Analisis terkait masa depan pekerjaan dalam situasi perubahan teknologi termasuk pekerjaan yang bisa digantikan dengan proses otomatisasi dan artificial intelligence dilakukan selama empat tahun terakhir oleh McKinsey Global Institute (MGI). Merujuk pada laporan yang dipublikasikan oleh MGI pada Februari 2021 yang berjudul "The Future of Work After COVID-19", ada beberapa informasi menarik yang bisa kita telaah. Laporan tersebut mengidentifikasi dampak jangka panjang pandemi terhadap permintaan tenaga kerja, campuran jenis pekerjaan, keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, dan juga implikasinya bagi pemimpin bisnis, pembuat kebijakan, dan tenaga kerja. Laporan ini menyajikan data dari 8 negara dengan pasar tenaga kerja berbeda-beda yaitu China, Prancis, Jerman, India, Jepang, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat.
Pandemi COVID-19 mendisrupsi pasar tenaga kerja secara global selama tahun 2020. Ada konsekuensi jangka pendek yang terjadi tiba-tiba atas situasi ini yaitu jutaan orang terpaksa cuti kerja atau bahkan kehilangan pekerjaan, sementara lainnya harus beradaptasi cepat sebagai pekerja dari rumah karena kantor-kantor ditutup. Penerapan protokol kesehatan baru untuk mengurangi penyebaran virus novel corona bagi siapa pun menjadi aspek sangat penting di masa kenormalan baru terutama bagi mereka yang masih harus melakukan pekerjaan dan berinteraksi dengan banyak orang. Pandemi ini memperlihatkan secara jelas pentingnya kedekatan fisik dan tingkatan interaksi manusia yang terjadi di beragam jenis pekerjaan dan tempat kerja. Mereka yang berada di posisi pekerjaan dengan tingkat interaksi tertinggi mengalami paling banyak disrupsi.
1. Dimensi fisik pekerjaan adalah sebuah faktor baru yang membentuk masa depan pekerjaan yang mengedepankan pertimbangan kesehatan dan keamanan.
Dengan pengelompokan pekerjaan berdasarkan kedekatan fisik, frekuensi interaksi manusia, serta di mana pekerjaan itu dilakukan diperoleh hasil analisis yang menunjukkan bahwa dampak jangka pendek dan jangka panjang pandemi ini berfokus pada 4 bidang pekerjaan denan tingkat kedekatan interaksi yang tinggi. Bidang pekerjaan itu adalah yang terkait tempat wisata dan tempat untuk menghabiskan waktu luang (termasuk restoran dan hotel) yang mempekerjakan lebih dari 60 juta orang, pekerjaan yang menuntut interaksi dengan pelanggan di tempat termasuk bisnis ritel dan perhotelan (150 juta orang), pekerjaan berbasiskan komputer (300 juta orang), dan pekerjaan produksi serta pergudangan (lebih dari 350 juta orang). Di tempat kerja dengan kepadatan lebih minim misalnya lokasi produksi di luar ruangan maka dampak pandeminya cenderung lebih cepat menghilang. Tempat kerja lain misalnya layanan medis dan layanan pribadi dengan interaksi fisik tinggi akan terlihat sedikit berubah karena sifat pekerjaannya.
2. COVID-19 mengakselerasi 3 tren yang bisa bertahan dengan tingkatan berbeda-beda setelah pandemi dengan implikasi yang berbeda pula terhadap pekerjaan.
Pertama yaitu tipe pekerjaan yang bisa dilakukan secara hibrid jarak jauh. Sebanyak 20% - 25% pekerja di negara berekonomi maju dan sekitar 10% di negara ekonomi berkembang bisa bekerja dari rumah 3-5 hari per minggu terutama mereka yang bekerja berbasiskan komputer. Hal ini meningkat empat hingga lima kali lebih besar dibandingkan masa sebelum pandemi.
Kedua, pertumbuhan e-commerce dan delivery economy akan terus berlanjut, menjadi dua hingga lima kali lebih cepat di tahun 2020 dibandingkan sebelum masa pandemi. Tren ini mendisrupsi pekerjaan di bidang perjalanan dan wisata serta mempercepat penurunan jumlah pekerjaan berupah rendah di toko-toko dan restoran, sementara itu meningkatkan jumlah jenis pekerjaan terkait distribusi dan pengiriman jarak jauh.
