Ketiga, corak kajian mereka yang amat berbeda dengan para orientalis sebelumnya. Mereka ini lebih menonjolkan aspek-aspek positif terhadap Islam. Kajian-kajian mereka dari Kelahiran Barat Kontemporer pada awalnya ditandai oleh kritik-kritik atas kajian orientalisme dan terjadinya krisis yang terus menggerogoti orientalisme. Yang mana kritik paling keras datang dari Edward W. Said yang tertuang dalam karyanya yang sangat monumental Orientalism. Kritik Said dalam karyanya tersebut seolah telah membuka mata para pengkaji Islam setelahnya untuk tidak sekedar mengikuti dan terus-menerus melanggengkan prototype kajian orientalisme, melainkan bersikap lebih kritis.
Kritik-kritik tersebutlah menjadi ilham bagi lahirnya kajian-kajian yang lebih bersifat imbang dan bahkan netral melihat dunia keIslam. Kajian-kajian yang lebih imbang, obyektif dan bahkan netral inilah yang kemudian telah memposisikan  diri mereka sebagai kajian Barat Kontemporer.
Salah satu tujuan utama dari orientalisme kontemporer adalah untuk menghindari misunderstanding tentang Islam. Para sarjana orientalis kontemporer berupaya untuk mengklarifikasi miskonsepsi dan prasangka yang berkembang di Barat tentang Islam yang tidak baik, maka dengan itu orientalisme kontemporer ini menekankan pentingnya memahami Islam dalam konteksnya sendiri untuk menghindari prasangka.
Orientalisme kontemporer mengakui dan juga menghormati keragaman Islam, baik dalam hal interpretasi teologis, praktik keagamaan, maupun budaya. Para sarjana orientalis kontemporer berusaha untuk memahami Islam melalui berbagai perspektif, dengan memperhatikan perbedaan regional, etnis, dan sosial. Yang mana itu semua bertujuan untuk meluruskan padangan yang ekstrean terdahulu mengenai islam.
Kalangan post-orientalis inilah nanti  lebih netral dalam mengkaji dunia Timur dan Islam. Bahkan mereka inilah nanti lebih sering meluruskan kajian-kajian sebelumnya yang mengandung kekeliruan dan kekacauan atas Islam. Para post-orientalis mereka-mereka ini lah yang beranggapan bahwa wacana ala orientalis yang miring, sudah sangat tidak memadai bagi penggambaran citra Timur dan Islam khususnya.
Indikasi-indikasi kelahiran Barat Kontemporer itu juga sebenarnya sudah pernah disampaikan oleh beberapa kalangan, meskipun secara eksplisit mereka tidak menggunakan istilah Barat Kontemporer. Dilihat dari contoh beberapa penjelasan yang pernah disampaikan Bryan S. Turner ketika ia  memaparkan sub "Dari orientalisme ke sosiologi global". Turner menjelaskan bahwa ada empat alternatif pengganti dari kajian-kajian orientalisme selama ini.
Pertama, meninggalkan semua gagasan kacau mengenai "Islam" sebagai esensi universal agar mendapatkan izin untuk menkaji dunia "Islam" dari berbagai segi dan dalam semua kompleksitas beserta perbedaannya.
Kedua, kita perlu melihat Islam dari berbagai disi dan dalam konteks penafsiran global dengan sistem dunia. Perdebatan Islam perlu untuk  dipahami dalam konteks global dan mendalam, sehingga dapat menghindari pembatasan pandangan dikotomis mengenai Timur dan Barat atau Selatan dan Utara.
Ketiga, sosiologi itu sendiri harus membagi kepedulian nasionalistis dan parokialnya dengan negara bangsa dari perspektif yang berpusat pada masyarakat.
Keempat, pandangan antropologis harus juga diarahkan pada kelainan kebudayaan Barat agar bisa menghapus posisi istimewa kebudayaan Barat yang dominan itu.