Menjadi kebahagiaan tersendiri bagi warga Kaliputih, Panjang, Ambarawa bisa merayakan Merti Dusun dengan meriah setelah dua tahun hanya dilaksanakan dengan sederhana. Â Budaya ini sekaligus sebagai upaya melestarikan tradisi yang ada di negeri ini. Â Selain itu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat sehat, damai berada di lingkungan Dusun Kaliputih. Serangkaian acara telah dilaksanakan antara lain, bersih kali dan selamatan.
Merti Dusun Kaliputih telah dilaksanakan hari Minggu sore yang diikuti hampir semua warga. Suasana benar-benar meriah. Suasana kampung mulai terasa beda pada pukul 14.30 para warga berduyun-duyun mendekati tempat yang menjadi pusat acara yaitu di jalan utama dusun dan Balai Dusun. Ibu-ibu berkebaya membawa bakul, rantang atau wadah lain yang berisi nasi dan lauk pauk.
Acara diawali dengan kirab dari ujung batas RT dengan barisan lumayan banyak. Di depan sendiri ada penari tunggal atau bisa disebut cucuk lampah. Seorang gadis  berpakaian Jawa dengan jarit coklat, selendang merah berjalan di depan. Wajahnya sumringah dengan lenggak lenggok berjalan membawa wayang gunungan berwarna kuning emas. Selanjutnya iring-iringan anak-anak kecil dan remaja dengan pakaian Jawa. Wajahnya tampak cantik dengan senyum mengembang. Disusul kemudian Bapak Lurah beserta perangkat dusun, ada Bapak Ibu RW, RT dan  sesepuh yang berpakain lurik serta memakai blangon. Sedangkan Ibu-ibu berkebaya.
Barisan selanjutnya adalah warga yang membawa hasil bumi meliputi padi, pisang, kelapa, ketela dan lainnya. Walaupun belum banyak tetapi sudah mewakili hasil bumi. Semua arak-arakan berhenti di Balai Dusun. Warga amat antusias menyaksikan arak-arakan. Kemudian warga mulai duduk saling berhadapan di jalan yang telah digelar tikar sepanjang jalan dari ujung gang masuk Kaliputih menuju ujung bawah. Kurang lebih ada 20 meter jalan ditutup untuk kegiatan merti dusun.
Sambutan demi sambutan disampaikan oleh Bapak Lurah, Bapak RW yang intinya amat mendukung acara ini sebagai bentuk ucapan syukur karena Allah telah memberikan kesehatan pada warga kaliputih. Harapannya acara yang amat bersejarah ini bisa berlanjut. Sebelum doa, warga dipersilakan menggelar makanan yang dibawa. Bagaikan makan besar. Sepanjang jalan tergelar nasi yang atasnya diberi semua lauk bakmi goreng, sambel goreng kentang atau tahu, bergedel, mento, rempah, telur goreng, dan kerupuk. Semua tersaji rapi tak ada putusnya antara sajian satu dan lainnya.
Doa dari tiga tokoh agama Islam, Katolik dan Kriten pun disampaikan secara bergantian. Warga mengikuti dengan khitmad walaupun pengeras suara kurang jelas. Doa agar warga Kaliputih diberi kesehatan, kerukunan, rezeki berlimpah. Usai berdoa. makan bersama pun serentak dilakukan warga dengan penuh bahagia. Suasana amat berkesan bisa bersama-sama satu RW makan bersama penuh keakrababan. Saling canda, tawa mengiringi makan bersama. Warga satu dan lainnya bisa saling memberi lauk di kanan kirinya. Acara ini  menjadikan acara makin seru. Guyup rukun dengan warga tercipta. Hal ini jarang dilakukan karena kesibukan masimg-masing.
Tak terasa hari telah sore. Namun, warga belum beranjak dari tempat walaupun acara makan bersama atau istilah jawa ngetokke telah berakhir. Tarian anak-anak telah menarik perhatian warga untuk tidak meninggalkan acara. Lebih heboh lagi saat Ibu-ibu PKK menari dengan lengak-lenggok penuh irama. Lagu Tanjung Perak mengiringi tarian ibu-ibu ini benar-benar menghidupkan suasana sebelum acara berakhir.
Alhamdulillah acara berakhir dengan rasa bahagia atas suksesnya acara. Semoga acara yang digagas oleh Bapak Dadik Sudiyono, selaku ketua RW 6 ini bisa menjadi cara bentuk syukur pada-Nya dan menjadikan kerukunan warga guyup rukun selamanya. Â Selain itu Merti Dusun bertujuan untuk melestarikan budaya nusantara agar tetap langgeng.
Ambarawa, 9 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H