Mohon tunggu...
Yannuar wira
Yannuar wira Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa

pekerja keras

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dampak Sedotan Plastik terhadap Lingkungan dan Kesehatan di Indonesia

19 Mei 2019   19:00 Diperbarui: 19 Mei 2019   19:32 4411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan plastik telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari manusia. Sifatnya yang ringan dan kuat membuat plastik praktis digunakan. Di samping itu, sampah plastik dapat mengancam kesehatan dan keseimbangan lingkungan. Dulu dampak sampah plastik yang berasal dari sedotan plastik tidak begitu dihiraukan,  Akan tetapi, ternyata sampah plastik dan sedotan plastik sesungguhnya berbahaya bagi tatanan kehidupan pula. Setiap kali berbelanja ke mana pun seperti di toko, pasar, mall dan tempat di mana dilakukan transaksi jual beli hampir dipastikan plastik selalu ada.

  Demikian juga dengan sedotan plastik yang selalu hadir ketika kita makan dan minum. Ketika minum es yang disajikan di dalam gelas hampir pasti sedotan plastik pun selalu ada. Ternyata semakin banyak penggunaan kantong plastik dan sedotan plastik memiliki dampak kepada tatanan kehidupan baik secara langsung atau pun tak langsung.

  Di Indonesia pemakaian sedotan plastik termasuk yang tertinggi di dunia. Data yang dikumpulkan oleh Divers Clean Action pada tahun 2018 memperkirakan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya mencapai 93.244.847 batang. Sedotan itu berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya (packed straw). sesuatu hal yang sangat memprihatinkan bagi pencemaran lingkungan di Indonesia.

  Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK). Novrizal Tahar mengatakan, "sampah plastik mengalami peningkatan, pada 1995 sekitar Sembilan persen sementara saat ini sudah mencapai 16%". Hal ini sangat memprihatinkan untuk kesehatan lingkungan sebab limbah plastik membutuhkan 100 tahun untuk dapat terurai. Bila limbah plastik tersebut tidak didaur ulang dengan benar maka akan dibiarkan menuju laut yang tentunya dapat merusak ekosistem laut.

  Mungkin kita semua sudah tahu bahwa faktanya plastik itu sangat sulit terurai secara alami. Sedotan plastik yang ramping dan kecil ini akan terpecah menjadi micro plastik dan nano plastik. Micro plastik ini bisa masuk ke dalam sistem pencernaan hewan, terutama ikan di laut karena mereka menganggap serpihan plastik sebagai plankton (bahan makanan ikan).

  Dalam tubuh ikan, micro plastik ini tidak terurai dan ketika ikan tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka ujung-ujungnya plastik tersebut akan terkumpul juga di dalam tubuh manusia. Berdasarkan survei Gemass Indonesia pada tahun 2017 di pulau Harapan dan Kepulauan Seribu terdapat sampah di laut mengakibatkan jumlah stok ikan terus berkurang. Hal ini juga memicu terjadi kekurangan gizi terselubung pada masyarakat di pulau tersebut.

  Selain memiliki dampak terhadap biota laut, ternyata sedotan plastik memiliki dampak kesehatan yang berbahaya pada saat kita gunakan setiap hari yaitu perut kembung dan bergas. Kebiasaan menggunakan sedotan plastik membuat kita menelan udara dalam jumlah yang lebih banyak, apalagi jika kita menggunakannya saat mengonsumsi minuman bersoda

  Tanpa kita sadari, menggunakan sedotan saat minum juga membuat kita menelan bahan kimia berbahaya yang digunakan saat membuat sedotan plastik tersebut, sedotan dibuat dari bahan polypropylene. Meskipun dianggap sebagai bahan yang aman, dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa bahan ini bisa mempengaruhi hormon estrogen, apalagi jika terpapar panas atau sinar UV.

  Persoalan terkait dampak sampah plastik dan sedotan plastik setidaknya menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan dan menakutkan saat ini jika tidak cepat ditanggulangi. Mengatasi persoalan sampah bagi masyarakat dunia menjadi salah satu target yang harus dilakukan. Negara-negara maju seperti di Inggris memberlakukan larangan penggunaan plastik. Bahkan di negara China baru-baru ini memberlakukan berhenti untuk membeli barang-barang dari bahan plastik yang berasal dari negara-negara berkembang.

  Sebetulnya ada cara sederhana untuk mengatasi persoalan sampah plastik selain dengan cara daur ulang, salah satunya adalah diet kantong plastik saat berbelanja Mulailah dari diri kita saat berbelanja ke pasar agar membiasakan menggunakan tas belanja dengan demikian penggunaan kantong plastik dapat dikurangi. Hal yang sama juga bisa dilakukan untuk mengurangi penggunaan sedotan plastik dan membiasakan diri untuk mengurangi atau berhenti membeli air minum kemasan botol dengan cara membawa wadah dan air minum dari rumah.

  Beberapa waktu terakhir ini, ada gerakan yang dibuat untuk menggugah kepedulian masyarakat akan lingkungan, yaitu gerakan untuk tidak menggunakan sedotan plastik. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh "Divers Clean Action", LSM yang beranggotakan komunitas muda yang memusatkan perhatian pada isu-isu sampah laut di Indonesia setiap hari digunakan sedikitnya 93 juta sedotan plastik yang jika tidak di daur ulang akan mencemari lingkungan.

  Untuk mulai menggugah kepedulian dan mendidik masyarakat tentang bahaya sampah sedotan plastik bagi lingkungan, salah satu restoran cepat saji, yaitu McDonald's Indonesia meluncurkan gerakan #MulaiTanpaSedotan pada 12 November 2018 lalu. Associate Director Communication McDonald's Indonesia Sutji Lantyka mengatakan kini, di 190 gerainya di seluruh Indonesia, McDonald's sudah tidak menyediakan dispenser sedotan plastik. Namun, masih ada beberapa minuman di McDonald's Indonesia yang masih pakai sedotan, dan kalau ada konsumen yang ingin memakai sedotan bisa meminta kepada petugas di restoran tersebut.

  Selain gerakan #MulaiTanpaSedotan yang dibuat oleh McDonald's masih banyak gerakan lain untuk mencegah pertumbuhan sedotan plastik, yaitu gerakan #Nostrawmovement gerakan ini mengajak warga dan pelaku industri peduli dengan dampak sedotan plastik sekali pakai terhadap lingkungan. Pada awalnya gerakan ini hanya menggandeng satu perusahaan waralaba makanan cepat saji terbesar di Indonesia untuk berkomitmen tidak menyediakan lagi sedotan plastik di jaringan gerai mereka. Namun pada saat ini sudah ada 4 perusahaan multinasional lain yang ikut bergabung disamping pemilik usaha kecil dan menengah lokal yang mereka edukasi di sejumlah tempat.

  Gerakan tanpa sedotan plastik ini berhasil mengurangi pemakaian sedotan plastik sebanyak 45 persen dari total penjualan rata-rata 5 juta minuman setiap bulannya untuk kawasan Jabodetabek. Menurut General Manager Marketing PT Fast Food Indonesia yang menaungi KFC Indonesia menargetkan gerakan ini mampu menurunkan penggunaan sedotan plastik hingga 100 persen. Namun, dia menyadari hasil ini tak bakal didapat dalam jangka yang cepat.

  Gerakan tanpa sedotan plastik atau #Nostrawmovement yang sukses dijalankan di Indonesia diadopsi oleh negara tetangga, Singapura. Gerakan ini kini juga sedang dikaji untuk ditiru oleh     Filipina dan Australia. Gerakan tanpa sedotan plastik yang diterapkan Singapura ini merupakan kampanye yang diinisiasi oleh KFC Indonesia sejak pertengahan tahun 2018. Gerakan ini membuat gerai itu tak lagi menyediakan langsung sedotan plastik berukuran kecil dengan menghilangkan dispenser sedotan. Sedotan plastik hanya diberikan jika konsumen benar-benar membutuhkannya dan meminta langsung ke pelayan.

  Gerai cepat saji serupa di Singapura ini mulai menerapkan gerakan serupa per 20 Juni lalu pada 84 outlet se-Singapura. Berdasarkan keterangan pers yang dikutip dari Channel News Asia, gerakan ini menargetkan untuk mengurangi 7,8 metrik ton sedotan plastik sekali pakai dalam setahun. Untuk melancarkan gerakan-gerakan tersebut, Saat ini tersedia banyak produk alternatif pengganti sedotan plastik sekali pakai. Mulai dari sedotan stainless steel, bambu, kaca hingga bioplastic. Dan beberapa di antara sedotan ramah lingkungan itu diproduksi di dalam negeri.

  Salah satu contoh sedotan alternative, yaitu Sedotan dari pati jagung. Sedotan ini diproduksi oleh perusahaan kemasan makanan dan minuman bioplastik yang berlokasi di Bali dengan merek dagang Avani Eco. sedotan ini memiliki penampilan bening yang sangat mirip dengan sedotan plastik. Karena itu untuk membedakan produk mereka, produsen sedotan ini memberi label #i'm not plastic pada batang sedotan mereka. Pemilik dan pendiri Avani, Kevin Kumala mengatakan jika sedotan plastik biasa butuh waktu 40-60 tahun untuk dapat terurai di alam, sedotan avani hanya butuh waktu 180 hari untuk hancur terurai.

  Kedua, Sedotan bambu buluh. Sedotan ini diciptakan oleh Mandara Brasika, Founder komunitas peduli lingkungan Griya Luhu di Gianyar, Bali. Griya Luhu, komunitas peduli lingkungan di Gianyar, Bali saat ini menjadi salah satu komunitas yang memproduksi sedotan pakai ulang dari bambu. Mereka memilih menggunakan bambu buluh yang berdiameter kecil sebagai bahan utama sedotan mereka.

  Ketiga, Sedotan kaca standar laboratorium, sedotan ini diproduksi oleh Dr. Amaranila Lalita Drijono. Dr. Amaranila memilih membuat sedotan pakai ulang yang diberi merek Mata Cinta dari bahan kaca karena dinilainya lebih higienis dan tahan lama. Sedotan itu dipasarkan sepasang dengan sikat bulu sebagai alat pembersih sedotan.

  Setelah mengetahui banyak hal tentang sedotan plastik yang sangat membahayakan dan mengancam bagi kesehatan dan lingkungan. Sebaiknya kita sebagai masyarakat yang telah mengerahui hal tersebut, mendukung penuh gerakan-gerakan yang telah dibuat dan menganti pemakaian sedotan plastik dengan sedotan alternatif. Agar masyarakat yang lain sadar akan bahaya sedotan plastik dan mengantinya dengan sedotan alternatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun