Hai kompasier, ini tulisan lanjutan yang lalu yang berjudul bertualang ke Puncak Gunung Telomoyo.Â
Petualangan terus kami jalani dengan happy. Rasa dingin tak menyurutkan kami terus melajukan motor dengan penuh hati-hati. Bersyukur motor kami bisa melaju dengan nyaman dan lancar. Rasa penasaran terus ada di hati kami.
Kami belum juga menemukan puncak. Kanan kiri jalan masih berkabut putih.
Mendekati puncak jalanan banyak para remaja duduk-duduk di tepi jalan. Ada deretan tempat duduk berupa bangku-bangku semen yang bisa untuk melihat pemandangan ke bawah. Walaupun berkabut para remaja tetap bersantai ria sambil mengambil foto.Â
Ada beberapa orang yang menuntun sepeda. Dalam hati saya bertanya-tanya kok kuat ya naik pakai sepeda ontel. Namun kenyataan bukan satu dua yang naik gunung menggunakan sepeda.
Akhirnya kami sampai ke puncak setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam dari rumah.Â
Tampak  tower berdiri tegak menjulang tinggi. Sebuah sarana pemancar telekomunikasi ini di ketinggian 1.894 mdpl. Sesaat saya pandangi alam sekitar yang berkabut. Lalu kami masuk area bawah tower untuk memarkirkan sepeda motor. Tempatnya penuh. Silih berganti pengunjung keluar masuk di area tower.Â
Kami memutuskan beristirahat di warung yang tak jauh dari tower untuk menikmati kopi. Sebuah tempat yang nyaman untuk melepaskan penat.
"Buk, susu jahe 1 dan torabika 1 nggeh!" kataku pada Mbak Pemilik warung
:Nggeh Buk, " jawab Mbak e sambil meracik minuman.
Kami nikmati minuman dengan segarnya. Â Lagu merdu terdengar dari warung bakso sebelah. Warung-warung lain banyak juga pengunjungnya sekadar minum atau menikmati gorengan hangat.Â
Karena sudah cukup istirahat kami memutuskan keluar area tower. Â Kami bayar uang parkir dua ribu.
Pelan-pelan kami melakukan perjalanan pulang sambil menikmati pemandangan yang berkabut. Konon pemandangan dari puncak amat bagus karena kita bisa melihat keindahan gunung. Tapi ya sudah dinikmati pemandangan berkabut dengan ranting-ranting yang tampak beradu kabut putih.
Perjalanan lancar sambil sesekali berhenti untuk istirahat. Pemandangan yang bisa saya temui adalah makin banyak orang naik ke puncak yang menggunakan sepeda motor. Ada juga yang berjalan kaki. Sesaat kemudian kami menemukan sebuah persimpangan.
"Kita ambil jalan kiri saja ya!" ucap suami tanpa menunggu persetujuanku. Beberapa meter kemudian agak ragu karena jalannya agak berbeda. Namun, kami tetap jalan.
Â
"Jalan ini tetap benar pak, lah itu banyak yang akan naik," ucapku. Â Beberapa jep melintas. Ada juga rombongan para pelajar SD dengan seragam biru bersama-sama berjalan berlawanan dengan kami. Berarti jalan ini benar. Kami nikmati saja perjalanan kami yang cenderung menurun.
"Pak, berhenti dulu itu kok ada buah aneh," ajakku. Kemudian kami turun dari motor dan menuju kebun bapak paruh baya sambil memetik buah seperti waluh yang berwarna kuning. Â Suami pun bertanya arah jalan ini. Ternyata kami menuju jalan yang berbeda yang merupakan pintu masuk yang lewat kabupaten Magelang yaitu desa Dalangan.
Benar juga usai memetik buah kami menemukan tempat pintu masuk yang berbeda. Jadilah kami berangkat lewat Sepakung pulangnya tanpa sengaja lewat jalur lain. Inilah yang saya cari dari pagi yaitu tempat masuk yang sudah tersentuh pemerintah dengan baik.
Sebuah pelataran yang bagus. Ada tempat parkir, pendopo untuk istirahat ada juga warung-warung penjual makanan. Dari daratan ini saya bisa melihat gunung yang menjulang tinggi. Di tempat ini banyak sekali jep. Teman-teman bisa menyewa jep ini dengan harga 400 ribu untuk 4 orang dewasa. Bisa ditambah satu dua anak kecil. Kalau mau sewa sepeda motor juga bisa dengan sewa 60 ribu.Â
Usai salat zuhur, kami memutuskan pulang dengan membawa sejuta kenangan. Kami pun turun melewati kopeng dengan pemandangan yang bagus dan sejuk. Sebelum sampai rumah dengan kami mampir dulu di warung makan Mak yah. Kami nikmati opor bebek yang lezat di Banyubiru. Rasa penat sedikit hilang setelah air jeruk membasahi tenggorokan kami. Alhamdullilah kami sampai rumah dengan selamat.
Ambarawa, 23 Agustus 2022
#6
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H