Ketiga, perusahaan bakal menggunakan otomatisasi dan AI untuk mengatasi disrupsi COVID-19 dan meningkatkan adopsinya untuk dua hal tersebut di tahun-tahun mendatang. Selain itu juga akan memakai lebih banyak robot di pabril manufaktur dan pergudangan serta menambah gerai layanan pelanggan mandiri dan layanan robot di tempat kerja yang membutuhkan interaksi tinggi dengan pelanggan.
3. Tren ini nampaknya bakal berdampak pada beragam bidang pekerjaan dan banyak negara dalam berbagai cara serta memunculkan pertanyaan baru untuk daerah perkotaan.
Empat bidang pekerjaan yang paling terdampak oleh aspek kedekatan diperoleh dari sekitar 70% tenaga kerja di 6 negara berekonomi maju yang diteliti. Sementara jumlah persentase yang sama itu setara dengan 60% jumlah tenaga kerja di Cina dan 40% di India, yang lebih dari separuh pekerjanya melakukan pekerjaan di luar ruangan. Di antara negara dengan ekonomi maju juga terdapat variasi. Misalnya pekerjaan berbasiskan komputer merupakan yang paling lazim di Inggris dan Amerika, sementara Jerman paling banyak kegiatan produksi dalam ruangan dengan basis manufaktur yang besar. Keadaan ini membuat perbedaan potensi pekerjaan jarak jauh dan perpindahan pekerjaan. Kota-kota besar mungkin merasakan dampaknya karena pekerjaan jarak jauh mengurangi permintaan atas transportasi, ritel dan layanan makanan. Sementara itu, kota-kota yang lebih kecil yang mengalami penurunan permintaan sebelum pandemi akan mendapat manfaat atas meningkatnya permintaan layanan transportasi, ritel, dan makanan.
4. Transisi tenaga kerja kemungkinannya lebih besar terjadi daripada estimasi sebelum pandemi, dan pangsa pasar pekerjaan di kategori berupah rendah mungkin berkurang.
Tren yang ekstensif mengakibatkan perlunya dipikirkan kembali oleh 100 juta orang pekerja di 8 negara tersebut untuk berganti pekerjaan di tahun 2030. Secara keseluruhan, diperkirakan ada 12% peningkatan transisi tenagar kerja dari estimasi sebelum terjadinya pandemi dan ada 25% lebih banyak transii tenaga kerja di negara maju. Pekerja tanpa gelar sarjana, berjenis kelamin perempuan, etnik minoritas, dan anak-anak muda mungkin paling terkena dampaknya. Pangsa pekerjaan di tipe pekerjaan berupah rendah diperkirakan menurun pada tahun 2030 untuk pertama kalinya, namun pekerjaan berupah tinggi dalam layanan kesehatan dan profesi STEM akan terus berkembang.
5. Pelaku bisnis dan pembuat kebijkan dapat mempercepat adopsi pekerjaan yang sudah jelas sebelum COVID-19 untuk dilakukan di masa depan.
Perusahaan memiliki kesempatan baru untuk menata kembali bagaimana dan di mana pekerjaan itu dilakukan, memikirkan secara menyeluruh bidang pekerjaan spesifik dan aktivitas pekerjaannya. Penempatan ulang para pekerja perlu dilakukan cepat dan efektif, misalnya dengan merekrut dan melatih ulang berdasarkan keterampilan dan pengalaman dibandingkan dengan hanya melihat gelar akademiknya. Pembuat kebijakan mungkin akan mempertimbangkan untuk memprioritaskan akses yang setara terhadap infrastruktur digital dan cara baru menciptakan mobilitas kerja. Oleh karena pangsa tenaga kerja mandiri terus bertumbuh, mungkin dibutuhkan lebih banyak inovasi untuk memastikan penerimaan manfaat oleh mereka. Pandemi pada akhirnya akan menghilang, namun kelincahan beradaptasi dan kreativitas pembuat kebijakan serta pelaku bisnis yang telah terbukti selama masa krisis masih perlu dilanjutkan untuk menemukan respons efektif terhadap tantangan tenaga kerja yang terus membayangi.
Sumber rujukan: McKinsey Global Institute, The Future of Work After COVID-19. February 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H