Artikel Sebelumnya: Menjejak Serpihan Surga Raja Ampat (1)
Setelah dari Wayag, kami masih mampir sebentar di desa Wisata Arborek untuk menikmati sunset. Arborek yang terkenal dengan jeti yang dipenuhi ribuan ikan, tidak dapat kami nikmati sore itu karena kondisi air laut sudah pasang dan arusnya cukup kuat. Kami hanya bisa menikmati desa wisata ini di tepi pantai sambil menunggu sunset.
Kami tiba kembali di Pulau Mansuar tempat penginapan anggota tur lainnya sekitar jam 7 malam. Kami akan memisahkan diri dari rombongan tur dan menginap di penginapan yang sudah kami pesan di Pulau Gam, letaknya ada di seberang Pulau Mansuar. Kami diantar menggunakan kapal kecil yang beratap terpal. Sebenarnya perjalanan hanya sekitar 30 menit, namun rasanya seperti berjam-jam karena kami tidak bisa melihat pemandangan di sekitar kami. Hanya terlihat lampu-lampu dari desa yang cukup jauh. Akhirnya kami sampai juga di homestay tempat kami menginap.
Homestay ini kami temukan  dari situs www.stayrajaampat.id. Pada awalnya kami cukup bingung juga dalam menentukan penginapan. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan termasuk foto-foto di website tersebut,kami memilih Kordiris Homestay.
Saat kami memutuskan untuk tidak melanjutkan gabung dengan tur, sebenarnya kami juga belum tau nantinya akan melakukan apa selama sisa liburan kami di Raja Ampat.
Homestay ini memiliki 3 kamar yang berada di atas air dan beberapa kamar di darat. Tentu saja kami memilih kamar di atas air supaya pas tidur ditemani suara ombak. Selain kami bertiga, tamu homestay lainnya adalah 4 turis asing dari Perancis, Denmark dan Polandia.
Berikutnya kami menikmati suasana homestay dengan bersantai, kadang tidur-tidur di hammock yang dipasang di teras kamar, duduk-duduk di jeti sambil melihat ikan-ikan berwarna-warni lewat atau menikmati sunrise dari ruang makan. Oya, ruang makan homestay adalah spot favorit kami. Biasanya pas waktu makan mama-mama akan membunyikan bel yang mirip bel sekolah.
 Kami akan segera menuju ruang makan. Wajar saja kami mengandalkan makanan dari homestay karena tidak ada warung di sekitar homestay. Warung terdekat ada di desa sebelah, harus naik kapal sekitar 20 menit menuju kesana. Di ruang makan, kami ngobrol dengan keluarga pemilik homestay, juga bercanda dan ngobrol ringan dengan teman baru kami yang berasal dari luar negeri. Kalau pagi hari, di ruang makan ini juga merupakan spot terbaik untuk menikmati sunrise dan terakhir, di sini kami mendapat sinyal hp meskipun hanya operator Telk*****.
Hari berikutnya kami menyewa kapal dari penginapan untuk hopping island ke beberapa spot snorkling. Desa pertama yang kami kunjungi adalah desa wisata Sauwindarek. Snorkling di bawah jetinya, ribuan ikan berwarna putih menyambut kami. Kemudian kami menuju Manta Point dan berharap bertemu manta yang sedang berenang di permukaan, namun apa daya kami kurang beruntung bertemu manta.
Salah satu keuntungan tidak bergabung dengan tur adalah kita bisa mengatur sendiri waktu dan spot yang akan dikunjungi, tentu saja kami harus diskusi dengan pemilik homestay yang merangkap sebagai guide. Kami beruntung saat berkunjung kembali ke Pasir Timbul Mansuar, pasirnya masih luas dan sepi, tidak ada pengunjung lainnya selain kapal kami. Saatnya menikmati pulau pribadi. Berbagai pose fotopun kami abadikan. Ketika sedang asik foto, tiba-tiba kami melihat ada hiu kecil mendekat. Ketika kami dekati, hiunya menjauh lagi, mungkin masih malu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H