kesehatan mental sekarang ini, makin banyak juga nih orang-orang yang mulai aware sama aspek-aspek kesehatan mental ini, sampe-sampe gk sedikit orang mulai belajar berbagai aliran filsafat dari ribuan tahun lalu untuk mampu mengembangkan diri dan memahami kehidupan dengan cara yang lebih bijaksana. Salah satu yang lagi ngetren adalah terkait stoikisme. Tapi hari ini aku gk akan bahas soal stoik, aku mau ajak kita untuk kenal aliran filsafat "wu wei" dari Lao Zi
Seiring dengan ramenya pembahasanFalsafah "Wu Wei" merupakan salah satu falsafah yang biasa digunakan oleh Lao Zi dalam bukunya Dao De Jing. Bagi kita yang familiar dengan agama budha, Sejarah Klasik Tiongkok atau dunia filsafat, nama Lao Zi ini mungkin tidak asing bagi kita. Sebelum kita masuk ke apa itu falsafah "Wu Wei", aku mau ajak kita sedikit kenal siapa itu Lao Zi.
Konon Lao zi adalah orang tua miskin yang hidup sangat sederhana. Berdasarkan banyak catatan Sejarah, Lao zi diperkirakan hidup pada periode 775-21 SM. Lao zi Ini adalah orang yang suka mengamati dan merenungkan alam serta realitas hidup masyarakat feudal waktu itu. Bagi Lao Zi, alam semesta adalah guru utama yang paling baik.
Nah, sekarang kita masuk ke Pembahasan tentang "Wu Wei". Wu Wei sendiri terdiri dari 2 kata yang artinya sangat dalam menurutku. Wu artinya tidak, tidak ada, tidak punya, kosong atau hampa" dan wei artinya berbuat, melakukan mengerjakan atau menjadi. Secara harafiah wu wei berarti "tidak melakukan apa-apa" atau "tidak berbuat apa-apa" . eits, jangan salah paham dulu ya, wu wei ini bukan artinya mendidik manusia menjadi orang yang bodoh atau malas atau juga pasif.
Seperti yang tadi sudah disampaikan di atas, Lao Zi menganggap alam semesta sebagai gurunya sehingga dalam berbagai tulisannya, Lao Zi sering kali mengambil contoh dari alam semesta. Bagi Lao Zi, alam semesta banyak memberi tanpa pamrih. Misalnya, alam dan bumi memberikan kepada umat manusia matahari, bulan, Bintang, sumber kekayaan alam yang berlimpah, angin, hujan, salju, air bersih, udara segar dll, dan semuanya itu diberikan tanpa pamrih dan tanpa bicara sepata katapun, juga tidak pernah mununtut jasa. Itulah wu wei, memberi tanpa pamrih dan tidak diketahui orang, dia tidak mengharapkan apresiasi atau balasan dari orang yang diberi. Semua yang ada di bumi ini hidup dan berkembang, langit dan bumi tidak pernah bicara.
Merendah seperti air, berlapang dada seperti Lembah dan laut raya, tidak menonjolkan diri, tidak mengkultuskan diri, tidak merasa berjasa bila berhasil, tidak mencampuri kebebasan berpikir dan keyakinan orang lain, tidak memaksakan kehendak, banyak berkarya dan mendidik tanpa bicara. Terlihat seperti tidak melakukan apa-apa padahal sudah banyak berbuat dan berkarya.
Lao Zi juga mengatakan bahwa wu wei berarti tidak menyanjung nyanjung orang pintar dan pandai, cantik, baik, dll karena hal itu akan mendorong orang untuk saling bersaing, hal itu juga dapat menimbulkan Hasrat dan godaan untuk memiliki dan bahkan mencuri. Oleh karena itu untuk bisa melakukan wu wei kita perlu untuk :
- Berusaha menjernihkan dan menenangkan pikiran dari segala godaan serta nafsu keinginan.
- Mencukupkan diri dengan kebutuhan sandang dan pangan
- Tidak membanding bandingkan diri sendiri ataupun membanding bandingkan orang lain
- Mengisi waktu dengan berbagai hal produktif
Bagaimana relevansi wu wei ini dalam kehidupan kita ? kerap kali kita dibenturkan antara ekpektasi kita dengan realitas yang ada. Kadang kita menjadi orang yang saat memberi sesuatu selalu mengharapkan agar kita juga diberikan hal yang sama atau setidaknya apa yang kita kerjakan di apresiasi oleh atasan kita atau teman-teman kita. Perasaan perasaan itu lah yang kerap kali membuat kita kecewa. Wu wei mau ajak kita untuk melihat ke alam sekitar kita, semua mengerjakan tugasnya setiap hari tanpa berkata apapun. Matahari akan terbit pada waktu nya dan digantikan oleh bulan. Air terus ada dan memberikan kehidupan bagi manusia. Semua melakukannya dalam diam. "Wu Wei" mendidik tanpa bicara, membiarkan semua berkembang bebas tanpa bicara, Memberi kehidupan, tidak ada niat menguasai, membesarkan tanpa mengaitkan, tidak menuntut jasa.Â
Nah, mari kita refleksikan siapakah kita ini ? menyelarasakan Kembali diri dan pikiran kita sehingga kita mampu menemukan ketenangan batin. Saat kita mulai merasa Lelah, cape, sedih, kecewa, mungkin kita perlu keluar dan melihat semua yang disediakan semesta. Semua yang terus memberi dalam diam, niscaya kita akan mampu melakukan wu wei dalam hidup kita.
Penting bagi kita untuk memiliki jiwa yang bersih dan pikiran yang tenang, tidak mengkritik orang lain, tidak menilai orang, tidak memaksakan kehendak.
Sebenarnya masih banyak hal lain yang menarik dari Lao Zi dan falsafah-falsafahnya yang mungkin akan kita kaji di lain waktu ya, sampai bertemu lagi di tulisan-tulisan berikutnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H