika kita berteman dengan penjual minyak wangi, maka Insya Allah kita juga akan ketularan wanginya.
Seperti halnya dalam pergaulan, jika kita berkumpul dengan orang-orang baik, kita akan tepengaruh dengan teman yang ada dalam satu komunitas. Oleh karena itu betapa pentingnya kita mempunyai komunitas untuk bisa upgrade diri menjadi lebih baik.Â
Namun kita harus selektif agar sesuai dengan passion kita. Tidak usah terlalu banyak agar bisa mengikuti dengan maksimal. Lantas apa saja manfaat membangun komunitas?
Pertama, tambah ilmu. Menuntut ilmu bisa dilakukan di mana saja dan tak ada batas usia. Saat kita mengikuti satu komunitas kita bisa saling berbagi ilmu. Jangan segan untuk belajar baik dari membaca karya teman atau materi lainnya. Seperti yang ada dalam komunitas selama ini ada acara baik secara on atau off dengan menghadirkan nara sumber andal. Pelan-pelan ilmu kita akan bertambah asal kita benar-benar mengikuti dengan baik.
Kedua, menambah persaudaraan. Persaudaran akan bertambah saat kita mempunyai komunitas. Seperti yang penulis alami. Banyak teman dari Solo, Jakarta, Purwokerto, Semarang, Malang, dll. Layaknya saudara dekat, kami saling kunjung, dolan bareng. Jika bertemu rasanya senang. Jika kita mengunjungi suatu tempat, saling kabar menjadi kebiasaan kami. Lalu kami bisa saling jumpa. Biasanya kami saling tukar buku. Benar-benar senang bertemu teman, saudara pun bertambah. Banyak teman banyak rejeki.