Mohon tunggu...
Yanti
Yanti Mohon Tunggu... Administrasi - Dream until your dream come true

instagram: @yanti_id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjejak Serpihan Surga Raja Ampat (2)

27 April 2017   22:11 Diperbarui: 30 April 2017   20:30 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel Sebelumnya: Menjejak Serpihan Surga Raja Ampat (1)

Setelah dari Wayag, kami masih mampir sebentar di desa Wisata Arborek untuk menikmati sunset. Arborek yang terkenal dengan jeti yang dipenuhi ribuan ikan, tidak dapat kami nikmati sore itu karena kondisi air laut sudah pasang dan arusnya cukup kuat. Kami hanya bisa menikmati desa wisata ini di tepi pantai sambil menunggu sunset.

Kami tiba kembali di Pulau Mansuar tempat penginapan anggota tur lainnya sekitar jam 7 malam. Kami akan memisahkan diri dari rombongan tur dan menginap di penginapan yang sudah kami pesan di Pulau Gam, letaknya ada di seberang Pulau Mansuar. Kami diantar menggunakan kapal kecil yang beratap terpal. Sebenarnya perjalanan hanya sekitar 30 menit, namun rasanya seperti berjam-jam karena kami tidak bisa melihat pemandangan di sekitar kami. Hanya terlihat lampu-lampu dari desa yang cukup jauh. Akhirnya kami sampai juga di homestay tempat kami menginap.

Homestay ini kami temukan  dari situs www.stayrajaampat.id. Pada awalnya kami cukup bingung juga dalam menentukan penginapan. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan termasuk foto-foto di website tersebut,kami memilih Kordiris Homestay.

Kordiris Homestay
Kordiris Homestay
Pilihan penginapan di Raja Ampat cukup banyak, bisa homestay atau resort, tergantung anggaran yang tersedia. Biaya penginapan biasanya dhitung per orang, meskipun menempati 1 kamar. Biaya menginap itu sudah termasuk makan 3 kali/hari. Listrik dari genset tersedia dari jam 6 sore sampai malam, kadang jam 9, jam 12 atau jam 2 pagi. Air untuk mandi tersedia air dari sumur meskipun berupa air payau, sedikit asin. Untuk air minum/masak biasanya di kirim dari desa terdekat.

Saat kami memutuskan untuk tidak melanjutkan gabung dengan tur, sebenarnya kami juga belum tau nantinya akan melakukan apa selama sisa liburan kami di Raja Ampat.

Homestay ini memiliki 3 kamar yang berada di atas air dan beberapa kamar di darat. Tentu saja kami memilih kamar di atas air supaya pas tidur ditemani suara ombak. Selain kami bertiga, tamu homestay lainnya adalah 4 turis asing dari Perancis, Denmark dan Polandia.

Kolam renang pribadi yang luas
Kolam renang pribadi yang luas
Pagi hari pertama di homestay, kami langsung terpesona dengan pemandangan di sekitar homestay. Di depan kamar kami langsung terhampar laut biru yang luas, seperti kolam renang pribadi, apalagi di bawah jeti sudah bisa snorkling. Sore harinya, beberapa turis asing akan diving di spot diving Yenbuba. Kami ditawari untuk bergabung, namun karena kami tidak bisa diving akhirnya kami hanya snorkling di jeti Yenbuba. Dalam perjalanan kembali ke homestay, kami mampir ke Pasir Timbul Mansuar, namun karena cuaca hujan deras dan sudah sore, sebagian besar pasir timbulnya sudah tenggelam.

Berikutnya kami menikmati suasana homestay dengan bersantai, kadang tidur-tidur di hammock yang dipasang di teras kamar, duduk-duduk di jeti sambil melihat ikan-ikan berwarna-warni lewat atau menikmati sunrise dari ruang makan. Oya, ruang makan homestay adalah spot favorit kami. Biasanya pas waktu makan mama-mama akan membunyikan bel yang mirip bel sekolah.

 Kami akan segera menuju ruang makan. Wajar saja kami mengandalkan makanan dari homestay karena tidak ada warung di sekitar homestay. Warung terdekat ada di desa sebelah, harus naik kapal sekitar 20 menit menuju kesana. Di ruang makan, kami ngobrol dengan keluarga pemilik homestay, juga bercanda dan ngobrol ringan dengan teman baru kami yang berasal dari luar negeri. Kalau pagi hari, di ruang makan ini juga merupakan spot terbaik untuk menikmati sunrise dan terakhir, di sini kami mendapat sinyal hp meskipun hanya operator Telk*****.

Ruang Makan spot favorit
Ruang Makan spot favorit
Suatu sore bapak pemilik homestay mengajak kami ke desa sebelah, kebetulan mereka akan berbelanja kebutuhan sehari-hari. Kami pun langsung menerima ajakannya. Kami di drop di Pantai Friwen sementara mereka berbelanja. Pantainya bersih dengan pasir putih. Kami hanya bermain ayunan yang terbuat dari tali yang diikat di pohon. Awalnya cukup sulit menaiki tali ayunan. Jadi ingat masa kecil..main ayunan tali.

Hari berikutnya kami menyewa kapal dari penginapan untuk hopping island ke beberapa spot snorkling. Desa pertama yang kami kunjungi adalah desa wisata Sauwindarek. Snorkling di bawah jetinya, ribuan ikan berwarna putih menyambut kami. Kemudian kami menuju Manta Point dan berharap bertemu manta yang sedang berenang di permukaan, namun apa daya kami kurang beruntung bertemu manta.

Desa Sauwindarek
Desa Sauwindarek
Saat ikut rombongan tour, kami sempat mampir di desa Arborek namun belum sempat snorkling. Hari itu kami mengunjungi lagi Arborek dan snorkling di jeti Arborek. Ribuan ikan berwarna-warni kami temui di bawah jeti, sungguh mengagumkan ketika ikan-ikan itu berenang di sekitar kita.

Salah satu keuntungan tidak bergabung dengan tur adalah kita bisa mengatur sendiri waktu dan spot yang akan dikunjungi, tentu saja kami harus diskusi dengan pemilik homestay yang merangkap sebagai guide. Kami beruntung saat berkunjung kembali ke Pasir Timbul Mansuar, pasirnya masih luas dan sepi, tidak ada pengunjung lainnya selain kapal kami. Saatnya menikmati pulau pribadi. Berbagai pose fotopun kami abadikan. Ketika sedang asik foto, tiba-tiba kami melihat ada hiu kecil mendekat. Ketika kami dekati, hiunya menjauh lagi, mungkin masih malu.

Pasir Timbul Mansuar - Just us against the universe
Pasir Timbul Mansuar - Just us against the universe
Tidak terasa liburan kami di Raja Ampat sudah harus berakhir, tak rela rasanya meninggalkan homestay dengan kolam renang pribadinya yang luas. Tapi bagaimanapun juga kami harus berpisah. Suatu saat kami akan kembali lagi. Tidak salah kalau Raja Ampat di sebut serpihan surga yang indah, karena pemandangannya memang sangat indah. Hingga saat ini kami masih belum bosan melihat foto-foto selama di Raja Ampat, belum move on kalo bahasa kekiniannya. Liburan boleh berakhir tapi memori keindahan Raja Ampat akan terus tersimpan. Semoga keindahannya tetap terjaga dan bisa dinikmati oleh generasi berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun