Mohon tunggu...
Yan Palupi Ramadhanasari
Yan Palupi Ramadhanasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru sekolah dasar yang sedang bertumbuh dan belajar menulis tentang pendidikan dasar dan usia dini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Digitalisasi Pembelajaran Tanpa Meninggalkan Media Ajar Konvensional: Studi Kasus Kelas 2 SD

5 Maret 2024   20:22 Diperbarui: 5 Maret 2024   20:25 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sekolah dasar adalah masa awal yang sangat penting dalam perjalanan pendidikan anak-anak. Di kelas 2 SD, anak-anak mulai diperkenalkan pada konsep-konsep yang lebih kompleks, seperti matematika, alam, dan bahasa. Dalam proses pembelajaran ini, penggunaan media ajar memainkan peran kunci. Namun, dalam era yang semakin terpaku pada teknologi digital, pertanyaan pun muncul: apakah media ajar konvensional masih relevan dan penting?

Peserta didik kelas 2 merupakan kelompok usia yang masih dalam tahap pengembangan abstraksi konsep. Mereka belum sepenuhnya mampu memahami atau memvisualisasikan konsep-konsep secara abstrak. Oleh karena itu, media ajar konvensional yang melibatkan penggunaan benda konkret atau nyata memiliki nilai yang sangat penting dalam mendukung proses belajar mengajar di tingkat kelas ini.

Mari kita bahas contoh konkretnya. Ketika peserta didik kelas 2 belajar tentang konsep jam dan waktu, apakah sebuah simulasi digital akan memberikan pemahaman yang mendalam? Sebuah animasi mungkin dapat menunjukkan jarum jam bergerak, tetapi apa yang sebenarnya dirasakan oleh peserta didik? Mereka masih memerlukan pengalaman langsung dengan benda fisik yang mereka pegang dan mainkan. Alat peraga jam dengan jarum panjang dan pendek memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk benar-benar memahami bagaimana waktu diukur dan berlalu.

Hal yang sama berlaku untuk konsep bangun ruang. Ketika peserta didik belajar tentang berbagai bentuk dan sifat-sifatnya, penggunaan benda fisik sehari-hari yang menyerupai bentuk-bentuk tersebut menjadi sangat bermanfaat. Misalnya, mengamati kotak tisu sebagai kubus atau menggunakan gelas sebagai tabung dapat membantu peserta didik untuk memahami dimensi dan ruang yang terlibat dalam konsep tersebut. Dengan melibatkan penggunaan benda fisik, peserta didik tidak hanya melihat di atas kertas, tetapi juga merasakan dan mengamati bentuk-bentuk tersebut secara langsung.

Pentingnya media ajar konvensional tidak hanya terletak pada kemampuannya untuk membantu peserta didik memahami konsep secara lebih baik, tetapi juga dalam membangun keterampilan sensorik dan motorik anak-anak. Dengan merasakan dan berinteraksi dengan benda fisik, anak-anak mengembangkan koneksi antara pikiran dan tubuh mereka, yang merupakan fondasi penting bagi pengembangan kognitif dan sosial peserta didik.

Tantangan muncul ketika kita melihat arus digitalisasi yang semakin mengalir deras. Banyak sekolah dan guru yang tergoda untuk mengadopsi teknologi digital sebagai alat utama dalam proses pembelajaran. Ini bukanlah hal yang buruk, karena teknologi dapat memberikan akses ke sumber daya yang tak terbatas dan meningkatkan keterlibatan peserta didik. Namun, kita tidak boleh melupakan pentingnya pengalaman nyata dalam pembelajaran anak-anak, terutama di usia kritis seperti kelas 2 SD.

Perlu diakui bahwa ada tantangan dalam mengintegrasikan media ajar konvensional ke dalam kurikulum yang semakin terpaku pada teknologi. Tidak hanya membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru, tetapi juga dukungan dari sekolah dan pemerintah dalam menyediakan sumber daya yang diperlukan. Meliputi pembaharuan penyediaan bahan ajar dan pelatihan bagi guru tentang penggunaan media ajar konvensional yang efektif.

Dengan demikian, penting bagi kita semua untuk sepakat bahwa media ajar konvensional penting dalam proses belajar mengajar di kelas 2 SD. Bukan berarti kita harus menolak kemajuan teknologi, tetapi kita perlu menemukan keseimbangan yang tepat antara penggunaan media ajar konvensional dan digital. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan penggabungan keduanya dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih menyeluruh dan bermakna bagi peserta didik.

Dalam menghadapi arus digitalisasi, mari kita tidak lupa akan nilai dasar pendidikan anak-anak. Mari kita dorong penggunaan media ajar konvensional dengan serius, karena mereka masih memiliki tempat yang penting dalam membangun dasar pemahaman dan keterampilan anak-anak kita di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun