Alasan lain kenapa humor dalam Alkitab kurang dibicarakan adalah karena memang para peneliti Alkitab kebanyakan tidak punya selera humor.
Para peneliti paling berpengaruh dalam kajian Sastra Alkitab adalah para profesor Biblika di Jerman pada abad 19. Sampai sekarang karya mereka masih terus dibicarakan.
Mereka tidak terkenal karena keseriusan mereka mengkaji Alkitab.
Bukan karena selera humor mereka.
Menurut Yehuda Radday, seorang ahli Kajian Yudaisme dari Israel, selama lebih dari dua abad, penelitian sastra Alkitab (khususnya Perjanjian Lama) dikuasai oleh orang non-Yahudi.
Walaupun sekarang sudah mulai banyak orang Yahudi yang terlibat dalam kajian sastra Alkitab, tapi nampaknya yang bertanggung jawab untuk hilangnya selera humor dalam membaca Alkitab adalah para peneliti non-Yahudi.
Sekarang yang perlu dilakukan adalah melakukan pembacaan kembali dengan upaya untuk melihat sekiranya contoh apa saja dari teks Alkitab yang bisa dianggap sebagai humor.
Ini perlu ada dialog antara rasa humor orang masa kini dan humor yang bisa dilihat dari teks Alkitab.
Seperti kata grup Warkop DKI, tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H