Mengajarkan Anak Peduli dengan Anak Yatim Piatu
Sebagai orangtua ada kewajiban untuk mendidik anak menjadi baik, berakhlak dan berbudi pekerti. Anak adalah amanah yang harus dijaga. Mendidik  anak pada era sekarang bukan hal mudah. Perlu keteladanan orangtua agar anak mau berbuat baik. Salah satu keteladanan yang bisa kita lakukan berbuat baik pada sesama. Hal ini bisa dilakukan di mana pun kita berada. Tak terkecuali dengan anak yatim piatu.Â
Alhamdulilah keteladanan yang sudah kami selaku orangtua untuk peduli dengan anak yatim telah diikuti oleh anak-anak. Beberapa waktu lalu, ketika anak ada rejeki, ia bersama-sama dengan teman-temannya dari berbagai kalangan menyempatkan diri ke panti yang menjadi biasa kami lakukan. Pada kesempatan lain pun ia ke sana lagi bersama kami.
Hari Rabu kemarin, 14 September 2022 keteladanan kami lakukan dengan harapan anak ikut serta dalam acara yang kami kemas dalam makan bersama anak yatim. Benar juga ketika saya dan suami menyampaikan niat kami, anak ikut serta menyisihkan rejekinya untuk acara tersebut.
Pagi hari saya menghubungi pengasuh pondok namanya Mas Harno.
[Asalamuallaikum Mas Harno, Kami berencana akan makan bersama dengan anak-anak di sini. Kira-kira berapa orang ya?] tulisku di WhatshAp
[Walaikum salam, ada 50 --an Ibuk] balasnya cepat.
[Oh gitu, rencananya kami ke sini setelah salat Asar] tulisku lagi.
Namun, Mas Harno, pengasuh yang biasa saya hubungi menjawab bahwa sebaiknya pukul 18.30, usai salat Magrib. Tepat 16.30 kami sampai di panti asuhan Amanah yang masih berada satu wilayah Ambarawa.Â
Di halaman panti Asuhan sudah ada pengasuh dan beberapa anak menyambut kami. Setelah mengucapkan salam, anak-anak membantu kami mengeluarkan nasi box dan minuman dari mobil. Kami bermpat menuju ruang tamu untuk menyampaikan akad kami yaitu bahwa syukuran atas purna tugas dari kami berdua.Â
Alhmdulillah telah lulus mengemban tugas sebagai abdi negara. Selanjutnya kami mohn doa restu untuk kesehatan , ketentraman keluarga besar kami. Kemudian saya menulis buku tamu sekaligus saya serahkan sedikit rejeki dalam amplop.
Selanjutkan kami menuju ruangan tengah. Para anak panti sudah duduk dengan rapi. Nasi box dan minuman telah di depannya. Kami pun duduk di bangku yang masih kosong. Terasa sejuk bisa berada di antara mereka yang berjumlah 40-an anak yang sudah ditinggal oleh orangtuanya. Senyum manis tersungging di bibir mereka.Â