pluk....
Ketika kepala saya angkat, bocah kecil itu sudah tergeletak jatuh di atas aspal. Nampak begitu jelas, kepala bagian belakangnya terbentur aspal basah. Semua penumpang dalam angkot t 15A Â panik. Sewaktu sopir hendak menghentikan mobilnya, tiba-tiba anak itu bangun, menyentuh-nyentuh bagian belakang kepalanya lalu berlari ke arah sekawanan bocah.
"Waktu abang (sopir) menurunkan gas mobil, tiba-tiba saja ia melompat keluar", kata seorang ibu yang duduk persis di samping pintu angkot.
Ia tidak protes, mengapa ia jatuh. Ia pun tidak menangis dan merintih karena terbanting di aspal yang keras dan becek. Dia hanya tersenyum, menerimanya dengan lapang dada. Â Padahal dia tahu benar, ia tidak pernah ingin dilahirkan sebagai seorang pengamen.
Tetapi kejatuhannya tentu sangat menyakitkan, apalagi jika disaksikan oleh ibunya sendiri.
Oh mama, anakmu pengamen di jalan tol..............
Add note:
Heideger menyindir: Manusia adalah makhluk yang "terlempar" ke dunia, tanpa sempat diberi opsi untuk ini - itu. Kelahiran manusia adalah "keterlemparan" dalam sejarah. Karena itu, Nietzsche pun memekik: "Rayakanlah hidup! Cintai takdirmu! Terima apa yang terjadi, juga penderitaan dan rasa sakit, sebagai hal baik. Hidup adalah apa yang kita lakukan hingga saatnya kita mati"
16.48 pm. Keluar tol Cililitan. Jakarta Timur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H