Mohon tunggu...
Yan Osmana
Yan Osmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Glang-Glong Swasta

Praktisi udud lan ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kangen Kurir JNE

27 Mei 2024   08:41 Diperbarui: 27 Mei 2024   09:55 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan dirinya selalu menjawab dengan tegas lugas dan tandas. " Haha siap bu, yang penting tujuan kita, jangan pada keuntungan materi saja. Namun keuntungan sosial pun, harus diutamakan pula". Timpalnya, sambil berlalu dengan motor butut andalannya.

Tak lama, beliau balik lagi, sambil tersenyum. " Maaf bu, helm andalan ku ketinggalan. Oh iya bu. Kalau kita mendapatkan keuntungan sosial yang banyak dan baik. Kita takan pernah merasa kesusahan dimanapun kita berada". Tambahnya.

Kalimat itu membuatku terperangah. Seraya menjawab. "Hahha iya pak, siap oke gas lah JNE ku". Tandasku.

Jujur, Jawaban itu, membuat hati ku kelimpungan. Karena selama ini, aku hanya mengutamakan keuntungan materi belaka. Tanpa memikirkan keuntungan lainnya. Sadar maupun tidak, aku seakan-akan dikasih penanaman pendidikan karakter dan budi pekerti di dalam berwirausaha. Yang mana, harus mengutamakan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun dalam melayani konsumen. .

Terus terang, baru kali ini. Aku merasa sangat nyaman dengan pelayanan dari kurir JNE. Pasalnya, selain memberikan pemahaman, juga memberikan sugesti besar pada ku. Dimana, kalau sudah ketemu dengan bapak kurir tersebut. Jualan online ku pasti laku keras. Closing terus target ku. " Pokoknya is the best lah, oke gas terus yah bapak kurir JNE langgananku". Gumam ku.

Memang kalau dipikir-pikir, senyum bisa dibilang, merupakan ibadah. Dan kebanyakan dari kita, jika tersenyum pasti karena sedang bahagia, sedang gembira, sedang bersuka ria dan sebagainya. Tapi sekarang aku harus sering tersenyum ditengah kondisi apapun, entah itu kala bahagia atau tengah sedih. Karena senyuman menambah manisnya wajah ku yang tengah menua. Dan senyuman juga ternyata dapat melumpuhkan musuh, menyembuhkan penyakit, samapi perekat tali persaudaraan, hingga jadi sarana tercapainya perdamaian. Selain itu, salam seperti Assalamu’alaikum. Selamat pagi, sore, siang atau malam. Juga diperlukan, saat bertemu dengan konsumen.

Lantaran salam juga merupakan bentuk pernyataan hormat. Jika seseorang memberi salam kepada orang lain berarti seorang itu bersikap hormat kepada orang yang dia beri salam.

Pantesan saja, bapak kurir JNE, terlihat bahagia setiap harinya. Sebab, selalu menerapkan kesenangan hidup dengan prinsip sehat lahir batin. Hingga dirinya tak sungkan menyapa duluan kepada semua orang. Ya, karena dengan menegur atau menyapa bisa berarti mengajak seorang untuk bercakap-cakap. Dan menyapa bisa memudahkan siapa saja untuk bisa lebih akrab, saling kontak, dan berkomunikasi. misalnya saja dengan memanggil nama atau dengan sapaan –sapaan lainnya.

Kalau boleh jujur, aku sangat terkesima dengan bapak kurir itu. Sebab, orangnya sangat sopan sekali. Perilakunya juga selalu menjunjung tinggi niai-nilai menghormati orang lain. Menghargai orang lain serta tidak sombong. Dan itu asli perwujudan sikap sopan dalam budaya Jawa. yang mana selalu menggunakan bahasa yang sopan atau bahasa Krama ketika berbicara dengan yang lebih tua. Dan utamanya bapak kurir JNE tersebut, tidak memiliki sifat yang sombong. Beruntung sekali JNE memiliki kurir seperti bapak itu.

Mari kita oke gas terus didalam berusaha dan berwirausaha. Dengan menanamkan semangat positif yang selalu diawali senyum, sapa salam, sopan dan santun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun