Dan Terakhir, Melanjutkan dari apa yang telah saya tuliskan sebelumnya, saya merasa sangat penting untuk menekankan bahwa oknum mahasiswa yang mengaku bermental mahasiswa ini tidak hanya mencoreng nama baik dirinya sendiri, tetapi juga merusak citra positif yang telah dibangun oleh banyak pihak di Universitas Pamulang. Reputasi yang dibangun oleh dosen pengurus LLD dan mahasiswa disabilitas lainnya, yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk berkontribusi dalam dunia perkuliahan, menjadi tercoreng hanya karena tindakan beberapa individu yang merasa bahwa mereka lebih 'paham' tentang apa itu mental mahasiswa yang sebenarnya.
Dosen-dosen pengurus LLD, yang telah berjuang keras memberikan bimbingan dan pendidikan kepada mahasiswa disabilitas, sangat berkomitmen agar mahasiswa bisa beradaptasi dengan baik, mengikuti perkuliahan dengan lancar, dan mendapat kesempatan yang sama untuk berkembang. Begitu juga dengan mahasiswa disabilitas lainnya, yang benar-benar ingin menunjukkan bahwa mereka bukan hanya bisa bertahan, tetapi juga dapat bersaing dan berkontribusi di dunia akademis. Mereka adalah mahasiswa yang berusaha berbaur dengan mahasiswa non-disabilitas, dan berperan aktif dalam kegiatan kampus. Namun, tindakan oknum mahasiswa yang menyebut dirinya bermental mahasiswa ini berpotensi merusak semua hal baik yang telah dibangun dengan kerja keras tersebut.
Oknum mahasiswa yang berperilaku merendahkan dan mengkritik dengan kata-kata kasar ini tidak hanya merusak citra mereka sendiri, tetapi juga merusak nama baik UKMD secara keseluruhan. Padahal, UKMD seharusnya menjadi wadah yang mengedepankan nilai-nilai inklusivitas, saling menghargai, dan saling mendukung antar sesama mahasiswa, tanpa ada diskriminasi atau perlakuan yang merendahkan satu sama lain. Ketika mereka menganggap bahwa mengkritik mahasiswa lain dengan kata-kata kasar atau menghina seseorang adalah suatu tindakan yang sah, ini tidak hanya menunjukkan ketidakmatangan, tetapi juga mengabaikan nilai-nilai moral dan etika yang seharusnya dipegang teguh oleh seorang mahasiswa.
Yang lebih parah lagi adalah kenyataan bahwa ketika kritik yang disampaikan datang dari mahasiswa lain, mereka langsung bertindak untuk menghapus pesan tersebut tanpa memberi kesempatan untuk berdialog. Mereka hanya memperbolehkan satu suara, yakni suara mereka sendiri, dan itu sangat berbahaya. Sikap seperti ini bukan hanya menciptakan ketegangan, tetapi juga memperlihatkan ketidakmampuan mereka untuk menerima masukan dengan lapang dada. Sebagai mahasiswa, seharusnya kita bisa menerima kritik, bukan hanya untuk mempertahankan ego, tetapi untuk memperbaiki diri. Namun, sikap sewenang-wenang ini bisa merusak semuanya. Apabila terus dibiarkan, maka bisa berdampak besar terhadap kualitas dan integritas mahasiswa di UKMD dan Universitas Pamulang secara keseluruhan.
Harapan saya, dengan adanya artikel ini, kesadaran tentang pentingnya menjaga tata krama, etika, dan saling menghormati antar sesama mahasiswa bisa tumbuh dan berkembang di lingkungan UKMD. Sudah saatnya kita memperbaiki cara kita berinteraksi, terutama di lingkungan yang seharusnya mendukung inklusivitas seperti UKMD. Agar mahasiswa disabilitas tidak lagi merasa terhina atau direndahkan hanya karena mereka berbeda, dan agar mahasiswa baru tidak terbawa suasana yang negatif yang dapat merusak semangat mereka dalam menjalani pendidikan tinggi. Saya juga berharap ada tindakan tegas terhadap oknum mahasiswa yang tidak bisa menunjukkan mental mahasiswa yang sejati, agar mereka bisa diberi pemahaman yang benar tentang sikap yang seharusnya mereka tunjukkan sebagai mahasiswa.
Dengan adanya pengawasan yang lebih ketat, baik dari dosen maupun pihak terkait di Universitas Pamulang, saya yakin lingkungan UKMD bisa menjadi lebih baik. Sehingga ke depannya, mahasiswa disabilitas dapat lebih produktif, lebih termotivasi, dan lebih dihargai dalam berkontribusi di dunia akademik. Saya berharap UKMD dapat menjadi contoh bagi unit kegiatan mahasiswa lainnya dalam menciptakan ruang yang aman, nyaman, dan saling mendukung, di mana setiap mahasiswa dapat berkembang tanpa takut dihina atau direndahkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Semoga kejadian-kejadian seperti ini tidak terjadi lagi, dan UKMD bisa benar-benar menjadi tempat di mana mahasiswa disabilitas mendapatkan kesempatan yang sama dengan mahasiswa lainnya, tanpa diskriminasi atau ketidakadilan apa pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H